Sigit Pramono

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sigit Pramono
Lahir11 November 1958
Kabupaten Batang
Tempat tinggalIndonesia
Warga negaraIndonesia
PekerjaanEksekutif

Sigit Pramono (Kabupaten Batang, Jawa Tengah 14 November 1958) adalah seorang bankir kenamaan Indonesia. Beliau pernah menjabat sebagai Presdir BII dan Dirut BNI. Sigit Pramono adalah alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang angkatan 1983 dan menikahi Sri Rahayu Kusindini. Sigit Pramono Memperoleh Master of Business Administration bisnis Internasional dari Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya, Jakarta pada tahun 1995 dan Sarjana Manajemen Perusahaan dari Universitas Diponegoro, Semarang pada tahun 1983. Pendidikan lainnya yang pernah diikuti adalah Syndicated Loan di Singapura (1997), Leasing di Leasing School in Salt Lake City, Utah, Amerika Serikat (1990) dan International Treasury Management Program di Singapura (1985).

Karier

Jenjang Karier Sigit Pramono di Bank Exim:

  • Bank Exim sebagai officer di Cabang Semarang (1984 - 1985)
  • Assistant Manager pada Domestic Banking Division (1985 - 1987)
  • Assistant Manager pada Treasury & International Banking Division (1987 - 1988)
  • Head of Loan Syndication Department (1997-1998)
  • Head of Loan Remedial Division (1998-Maret 1999)

Jenjang karier lain:

  • Vice President Director Bank Merincorp (1993-1997)
  • Vice President Director PT Merchant Investment Corporation (1992-1993)
  • Komisaris PT Bank Merincorp Securities (1992-1993)
  • Presiden Direktur PT. BII (2002-2003)
  • Dirut PT. BNI (2003-2008)

Prestasi

Sigit Pramono mulai berkarir di Bank Exim sejak 1984 sebagai officer di Cabang Semarang (1984 - 1985), Assistant Manager pada Domestic Banking Division (1985 - 1987), Assistant Manager pada Treasury & International Banking Division (1987 - 1988) serta pernah menduduki jabatan-jabatan penting lainnya yaitu sebagai Head of Loan Syndication Department (1997-1998) dan Head of Loan Remedial Division (1998-Maret 1999). Jabatan lain yang pernah dipegang adalah sebagai Vice President Director Bank Merincorp (1993-1997), Vice President Director PT Merchant Investment Corporation (1992-1993), Komisaris PT Bank Merincorp Securities (1992-1993), dan Direktur PT. Exim Leasing. Ketika krisis keuangan melanda Indonesia tahun 1997, Sigit ditugaskan untuk menangani sindikasi dan divisi penyelamatan kredit Bank Exim. Tugasnya makin berat ketika Bank Ekspor Impor Indonesia terpaksa melakukan merger bersama empat bank pemerintah lainnya, yaitu PT. Bank Bumi Daya (BBD), PT. Bank Dagang Negara (BDN), dan PT. Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), dan menjadi bank baru dengan nama PT. Bank Mandiri. Sigit Pramono harus menangani 70% - 80% portofolio kredit yang perlu direstrukturisasi, yang merupakan gabungan kredit dari empat bank yang baru merger itu. Sigit juga harus menangani sekitar 615 debitur korporasi besar yang harus direstrukturisasi kreditnya, serta puluhan ribu kredit menengah dan kecil. Oleh karena waktu itu adalah masa awal krisis, portofolio Bank Mandiri mayoritas adalah kredit bermasalah.

Dengan kerja keras dan kemampuannya dalam bernegosiasi dengan para debitur, membuat ia sukses menangani masalah restrukturisasi di bank Mandiri, dan ini ternyata menjadi nilai plus bagi reputasinya di dunia perbankan, sehingga tidak heran jika ia kemudian dipercaya menangani beberapa bank bermasalah lainnya, seperti Bank Internasioanl Indonesia pada tahun 2002-2003, kemudian BNI pada tahun 2003. Ketika diangkat sebagai Direktur Utama BNI pada tahun 2003, bank tersebut baru saja menjadi sorotan publik akibat kasus pembobolan BNI melalui letter of credit/LC senilai Rp. 1,7 Triliun di BNI cabang Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pada tahun 2006, Sigit dipercaya para bankir menjadi Ketua Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) hingga sekarang ia sudah menjabat selama dua periode di organisasi paling bergengsi di dunia perbankan tanah air. Sejak 2008, ia diangkat sebagai Komisaris Independen Bank BCA.

Referensi