Asap rokok

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Asap rokok adalah asap yang dihasilkan melalui pembakaran rokok. Jenis asap rokok terbagi menjadi dua yaitu asap utama dan asap sampingan. Asap rokok mengandung senyawa kimia berupa aseton, benzena, gas karbon monoksida, nikotin, asam asetat, hidrogen sianida, toluena, anilin, dan nikel. Paparan asap rokok umumnya terjadi di rumah, tempat kerja dan ruang publik.

Asap rokok memberikan dampak buruk bagi perokok aktif maupun perokok pasif. Penyakit yang diderita individu akibat asap rokok terutama penyakit jantung dan penyakit pernapasan. Pembersihan udara dari asap rokok dilakukan dengan penyaring udara elektrostatik.

Pembuat[sunting | sunting sumber]

Asap rokok dihasilkan melalui pembakaran rokok oleh perokok. Pembakaran rokok terjadi selama perokok menghisap rokok yang telah dibakar.[1]

Jenis[sunting | sunting sumber]

Asap rokok terbagi menjadi dua, yaitu asap utama dan asap sampingan. Asap utama merupakan asap rokok yang dihirup oleh perokok pada salah satu ujung sebatang rokok yang dapat dihisap. Sementara asap sampingan ialah asap rokok yang dihasilkan dari pembakaran salah satu ujung rokok.[2] Perbandingan komposisi antara asap utama dan asap sampingan ialah 15% banding 85%. Asap utama terdiri dari komponen aerosol yang masuk ke dalam rongga mulut perokok. Sumber asap utama antara lain pada jenis rokok kretek, cerutu dan pipa. Sementara asap sampingan dihasilkan selama jeda dua penghisapan rokok oleh perokok. Sumber asap sampingan ialah pembakaran tembakau.[3]   

Kandungan[sunting | sunting sumber]

Kedua bagian ujung batang rokok mengandung aseton, benzene, gas karbon monoksida, nikotin, asam asetat, hidrogen sianida, toluen, anilin, dan nikel.[2] Kadar senyawa kimia pada asap utama dan asap sampingan berbeda-beda. Pada asap utama, kandungan nikotin dan karbon monoksida bernilai dua kali lipat dibandingkan pada asam sampingan. Di sisi lain, terdapat kandungan formaldehid yang bersifat karsinogenik sebanyak 15 kali lipat pada asap sampingan dibandingkan asap utama.[3]

Nikotin[sunting | sunting sumber]

Dalam rokok, kandungan nikotin merupakan yang paling banyak dibandingkan kandungan zat kimia lainnya.[4] Nikotin dihasilkan oleh tembakau baik dalam keadaan tidak terbakar maupun terbakar. Asap rokok mengandung nikotin karena asap timbul dari tembakau yang dibakar. Nikotin merupakan penyebab timbulnya kecanduan untuk merokok.[5]

Komposisi[sunting | sunting sumber]

Faktor-faktor utama yang menentukan komposisi asap rokok, yaitu jenis tembakau, pemrosesan menjadi tembakau, bahan pembalut rokok serta keberadaan penyaring asap dan modelnya. Faktor jenis tembakau ditinjau dari kekeringan tembakau dan berat bahan baku rokok tembakau yang meliputi cengkih atau bahan tambahan lainnya. Sementara faktor penyaring asap ditinjau dari panjang penyaring dan kerapatan penyaring pada rokok.[6]

Komposisi senyawa kimia pada asap rokok lebih banyak jumlahnya pada bagian ujung yang terbakar (asap sampingan) dibandingkan dengan bagian yang dihisap oleh perokok (asap utama).[2] Kandungan aseton pada asap sampingan sebesar 2–5 kali lebih banyak dibandingkan dengan asap utama. Kandungan benzene pada asap sampingan mencapai 10 kali lebih banyak dibandingkan asap utama. Kandungan karbon monoksida pada asap sampingan mencapai 2,5–4,7 kali lebih banyak dibandingkan asap utama. Kandungan nikotin pada asap sampingan mencapai 1,8–3,3 kali lebih banyak dibandingkan asap utama. Kandungan asam asetat pada asap sampingan mencapai 1,9–3,9 kali lebih banyak dibandingkan asap utama. Kandungan hidrogen sianida pada asap sampingan mencapai 4,2–6,4 kali lebih banyak dibandingkan asap utama. Kandungan toluen pada asap sampingan mencapai 6–8 kali lebih banyak dibandingkan asap utama. Kandungan anilin pada asap sampingan mencapai 30 kali lebih banyak dibandingkan asap utama. Kandungan nikel pada asap sampingan mencapai 3 kali lebih banyak dibandingkan asap utama.[2]

Paparan[sunting | sunting sumber]

