Kalus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kalus 1
Kalus 2

Kalus adalah sekumpulan sel amorphous (tidak berbentuk atau belum terdiferensiasi) yang terbentuk dari sel-sel yang membelah terus menerus secara in vitro atau di dalam tabung. [1] Kalus dapat diperoleh dari bagian tanaman seperti akar, batang dan daun. [2] Secara histologi, kalus berasal dari pembelahan berkali-kali sel-sel parenkim di sekitar berkas pengangkut dan beberapa elemen penyusun berkas pengangkut kecuali xilem. [3] Dalam teknik kultur jaringan (in vitro), kalus dapat diinduksi dengan menambahkan zat pengatur tumbuh yang sesuai pada media kultur, misalnya auksin dan sitokinin yang disesuaikan. [1] Jika konsentrasi auksin lebih besar daripada sitokinin maka kalus akan terbentuk, sedangkan jika konsentrasi sitokinin yang lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi auksin maka yang terbentuk bukanlah kalus, melainkan tunas. [4] Selain zat pengatur tumbuh atau hormon pertumbuhan, penambahan vitamin dan protein juga diperlukan untuk pertumbuhan kalus. [5] Induksi kalus dalam teknik kultur jaringan tanaman diperlukan untuk memunculkan keragaman sel somatik di dalam kultur in vitro dan meregenerasikan sel tersebut menjadi embrio somatik. [6].


Referensi

  1. ^ a b Sudarmadji. 2003. Penggunaan Benzil Amino Purine pada Pertumbuhan Kalus Kapas Secara In Vitro. Buletin Teknik Pertanian Vol. 8, N0. 1
  2. ^ Moega JP. 1991. Dasar-dasar Genetika Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Erlangga
  3. ^ Trisnawati NN, Lawrie AC, Sumardi I. 1999. The developmental pattern of callus and somatic embryo from young leaf of garlic (Allium salivum L.) Biologi 2(7): 365-379
  4. ^ Gunawan LW. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan PAU Bioteknologi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
  5. ^ Rahardjo PC. 1989. Kultur Jaringan. Jakarta: Penebar Swadaya
  6. ^ Aisyah SI, et al.. 2007. Induksi kalus embriogenik pada kultur in vitro jagung (Zea mays L.) dalam rangka peningkatan keragaman genetik melalui variasi somaklonal. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. Edisi Khusus, No. 3 2007, Hlm. 344 - 350

Lihat pula