Museum Katedral

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Museum Katedral adalah museum khusus yang berada di bagian balkon dalam Gereja Katedral Jakarta. Gagasan pendirian museum dicetuskan oleh pastor bernama Rudolphus Kurris. Pada tahun 1988, Gereja Katedral Jakarta mengalami pemugaran secara menyeluruh. Balkon yang sebelumnya dimanfaatkan untuk paduan suara diubah menjadi museum. Pendirian Museum Katedral bertujuan untuk melestarikan harta gereja yang berantakan dan nyaris hancur. Peresmian Museum Katedral dilakukan pada tanggal 28 April 1991 oleh Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, yaitu Julius Darmaatmadja. Kepemilikan dan pengelolaan museum diserahkan kepada paroki Gereja Katedral Jakarta. Museum ini beralamat di Jalan Katedral Nomor 7B, Kota Jakarta Pusat. Titik koordinatnya di 6°10’07.7” Lintang Selatan dan 106°50’00.1” Bujur Timur. Museum ini dapat dicapai melalui Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta sejauh 28,2 km. Bila melalui Stasiun Juanda, museum ini hanya berjarak 1,2 km.[1]

Koleksi[sunting | sunting sumber]

Zona Ruang Penerima[sunting | sunting sumber]

Pada bagian pertama, para pengunjung disajikan penjelasan tentang tokoh Pastor Rudolphus Kurris. Ia adalah pendiri Museum Katedral, dan kepala paroki pertama di Gereja Katedral Jakarta. Selain mendapatkan penjelasan tentang tokoh tersebut, pengunjung juga bisa melihat beberapa barang yang dahulu sering digunakan oleh Pastor Rudolphus Kurris, seperti jubah dan mesin ketik.[2]

Zona Panorama Sejarah[sunting | sunting sumber]

Zona Panorama Sejarah menampilkan sejarah bagaimana masuknya agama Katolik ke Indonesia. Penjelasan tersebut ditayangkan dalam bentuk video berdurasi 11 menit. Selain penayangan video, di zona ini juga ditampilkan beberapa penjelasan tentang sejarah masuknya agama katolik di timur Indonesia hingga dijelaskan tentang asal-usul terjadinya sebuah Keuskupan Agung di Jakarta.[2]

Zona Gereja Bawah Tanah[sunting | sunting sumber]

Di zona Gereja Bawah Tanah, digambarkan tentang kondisi penganut agama katolik pada masa penjajahan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Pada masa tersebut belum ada pemimpin jemaat, dan semua kegiatan keagamaan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Alasannya, karena VOC datang membawa agama Protestan, dan mengawasi serta melarang kegiatan ibadah umat katolik[2]

Zona Prefektorat, Vikariat, dan Episkopat[sunting | sunting sumber]

Di zona ini ditampilkan foto para pemimpin dari tiga periode. Selain gambar foto, ditampilkan juga profil kehidupan dari tokoh-tokoh tersebut.[2]

Zona Koleksi Katedral[sunting | sunting sumber]

Pada bagian ini ditampilkan tentang sejarah berdirinya Gereja Katedral Jakarta. Selain penjelasan tentang pendirian geraja, pada bagian ini juga terdapat buku baptis pertama para umat, dan buku pemberkatan pernikahan pertama.[2]

Ruang Mini Teater[sunting | sunting sumber]

Ruang mini teater ini memiliki kapasitas untuk 40 orang. Di sini ditayangkan tentang film-film rohani tentang ajaran agama Katolik.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Rusmiyati, dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid I (PDF). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 240. ISBN 978-979-8250-66-8. 
  2. ^ a b c d e f Simagunsong, Wasti Samaria (2022-12-05). "Ratusan Koleksi Museum Katedral Jakarta, Ada Potongan Tulang". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2024-05-19.