Paparan asap rokok umumnya terjadi di rumah atau tempat kerja. Kondisi pemaparan ini dihasilkan oleh perokok melalui pernapasan dari hidung dan mulut setelah melalui proses pembakaran tembakau pada rokok.  Paparan asap rokok juga terjadi pada ruang publik seperti di dalam bar, restoran dan transportasi umum.[7] Pada tahun 2004, secara global tercatat jumlah perokok pasif yang terpapar asap rokok terdiri dari anak-anak (40%), laki-laki yang tidak merokok (33%) dan wanita bukan perokok (35%).[8]  

Dalam Konvensi Kerangka Pengendalian Tembakau, disepakati bahwa paparan asap tembakau mengakibatkan kematian, penyakit, dan kecacatan bagi penerima paparan. Konvensi Kerangka Pengendalian Tembakau menetapkan tiga pernyataan. Pertama ialah pernyataan bahwa tidak ada batas aman paparan asap rokok. Pernyataan ini berlaku pada jumlah maupun lamanya keberadaan asap rokok. Pernyataan kedua ialah bahwa perlindungan dari paparan asap rokok hanya akan efektif pada lingkungan yang 100% bebas asap rokok. Pernyatan ketiga ialah bahwa perlindungan dari paparan asap rokok tidak efektif meskipun disedikan ruang atau tempat khusus merokok.[9]

Dampak[sunting | sunting sumber]

Asap rokok memberikan dampak buruk bagi perokok aktif maupun perokok pasif.[10] Perokok aktif merupakan orang yang merokok secara rutin. Seseorang dikatakan sebagai perokok aktif ketika merokok setiap hari meskipun hanya satu batang saja. Tindakan yang juga dapat dimasukkan dalam kategori perokok aktif ialah yang merokok secara tidak rutin tetapi tidak menghisap hingga ke paru-paru dan hanya menghembuskan asap rokok saja. Sementara itu, perokok pasif adalah orang yang menghirup asap rokok dari hasil hembusan orang lain dalam satu ruangan yang sama. Perokok pasif umumnya hidup serumah dengan perokok aktif.[2]

Kecanduan[sunting | sunting sumber]

Asap rokok mengandung nikotin yang berasal dari tembakau di dalam rokok. Nikotin bersifat mempengaruhi perasaan, pikiran dan fungsi tubuh manusia pada tingkat seluler. Sebatang rokok yang dihisap oleh perokok selama 4–10 detik mampu memasukkan nikotin hingga ke otak melalui sirkulasi arteri sistemik. Konsentrasi nikotin setiap hisapan rokok meningkat hingga 10 kali lipat. Ketika nikotin mencapai otak, terjadi proses difusi ke dalam jaringan otak. Nikotin kemudian terikat dengan reseptor asetilkolin nikotinik subtibe α4b2. Pengikatan ini kemudian menghasilkan dopamin dan memberikan rasa nyaman bagi perokok.[11]

Peningkatan nikotin sebanyak 3 kali lipat terjadi pada perokok aktif. Penurunan kadar nikotin baru terjadi dua jam setelah merokok. Pada saat bersamaan, kadar dopamin juga menurun sehingga timbul gejala putus nikotin dan hilangnya rasa nyaman pada perokok. Efek fisiologis kemudian muncul karena adanya keinginan oleh perokok untuk mengulangi rasa nyaman yang dirasakannya dengan kembali merokok.[11]

Masalah kesehatan[sunting | sunting sumber]

Asap rokok merupakan salah satu sumber penyakit dalam bentuk zat kimia.[12] Individu menderita penyakit akibat asap rokok melalui interaksi antara asap rokok, lingkungan dan sejumlah modulasi genetik. Jalur metabolisme asap rokok aktif akibat dipicu oleh sejumlah modulasi genetik yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun dari asap rokok itu sendiri. Jalur penyebaran penyakit dapat pada satu jalur yang sama atau beberapa jalur yang berbeda.[8]

Asap rokok yang dihasilkan oleh perokok di dalam ruangan akan bertahan selama 2–3 jam di dalam suatu bangunan. Keberadaannya berpindah dari satu ruangan ke ruangan lainnya sebelum akhirnya benar-benar hilang dari dalam bangunan melalui aliran udara. Sementara itu, residu yang dihasilkan oleh asap rokok bertahan selama 4–6 jam di dalam bangunan yang ditandai dengan masih adanya bau rokok. Keberadaan asap rokok dan residunya membawa kandungan racun yang menimbulkan masalah kesehatan bagi penghuni bangunan.[13]

Masalah kesehatan yang disebabkan oleh asap rokok ada yang bersifat jangka pendek dan ada yang jangka panjang. Pada jangka pendek, asap rokok menyebabkan iritasi pada mata, pusing, batuk dan sakit tenggorokan.[14]

Penyakit pernapasan[sunting | sunting sumber]

