Lompat ke isi

Utsman bin Mazh'un

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Utsman bin Mazh'un (bahasa Arab: عثمان بن مظعون, wafat sekitar 2 atau 3 H/624 M) adalah salah satu Sahabat Muhammad dari kaum Muhajirin. Keluarga Utsman bin Mazh'un berasal dari Bani Jumah yang termasuk bagian dari suku Quraisy. Utsman bin Mazh'un termasuk salah satu dari 40 pemeluk Islam pertama. Pada masa dakwah Muhammad di Makkah, ia pernah hijrah ke Abisinia dan kembali ke Makkah. Ketika Muhammad hijrah ke Madinah, Utsman bin Mazh'un turut berhijrah. Setelah mengikuti Perang Badar, Utsman bin Mazh'un meninggal dan dikuburkan di Jannatul Baqi.

Nasab dan Keluarga[sunting | sunting sumber]

Utsman bin Mazh'un berasal dari Bani Jumah. Nama ayahnya adalah Mazh'un bin Habib bin Wahab bin Hudzafah. Sedangkan ibunya bernama Sukhailah binti al- Anbas bin Ahban bin Khudzafah al-Jumahiyah.[1] Karena itu, nasab dari Utsman bin Mazh'un ialah Utsman bin Mazh'un bin Habib bin Wahab bin Hudzafah.[2]

Utsman bin Mazh'un memiliki istri bernama Khaulah binti Hakim.[3] Selain itu, Utsman bin Mazh'un memiliki seorang anak bernama Al-Saib.[4] Karena itu ia dijuluki sebagai Abu al-Saib.[2] Utsman bin Mazh'un memiliki dua saudara bernama Abdullah dan Qudamah.[4] Utsman bin Mazh'un juga memiliki saudari bernama Zainab binti Mazh'un. Saudarinya ini menikah dengan Umar bin Khattab.[5]

Sebuah hadis yang diriwayatkan dari Sa'ad bin Abi Waqqas menyatakan bahwa Utsman bin Mazh'un telah dilarang untuk membujang oleh Muhammad.[6] Larangan ini disebutkan dalam hadis periwayatan Imam Muslim Dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Tabrani menambahkan bahwa Muhammad mengatakan kepada Utsman bin Mazh'un bahwa Allah telah mengganti kerahiban bagi muslim dengan kerahiban yang lurus dan toleran.[7]

Keagamaan[sunting | sunting sumber]

Menyatakan masuk Islam[sunting | sunting sumber]

Utsman bin Mazh'un merupakan salah seorang dari 40 orang pemeluk Islam pertama pada masa kenabian Muhammad. Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa Utsman bin Mazh'un menerima Islam atas ajakan dari Abu Bakar ash-Shiddiq ketika Muhammad masih berdakwah secara sembunyi-sembunyi.[8] Ia menjadi orang ke-14 yang menyatakan dirinya beragama Islam.[1]

Utsman bin Mazh'un menyatakan keislaman sebelum Muhammad menjadikan rumah Al-Arqam bin Abi al-Arqam sebagai pusat kajian dan penyebaran ajaran Islam.[9] Pernyataan keislaman dilakukannya bersama beberapa sahabatnya dengan menemui Muhammad di Makkah.[10]

Hijrah ke Abisinia[sunting | sunting sumber]

Setelah beragama Islam, kedua saudara Utsman bin Mazh'un yaitu Abdullah dan Qudama serta anaknya yaitu Al-Saib, juga menyatakan keislaman.[4] Utsman bin Mazh'un, putranya dan kedua saudaranya ini kemudian ikut hijrah ke Abisinia setelah memperoleh izin dari Muhammad. Hijrah ini dilakukan bersama rombongan kaum Muhajirin karena suku Quraisy memberikan tekanan dan siksaan kepada para Sahabat Nabi dari kalangan Muhajirin di Makkah.[1] Utsman bin Mazh'un menjadi pemimpin dari rombongan yang pertama kali berangkat ke Abisinia. Rombongan ini diperkirakan terdiri dari 11 hingga 15 orang.[11] Raja Najasyi yang menjadi penguasa Abisinia memberikan perlakuan yang baik serta penghormatan kepada kaum Muhajirin. Sikap ini membuat kaum Muhajirin dapat melaksanakan ibadah secara tenang dan hidup dengan tenteram.[1]

Kembali ke Makkah[sunting | sunting sumber]

Ketika rombongan kaum Muhajirin menerima kabar bahwa suku Quraisy telah memeluk Islam, mereka kemudian mengadakan perjalanan pulang ke Makkah termasuk Utsman bin Mazh'un. Rombongan kaum Muhajirin kemudian mengetahui bahwa kabar yang mereka terima tidak benar. Karena itu, sebagian dari rombongan Muhajirin kembali ke Abisinia dan sebagian lainnya melanjutkan perjalanan ke Makkah dan menetap bersama keluarga mereka. Utsman bin Mazh'un termasuk yang memilih untuk kembali tinggal di Makkah.[12]

