Lompat ke isi

Nabi palsu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Iblis berbisik kepada Antikristus; detail dari Deeds and Sermons of the Antichrist, Luca Signorelli, 1501, Katedral Orvieto

Dalam agama, nabi palsu adalah orang yang membuat klam palsu bahwa ia menerima nubuat atau wahyu, atau berbicara untuk Allah, atau orang yang membuat klaim semacam itu untuk tujuan jahat. Biasanya, orang yang dianggap "nabi sebenarnya" oleh beberapa orang dianggap sebagai "nabi palsu" oleh orang lainnya, bahkan dalam agama yang sama saat "nabi" tersebut dipertanyakan. Dalam cakupan yang lebih luas, orang tersebut adalah orang manapun yang membuat klaim palsu bahwa ia memiliki hubungan istimewa dengan Deitas dan mengangkat dirinya sebagai sebagai sumber spiritualitas, sebagai seorang otoritas, pengkotbah, atau guru. Sebaliknya, istilah tersebut terkadang dipakai di luar agama untuk menyebut yang yang mempromosikan teori yang dianggap palsu.

Kristen

Nasib Nabi Palsu, Wahyu 16, Beatus de Facundus, 1047

Dalam Perjanjian Baru, terdapat peringatan terhadap nabi palsu dan Mesias palsu, dan orang percaya didorong untuk menjadi waspada. Ayat-ayat berikut ini (Matius 7:15–20) berasal dari Kotbah di Bukit:

"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka."

Perjanjian Baru menyampaikan beberapa pernyataan soal nabi palsu yang diprediksi secara benar dan Yesus memprediksi kemunculan Kristus palsu dan nabi palsu pada masa mendatang, menyatakan bahwa mereka dapat menunjukkan tanda dan mukjizat besar. Ayat-ayat tersebut berasal dari Kotbah di atas Bukit Zaitun:

"Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang [...] Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga. Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu. Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: Lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya." (Matius 24:4–5, Matius 24:23–26)

Dalam Injil Lukas, Yesus mengajarkan sikap etis kepada murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan nabi-nabi palsu dalam Perjanjian Lama:

"Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu." (Lukas 6:26)

Dalam Kitab Para Rasul, Paulus dan Barnabas melawan seorang nabi palsu bernama Elimas Bar-Yesus di pulau Siprus:

"Mereka mengelilingi seluruh pulau itu sampai ke Pafos. Di situ mereka bertemu dengan seorang Yahudi bernama Baryesus. Ia seorang tukang sihir dan nabi palsu. Ia adalah kawan gubernur pulau itu, Sergius Paulus, yang adalah orang cerdas. Gubernur itu memanggil Barnabas dan Saulus, karena ia ingin mendengar firman Allah. Tetapi Elimas--demikianlah namanya dalam bahasa Yunani--,tukang sihir itu, menghalang-halangi mereka dan berusaha membelokkan gubernur itu dari imannya. Tetapi Saulus, juga disebut Paulus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap dia, dan berkata: "Hai anak Iblis, engkau penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat dan kejahatan, engkau musuh segala kebenaran, tidakkah engkau akan berhenti membelokkan Jalan Tuhan yang lurus itu? Sekarang, lihatlah, tangan Tuhan datang menimpa engkau, dan engkau menjadi buta, beberapa hari lamanya engkau tidak dapat melihat matahari." Dan seketika itu juga orang itu merasa diliputi kabut dan gelap, dan sambil meraba-raba ia harus mencari orang untuk menuntun dia. Melihat apa yang telah terjadi itu, percayalah gubernur itu; ia takjub oleh ajaran Tuhan." (Kisah Para Rasul 13:6–12)

Surat Petrus yang Kedua membuat perbandingan antara guru palsu dan nabi palsu dan cara guru palsu akan mengirim ajaran palsu, seperti yang dilakukan nabi palsu:

"Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda." (2 Petrus 2:1–3)

Surat Yohanes yang Pertama memperingatkan umat Kristen untuk menguji setiap roh karena nabi-nabi palsu tersebut:

"Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:1–3)

Yudaisme

Yesus ditolak dalam Yudaisme sebagai pengklaim Mesias Yahudi yang gagal dan nabi palsu.[1][2][3]

"Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut. Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan--dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu." (Ulangan 13:1–5).

Referensi dan catatan

  1. ^ Berger, David; Wyschogrod, Michael (1978). Jews and "Jewish Christianity". [New York]: KTAV Publ. House. ISBN 0-87068-675-5. 
  2. ^ Singer, Tovia (2010). Let's Get Biblical. RNBN Publishers; 2nd edition (2010). ISBN 978-0615348391. 
  3. ^ Kaplan, Aryeh (1985). The real Messiah? a Jewish response to missionaries (edisi ke-New). New York: National Conference of Synagogue Youth. ISBN 978-1879016118.  The real Messiah (pdf)