Puri Ageng Pemayun Kesiman

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Merajan Agung Puri Ageng Pemayun Kesiman

Puri Ageng Pemayun Kedaton Kesiman[1] (sering disebut juga dengan nama Puri Ageng Pemayun Kesiman dan Jero Gede Kedaton Kesiman) adalah salah satu Puri yang terletak di Jalan WR Supratman Nomor 215, Kesiman, Kota Denpasar, Bali. Penglingsir Puri Agung Pemayun Kesiman saat ini adalah Ir. Ida Nararya Oka Pemayun, MT (sebelum menjadi penglingsir bernama A. A. Bagus Oka).[2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Kori Agung (pintu masuk) Merajan Suci Puri Ageng Pemayun Kesiman

Diceritakan bahwa raja Puri Agung Pemecutan ketiga yakni Kyai Anglurah Pemecutan Sakti memiliki beberapa orang permaisuri dan selir, salah satunya adalah seorang putri yang berasal dari Puri Agung Gelogor. Dari hasil pernikahan tersebut, mereka dianugerahi 2 orang putra, yakni Kyai Agung Ngurah Pemecutan yang selanjutnya meneruskan ayahnya sebagai raja Pemecutan ke-IV[3] dan Kyai Agung Ngurah Pemayun.[4][5]

Dikisahkan kemudian, pada masa pemerintahan Puri Alang Badung dan Puri Agung Pemecutan, sering terjadi gangguan keamanan di sisi timur kerajaan seperti di Sumerta dan sekitarnya. Maka diperintahkanlah Kyai Agung Ngurah Pemayun untuk memimpin pasukan pengamanan di wilayah timur dengan upaya yang pertama melakukan perdamaian dengan Dalem Benculuk Tegeh Kuri (penguasa wilayah Tonja dan Sumerta saat itu) yang sering melakukan kekacauan di kawasan itu. Untuk keperluan tersebut, beliau diberikan sebilah keris pusaka yang bernama I Cekle, keris pemberian dari Prabu Pucangan kepada Kyai Ketut Bendesa setelah berhasil memangkas pohon beringin (karenanya beliau juga bernama Kyai Notor Wandira).[6] Kenyataannya perdamaian tidak bisa dilakukan, sehingga pertempuran tidak bisa dihindari. Pertempuran sengit ini terjadi sekitar tahun 1689 M. Dalam pertempuran itu, Dalem Benculuk Tegeh Kuri kalah. Maka seluruh keturunannya diturunkan derajatnya menjadi orang biasa dengan panggilan Guru atau Bapa. Di samping itu Dalem Benculuk dan keturunannya mengalih berpencar ke tempat lain.[5][1]

Selanjutnya Kyai Agung Ngurah Pemayun membangun Puri Ageng Pemayun Kesiman yang juga disebut Jero Gede Kedaton Kesiman dengan pasukan intinya yang dijuluki "Poleng Kesiman."[5] Awalnya, Puri Ageng Pemayun Kesiman berada di sebelah selatan Pura Luhur Dalem Mutering Jagat Kesiman, namun karena sering terjadi wabah penyakit, akhirnya Puri tersebut ditinggalkan, dan dengan bantuan Pekak Poleng dipindahkan ke sebelah barat Pura Pengrebongan.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c "Puri Ageng Pemayun Kesiman - Sejarah Puri Ageng Pemayun Kesiman". sites.google.com. Diakses tanggal 2023-05-26. 
  2. ^ "Edisi 01 Maret 2011 | Balipost.com by e-Paper KMB - Issuu". issuu.com (dalam bahasa Inggris). 2011-02-28. Diakses tanggal 2023-05-26. 
  3. ^ Dawan, Lanang (Sabtu, 09 Januari 2010). "PEMECUTAN-BEDULU-MAJAPAHIT: RAJA PEMECUTAN IV". PEMECUTAN-BEDULU-MAJAPAHIT. Diakses tanggal 2023-05-26. 
  4. ^ Dawan, Lanang (2009-11-23). "RAJA PEMECUTAN III". PEMECUTAN-BEDULU-MAJAPAHIT. Diakses tanggal 2023-05-26. 
  5. ^ a b c Darmanuraga, A. A. N. Putra (2011). Perjalanan Arya Damar dan Arya Kenceng di Bali. Yayasan Kerti Budaya (Denpasar, Indonesia) (edisi ke-Cet. 1). Denpasar: Pustaka Larasan bekerja sama [dengan] Yayasan Kerti Budaya. ISBN 978-979-3790-70-1. 
  6. ^ Imade Purna, Renggo Astuti, A.A. Gde Alit Geria, Fajria N. Manan (1994). Babad Arya Tabanan dan Ratu Tabanan (PDF). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]