Imajinasi Katolik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 13.05 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q5053295)

Imajinasi Katolik merujuk pada sebuah gaya kebudayaan yang umum di tengah-tengah umat Katolik sebagaimana hal tersebut merupakan sesuatu yang tak dapat dipisahkan dari pandangan Gereja Katolik Roma bahwa Tuhan jadir di dalam semua ciptaan dan di dalam diri manusia, seperti yang terlihat di dalam sistem sakramen-nya dimana hal-hal materi dan diri manusia menjadi sumber dan jalan bagi rahmat ilahi.

Asal-usul istilah ini

Membandingkan 'Imajinasi Katolik' dengan 'Imajinasi Protestan'

Istilah ini dipopulerkan oleh Andrew Greeley, seorang imam Katolik. Ia menulis:

"Lambang utama dari sebuah agama adalah Tuhan. Gambaran seseorang mengenai Tuhan pada faktanya merupakan sebuah narasi metafora (atau kiasan) tentang hubungan Tuhan dengan dunia ini dan dengan diri-Nya sendiri sebagai bagian dari alam semesta... Ajaran-ajaran klasik Katolik menganggap bahwa Tuhan yaang hadir di dunia, menyatakan diri-Nya di dalam dan melalui penciptaan. Dunia dan segala kejadian, benda, serta para manusiannya cenderung menjadi sesuatu yang mirip dengan Tuhan. Ajaran-ajaran klasik Protestan, di sisi lain, menganggap bahwa Tuhan tidak hadir di dunia ini di kebanyakan waktu, dan hanya menyatakan diri-Nya pada peristiwa-peristiwa tertentu (terutama dalam diri Yesus Kristus dan dalam peristiwa penyaliban-Nya). Dunia dan sebagal kejadian, benda, serta para manusianya cenderung menjadi sesuatu yang sangat berbeda dari Tuhan".

Umat Protestan sebagai 'para peziarah'

Menurut Runar Eldebo (seorang koresponden Swedia bagi pietisten -- sebuah surat kabar internet Katolik) yang mengajar di sebuah seminari Swedia, Greely membuat perbedaan yang jelas antara imajinasi Katolik dengan imajinasi Protestan. Mengenai imajinasi Protestan, Eldebo mengatakan:

"Imajinasi Protestan bersifat dialektik dan menjadikan manusia sebagai peziarah. Hal ini bertentangan dengan sangat mendalam dan bersifat antagonis terhadap unsur-unsur sebuah kehidupan manusia yang umum. Imajinasi Katolik bersifat analogis. Imajinasi ini didirikan di dalam penciptaan itu sendiri dan memandang peristiwa penciptaan sebagai Tuhan yang sedang 'menyembunyikan diri'. Menurut imajinasi Katolik, Tuhan hadir dimana-mana. Menurut imajinasi Protestan, seperti pendapat Karl Barth misalnya, Tuhan tersembunyi dimana-mana dan hanya ditemukan dalam wahyu Yesus Kristus. Oleh karena itu, menurut Greeley, umat Protestan tidak pernah merasa sebagai bagian dari bumi ini; mereka adalah peziarah yang dalam perjalan menuju tujuan akhir mereka. Sementara itu, umat Katolik suka untuk hidup di bumi. Mereka menikmati kehidupan dan tidak 'tergesa-gesa' untuk pergi ke surga karena Tuhan ada dimana-mana, terutama di tempat-tempat dimana seseorang tidak mengantisipasi keberadaan-Nya. Umat Protestan telah memperingatkan orang mengenai bahaya-bahaya dunia ini dan mengajak orang-orang tersebut untuk bersembunyi di dalam gereja. Umat Katolik tahu bahwa Tuhan mencintai dunia ini, dan, terlebih lagi, gereja-Nya."

Pandangan penulis Katolik Falnnery O'Connor

Penulis Katolik Amerika, Flannery O'Connor, juga membahas pandangan-pandangan ini dalam karyanya Novelist and Believer:

Santo Augustinus dari Hippo menulis bahwa semua hal di dunia ini dicurahkan dari Tuhan dalam dua bentuk: secara akal budi ke dalam pikiran para malaikat dan secara fisik ke dalam dunia materi ini. Bagi orang-orang yang percaya akan hal ini - seperti yang dipercaya orang-orang di Dunia Barat hingga beberapa abad yang lalu - dunia yang secara fisik bisa dirasakan ini adalah suatu hal yang baik karena berasal dari sebuah sumber ilahi... Tujuan utama dari seorang seniman adalah untuk melukiskan apa yang paling pantas dari dunia yang bisa dilihat ini... Sang seniman menggali dunia konkret ini dalam usahanya melukiskan sumber gambarannya dengan sebaik-baiknya, yakni untuk melukis kenyataan yang paling nyata.

Lihat pula

Pranala luar