Darah Perawan Bulan Madu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Darah perawan bulan madu)
Darah Perawan Bulan Madu
SutradaraHartawan Triguna
ProduserHartawan Triguna
Ditulis olehSekar Ayu Asmara
PemeranRoni Galoeng
Indah Kalalo
Restu Sinaga
Adelia Rasya
Yogi Aldi
Penata musikJoseph S. Djafar
SinematograferFachnei L. Saad
PenyuntingAP Widagdo
DistributorSentra Films, Multivision Plus
Tanggal rilis
  • 30 Juli 2009 (2009-07-30)
Durasi87 menit
NegaraIndonesia

Darah Perawan Bulan Madu merupakan film horor Indonesia yang dirilis pada 30 Juli 2009 yang disutradarai oleh Hartawan Triguna. Film ini dibintangi antara lain oleh Indah Kalalo, Restu Sinaga, Adelia Rasya, dan Yogi Aldi.

Sinopsis[sunting | sunting sumber]

Putra (Restu Sinaga) dan Amira (Indah Kalalo) baru saja menikah di tengah kesibukan mereka sebagai manusia karier di Jakarta. Ingin memberikan pengalaman yang berbeda, Putra mengajak Amira untuk berbulan madu ke pulau pribadi miliknya sambil beristirahat dari kesibukan mereka. Dipulau itu beberapa pekerja utama sudah akrab dengan Putra. Yakni, Pak Ringga sang kepala pulau, Yanto sang koki, Deden sang satpam, dan Agus anak Pak Ringga.

Yanto dan Deden menjadi terobsesi dengan keseksian Amira yang selalu ditonjolkan oleh Amira saat bermesraan dengan Putra diberbagai tempat di Pulau. Namun, kejadian-kejadian aneh mulai terjadi kepada Amira dan Putra. Sementara si Deden yang sedang patroli keliling pulau, didorong oleh sesuatu ke bebatuan dibawah dermaga. Yanto turut menjadi korban saat berada di gudang anggur, didorong jatuh ke sebuah sekop oleh sepasang tangan.

Saat tengah berjalan sendiri di hutan, barulah mulai terlihat bahwa hantu wanita yang kerap meneror Amira adalah sesosok wanita dengan gaun pengantin. Amira menemukan sebuah liontin biru yang indah di tengah hutan. Pak Ringga mulai mencari-cari Yanto dan Deden namun belum menemukan mayat mereka. Kelihatannya setelah Pak Ringga melihat Amira mengenakan liontin biru itu, Pak Ringga jadi berbicara serius dengan Putra. Lalu Amira yang habis mandi, diganggu kembali oleh hantu wanita itu dengan intensitas yang lebih parah. Pak Ringga dan Putra menyelamatkan Amira dan membuang liontin biru iu karena dianggap membawa sial.

Putrapun bercerita tentang Lydia, mantan istri Putra yang juga berbulan madu dengan Putra di pulau itu. Liontin itu adalah milik Lydia yang diwariskan secara turun temurun dari leluhurnya. Lydia diketahui Amira sudah meninggal, tetapi tidak tahu sebelum diceritakan Putra bahwa Lydia meninggal di Pulau tersebut. Putra berkeras bahwa yang selama ini dilihat Amira adalah arwah nenek buyut Lydia. Pada malam keesokan harinya, badai menjelang. Amira meminta Putra untuk pulang karena tidak tahan dengan keadaan di Pulau tersebut. Dan rumahpun mati lampu. Putrapun mencari Pak Ringga untuk menyalakan genset. Ditinggal, Amira dihantui Lydia lagi, kali ini Amira dituntun ke sebuah album foto yang menunjukkan bahwa liontin biru itu adalah pemberian Putra. Saat itu, Putra menyeret Amira ke hutan.

Disanalah, sambil Putra berbicara dengan Amira yang diikat, Putra menggali kubur untuk Amira. Ternyata Putra adalah seorang pria yang menggunakan ketampanannya untuk merebut banyak hati wanita. Kemudian, setelah wanita itu memilih Putra menjadi salah seorang pemilik aset yang ia punya, maka Putra akan membunuh mereka. Dan modus inilah yang menjadi plot untuk mereguk kekayaan milik Amira yang baru saja bergabung dengan perusahaan besar. Saat Putra ingin membunuh Amira, Agus datang dan memukul Putra, membebaskan Amira dan membawanya ke rumah. Agus segera meminta bantuan, tetapi Putra keburu datang dan memulai kejar-kejaran. Disaat yang sama, Pak Ringga yang turut menjadi pemulus rencana Putra menghadang anaknya sendiri. Untung Lydia datang dan membunuh Pak Ringga, lalu Putra berhasil melacak kamar tempat persembunyian Amira dan Agus. Lydia membantu mereka lagi dan membuat Putra terkejar ke hutan, dan terjatuh ke lubang kuburan dengan kapak yang ia pegang, terlempar dan menancap kepalanya sendiri.

Film berakhir dengan sebuah pagi di mana Amira dengan Agus keluar dari pulau tersebut. Amira membuang segala pernak-pernik yang diberikan Putra kepadanya.

Pemeran[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]