Lompat ke isi

Asmara Djaja

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Asmara Djaja atau yang lebih dikenal dengan sebutan Asmara Jaya merupakan sebuah novel yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1928.[1] Novel ini ditulis oleh Djamaluddin Adinegoro, yang merupakan adik dari Muhammad Yamin.[2] Novel ini merupakan salah satu dari sedikit novel yang ada pada tahun tersebut yang tokoh protagonisnya berhasil dalam cinta.[3] Asmara Jaya memperlihatkan bahwa seseorang yang mempunyai pendidikan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan bijaksana.[4]

Sinopsis[sunting | sunting sumber]

Menceritakan tentang perkawinan antar-etnis yang berawal di Minangkabau.[3] Rustam dan Nuraini yang keduanya merupakan keturunan Minangkabau melangsungkan pernikahan mereka di Padang, Sumatera Barat.[3] Rustam hanya menghadiri pernikahannya itu, kemudian bergegas berangkat ke Bandung untuk menandatangani suatu dokumen.[3] Setelah pernikahan, Nuraini datang mengunjungi Rustam, tetapi ia mendapati Rustam telah menikah dengan Dirsina, seorang perempuan Sunda.[3] Putra Rustam dengan Dirsina baru saja meninggal.[3] Nuraini pun merasa sakit hati dan kemudian memutuskan kembali. Sepanjang perjalanannya, ia bertemu dengan Ibrahim Siregar, seorang pria yang mengganggu pikirannya.[3]

Sebenarnya, orang tua Rustam menolak keberadaan Dirsina karena keluarga itu tidak memperbolehkan pernikahan antar-etnis dan hal itu dilarang dalam tradisi.[3] Meski kini menikah dengan dua perempuan, Rustam menegaskan bahwa ia hanya mencintai Dirsina.[3] Ini yang menyebabkan ibu Nuraini setuju apabila Dirsina tetap bersama Rustam dan menceraikan anaknya.[3] Akhir cerita, keluarga Rustam menerima keberadaan Dirsina dan orangtuanya menerima Dirsina sebagai menantunya.[3]

Sejarah publikasi[sunting | sunting sumber]

Diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka pada tahun 1928, kemudian Asmara Djaja dicetak ulang tiga tahun kemudian.[1] Namun, Adinegoro tidak menulis novel lagi setelahnya.[1] Asmara Djaja diperkenalkan sebagai novel lanjutan dari Adinegoro dengan tema yang serupa, setelah sebelumnya ia menulis Darah Muda, novel yang memperkenalkan pernikahan antar-etnis.[1]

Pengaruh terhadap kesusastraan Indonesia[sunting | sunting sumber]

Keberadaan Asmara Djaja pada tahun tersebut telah memberikan pengaruh terhadap kesusastraan Indonesia dalam model penceritaan pernikahan antar-etnis yang dapat berakhir bahagia.[5] Meskipun Balai Pustaka telah menerbitkan banyak novel dengan konflik pernikahan antar-etnis, Asmara Jaya dinilai dapat memberikan nilai lebih dalam membangun konflik yang modern untuk kesusastraan Indonesia.[6] Optimistis yang dibangun dalam Asmara Jaya di mana sang tokoh protagonis berhasil menikah dengan orang yang dikasihinya.[1] Setelah terbitnya novel ini, bermunculan novel lain dengan tema serupa yang dapat mengangkat akhir cerita bahagia.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f "Biografi Sastrawan Adinegoro". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-12. Diakses tanggal 1 Mei 2014. 
  2. ^ "Persatuan Wartawan Indonesia - Adinegoro". Diakses tanggal 1 Mei 2014. [pranala nonaktif permanen]
  3. ^ a b c d e f g h i j k Mahayana, Maman S., Oyon Sofyan, Achmad Dian (2007). Ringkasan dan ulasan novel Indonesia modern. Jakarta: Grasindo. 
  4. ^ Siregar, Bakri (1964). Sedjarah Sastera Indonesia (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Akademi Sastera dan Bahasa "Multatuli". 
  5. ^ Teeuw, A. (1980). Sastra Baru Indonesia (dalam bahasa Indonesian). Ende: Nusa Indah. 
  6. ^ Retnaningsih, Aning (1983). Roman dalam Pertumbuhan Kesusastraan Indonesia Modern. Jakarta: Erlangga.