Organ tubuh perokok yang pertama kali menerima kerusakan akibat asap rokok ialah paru-paru. Penyakit pada paru-paru timbul akibat masuknya asap rokok ke paru-paru. Beberapa penyakit yang diderita oleh paru-paru perokok yaitu radang paru-paru, bronkitis dan pneumonia. Pada kerusakan sel paru-paru, dapat timbul penyakit kanker paru-paru yang disebabkan oleh keberadaan nikotin di dalam paru-paru.[15] Risiko menderita kanker paru-paru semakin besar ketika rokok yang dihisap mengandung tar, karena tar mengandung radikal bebas dan bersifat karsinogenik.[4]

Penyakit lain yang ditimbulkan oleh asap rokok bagi orang yang tidak merokok ialah sakit kepala, batuk, dan mengi. Selain itu, asap rokok dapat memperparah alergi dan memicu serangan asma. Peluang menderita penyakit saluran pernapasan juga terjadi pada penghirup asap rokok. Dua penyakit yang umum ialah pneumonia dan bronkhitis.[16]

Pada bayi dan anak-anak, keberadaan asap rokok ditanggapi dengan sangat sensitif. Sensitivitas bayi dan anak-anak dipengaruhi oleh kondisi paru-paru yang  belum berkembang sempurna. Karena itu, anak-anak yang menghirup asap rokok rentan menderita penyakit saluran pernapasan seperti bronkhitis, pneumonia, dan asma. Pada kasus-kasus tertentu, asap rokok menyebabkan infeksi telinga pada anak. Penyakit saluran pernapasa berulang lebih rentan terjadi pada anak seorang perokok.[16]

Penyakit jantung[sunting | sunting sumber]

Asap rokok menyebabkan timbulnya penyakit jantung pada penghirupnya meskipun bukan perokok. Wanita yang hidup serumah dengan perokok memiliki risiko sebesar 90% lebih besar dibandingkan dengan wanita yang tidak hidup serumah dengan perokok. Risiko meninggal akibat kanker paru-paru pada wanita yang hidup serumah dengan perokok menjadi dua kali lipat dibandingkan dengan wanita yang tidak hidup serumah dengan perokok.[16]

Bayi lahir lemah[sunting | sunting sumber]

Asap rokok yang dihirup oleh wanita hamil memberikan risiko tinggi pada bayi yang dikandungnya. Risiko ini berupa kelahiran prematur atau kelahiran bayi dengan berat badan rendah. Kondisi kelahiran ini menandakan bahwa bayi terlahir dalam keadaan lemah.[16]

Pembersihan[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1930-an telah dikembangkan sebuah alat penyaring udara yang khusus menyaring asap rokok. Namanya ialah penyaring udara elektrostatik yang menyaring asap dengan bantuan bantuan presipitator elektrostatik. Proses penyaringan terjadi melalui penyedotan debu dan kotoran yang halus pada aliran udara oleh kipas angin. Penyedotan dapat terjadi karen debu dan kotoran halus lainnya tertarik ke medan listrik yang dibuat di dalam penyaring udara elektrostatik.[17]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Jatmika, dkk. 2018, hlm. 116.
  2. ^ a b c d e Ratri, dkk. 2021, hlm. 24.
  3. ^ a b Ardiana 2021, hlm. 2.
  4. ^ a b Anhar, dkk. 2019, hlm. 5.
  5. ^ Lorensia 2021, hlm. 7.
  6. ^ Lorensia 2021, hlm. 6-7.
  7. ^ Ardiana 2021, hlm. 1.
  8. ^ a b Ardiana 2021, hlm. 5.
  9. ^ Soerojo, dkk. 2020, hlm. 153.
  10. ^ Ratri, dkk. 2021, hlm. 23.
  11. ^ a b Jatmika, dkk. 2018, hlm. 169.
  12. ^ Islam, F., dkk. (2021). Rikki, Alex, ed. Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan (PDF). Penerbit Yayasan Kita Menulis. hlm. 30. ISBN 978-623-342-115-7. 
  13. ^ Jatmika, dkk. 2018, hlm. 244.
  14. ^ Soerojo, dkk. 2020, hlm. 152.
  15. ^ Anhar, dkk. 2019, hlm. 2.
  16. ^ a b c d Quit Tobacco Indonesia dan Quit Tobacco Internasional (2013). "Apa saja penyakit yang dapat disebabkan oleh asap rokok?". Panduan Rumah Bebas Asap Rokok (PDF). Yogyakarta: Center for Bioethics and Medical Humanities & Center of Health Behavior and Promotion. 
  17. ^ Parker, Steve (2000). Jendela IPTEK: Listrik. Diterjemahkan oleh Subakti. Jakarta: Balai Pustaka. hlm. 15. ISBN 979-666-107-1. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Jatmika, S. E. D., dkk. (2018). Safrilia, Firnadea Ekarizky, ed. Pengendalian Tembakau (PDF). Bantul: Penerbit K-Media. ISBN 978-602-451-295-8.