Ketika memasuki Makkah, Utsman bin Mazh'un memperoleh perlindungan dari salah seorang pembesar dari suku Quraisy yaitu Al-Walid bin al-Mughirah. Utsman bin Mazh'un merupakan keponakan dari Al-Walid bin al-Mughirah, sehingga perlindungan yang diberikan oleh Al-Walid bin al-Mughirah membuat Utsman bin Mazh'un dapat hidup aman di Kota Makkah. Namun perlindungan ini diakhiri oleh Utsman bin Mazh'un ketika menyaksikan penyiksaan yang dialami oleh para sahabat Muhammad di Kota Makkah.[13] Ia kemudian membatalkan perlindungan yang diberikan oleh Al-Walid bin al-Mughirah secara terbuka di hadapan majelis suku Quraisy.[14]

Kematian[sunting | sunting sumber]

Utsman bin Mazh'un meninggal dengan status sebagai salah satu sahabat Muhammad.[15] Ia meninggal setelah mengikuti Perang Badar.[16] Utsman bin Mazh'un diperkirakan meninggal antara tahun ke-2 atau ke-3 Hijriah. Ia menjadi muhajirin pertama yang meninggal di Madinah.[17] Ath-Thabari meriwayatkan bahwa Utsman bin Mazh'un meninggal pada bulan Zulhijah tahun ke-2 Hijriah. Ia dikuburkan di Jannatul Baqi. Kuburannya dipasangi dengan batu nisan oleh Muhammad pada posisi atas kepala sebagai penanda.[18]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d Kinas 2012, hlm. 886.
  2. ^ a b Ar 2021, hlm. 130.
  3. ^ Iskandar, Muhammad (2024). Biografi Perawi Hadis Wanita Abad ke-1 Sampai Pertengahan Abad ke-4 Hijriah : Kajian Terhadap Para Perawi Wanita dalam Kitab al-Mu’jâm al-Kabîr Karangan Imam at-Thabarânî. CV Jejak. hlm. 319. ISBN 978-623-4986-06-8. 
  4. ^ a b c Ar 2021, hlm. 132.
  5. ^ Ash-Shalabi, Ali Muhammad (2017). Biografi Umar bin Khattab [Umar bin Khattab] (PDF). Diterjemahkan oleh Jaliliar, I., dan Fauji, I. Jakarta: Ummul Qura. hlm. 28. ISBN 978-979-039-319-6. 
  6. ^ Hermanto, Agus (Januari 2023). Yuhani’ah, Rohmi, ed. Membujang dalam Pandangan Islam (PDF). Purbalingga: Eureka Media Aksara. hlm. 12. ISBN 978-623-487-547-8. 
  7. ^ Anis, Abdussami' (2018). Metode Rasulullah Mengatasi Problematika Rumah Tangga. Diterjemahkan oleh Abidun, Muhammad. Jakarta: Qisthi Press. hlm. 34. ISBN 978-979-1303-67-5. 
  8. ^ Zaki, M. (2019). Fajri, Ruwaida, ed. Jejak Inkubasi Islam (PDF). Mataram: Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Mataram dan El Hikam Press. hlm. 63. ISBN 978-602-7644-51-9. 
  9. ^ Kinas 2012, hlm. 805.
  10. ^ Ar 2021, hlm. 131-132.
  11. ^ Ridhwan (2021). Darna, A., dan Latif, I., ed. Pendidikan Nabawi: Belajar Dari Beberapa Aspek Pendidikan Nabi Muhammad Saw (PDF). Zahir Publishing. hlm. 68. ISBN 978-623-5705-29-3. 
  12. ^ Kinas 2012, hlm. 886-887.
  13. ^ Khalid 2015, hlm. 178.
  14. ^ Khalid 2015, hlm. 179.
  15. ^ Umar, Erwin (2018). Menangis Bersama Nabi. Yogyakarta: Diva Press. hlm. 127. ISBN 978-602-391-478-4. 
  16. ^ Muhallawi, Hanafi (2005). Tempat-Tempat Bersejarah dlm Kehidupan Rasulullah. Jakarta: Gema Insani Press. hlm. 235. ISBN 979-56-0058-3. 
  17. ^ Amru, Abu Maryam Kautsar. Mengenal Manhaj Salaf untuk Pemula: Setahap demi Setahap. Kautsar Amru Publishing. hlm. 18. 
  18. ^ Ath-Thabari (2019). Muhammad di Makkah dan di Madinah. Yogyakarta: IRCisoD. hlm. 505. ISBN 978-623-7378-00-6. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]