Lompat ke isi

Jolloro

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jolloro bersandar di Dermaga Sabanga, Bonto Bahari, Maros.
Jolloro sebagai perahu tangkap ikan.

Jolloro (pengucapan bahasa Makassar: [jol:oroʔ]) adalah jenis perahu semi-tradisional asal pesisir barat Sulawesi Selatan khas suku Bugis dan Makassar. Perahu bermotor ini berukuran kecil dan mudah dijumpai di jazirah selatan Sulawesi terutama di perairan Selat Makassar. Jenis perahu ini memiliki badan perahu yang ramping dengan panjang sekitar 5 meter dan dilengkapi mesin motor yang tertanam di bagian tengah perahu. Selain kecepatan dalam melawan arus, jenis perahu ini memiliki keunggulan mengakses perairan dangkal dan bermanuver pada akses sungai-sungai kecil yang menghubungkan perairan laut. Jenis perahu ini sangat cocok digunakan di wilayah Sulawesi Selatan yang memiliki banyak sungai dan terhubung dengan perairan laut.

Bahan[sunting | sunting sumber]

Perahu Jolloro umumnya terbuat dari jenis kayu pilihan, seperti kayu ulin, kayu besi, kayu bitti (vitex cofassus) (Bugis: seppu; Makassar: sappu) karena sifatnya yang sangat kuat dan awet. Seiring perkembangan zaman, jenis dan bahan baku pembuatan perahu telah berubah dari kayu ke fiber. Bahan fiber disukai karena lebih ringan dan tahan lama. Selain itu, sangat mudah dibersihkan tanpa membutuhkan waktu dan biaya banyak. Harga satu unit perahu Jolloro dijual kisaran 30 hingga 90 juta tergantung ukuran dan bahan.[1]

Peran[sunting | sunting sumber]

Perahu tangkap ikan

Tak hanya diperuntukan sebagai perahu untuk penumpang, Jolloro juga digunakan sebagai perahu tangkap ikan.[2]

Transportasi sungai dan laut

Jolloro banyak digunakan di Sungai Maros, Sungai Pangkajene, dan Sungai Tallo. Tiga sungai tersebut menghubungkan daerah perkotaan dan bermuara langsung ke perairan Selat Makassar. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh nelayan menjual hasil tangkapannya. Pulau-pulau yang ada di wilayah Kota Makassar dan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan didominasi oleh alat transportasi Jolloro dan berlabuh baik di Pelabuhan Maccini Baji maupun di Pelabuhan Paotere.[3]

Lomba balap

Tidak hanya sebagai alat transportasi sungai dan laut, Jolloro telah dijadikan sebagai perahu balap untuk perayaan hari jadi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, hari jadi Sulawesi Selatan[4], dan hari kemerdekaan Republik Indonesia.[5] Di Kabupaten Maros, balap Jolloro rutin digelar setiap perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang berlokasi di Pantai Kuri Caddi, pusat perkotaan Turikale di Sungai Maros, dan perairan sepanjang Kecamatan Bontoa. Sementara di Kabupaten Pangkep, lomba balap Jolloro di gelar di Sungai Binanga Sangkara dan Sungai Pangkajene. Dalam istilah lokal, balap perahu jolloro disebut Palumba Jolloro'.[6]

Perayaan maulid

Masyarakat Rammang-Rammang memiliki tradisi yang dikenal maudu' jolloro, yakni perayaan maulid dengan menaiki perahu jolloro. Tradisi keagamaan ini yang dilakukan warga Rammang-Rammang setiap tahun memiliki nilai kebersamaan dan sosial untuk saling berbagi, termasuk berdoa dan zikir bersama sebagai wujud kesyukuran pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi maulid "Jolloro" ini dilakukan dengan membawa penganan dan telur hias di atas perahu menyusuri Sungai Puteh ke lokasi doa dan zikir bersama.[7]

Pariwisata

Di Rammang-Rammang, Jolloro dijadikan sebagai moda transportasi pariwisata untuk melihat pemandangan alam gugusan karst sepanjang sungai Pute.

Persebaran[sunting | sunting sumber]

Pembuatan Jolloro tersebar di beberapa daerah di wilayah Sulawesi Selatan, yakni di Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Kepulauan Selayar, Kabupaten Takalar, Kota Makassar, Kabupaten Maros, dan Kabupaten Pangkep.

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Chandra, Wahyu (28 Juli 2017). "Mengenal Ritual 'Kelahiran Perahu' Nelayan Galesong". www.mongabay.co.id. Diakses tanggal 23 Mei 2024. 
  2. ^ Febrianto, Samuel (17 Desember 2017). "Begini Pembuatan Kapal Jolloro yang Melegenda". www.tribunnews.com. Diakses tanggal 23 Mei 2024. 
  3. ^ Munsir, Ibnu (18 Maret 2019). "Kapal Jolloro Tenggelam Dihantam Gelombang, 13 Penumpang Selamat". news.detik.com. Diakses tanggal 23 Mei 2024. 
  4. ^ Lubis, Iqbal (20 Oktober 2015). "Parade Perahu Jolloro Memperingati Hari Jadi Sulsel". www.datatempo.co. Diakses tanggal 23 Mei 2024. 
  5. ^ Mustakim, R. (26 Februari 2017). "Meriahkan Hari Jadi Pangkep, Pemkab Gelar Lomba Jolloro". www.infopublik.id. Diakses tanggal 21 Mei 2024. 
  6. ^ Mappong, Suriani (15 Agustus 2023). "Lomba perahu jolloro antarkabupaten meriahkan HUT ke-78 Kemerdekaan RI". makassar.antaranews.com. Diakses tanggal 24 Mei 2024. 
  7. ^ Nashrullah, Nashih (19 November 2019). "Maulid Jolloro Sulsel, Tradisi Keagamaan Berpotensi Wisata". khazanah.republika.co.id. Diakses tanggal 24 Mei 2024.