Candi Lembah Bujang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 06.22 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 5 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q3181128)
Sisa batur kaki candi dan pelataran candi Lembah Bujang.
Model rekonstruksi candi Lembah Bujang, Kedah Lama, dipamerkan di Museum Negara Malaysia, Kuala Lumpur.

Candi Lembah Bujang adalah bangunan candi Hindu di kawasan situs purbakala Lembah Bujang, peninggalan kerajaan Kedah Lama, Kedah, Malaysia. Kompleks percandian Lembah Bujang adalah satu-satunya peninggalan purbakala kawasan percandian yang ditemukan di Malaysia.

Bangunan utamanya adalah candi Bukit Batu Pahat. Sisa bangunan yang ditemukan hanyalah berupa tangga dan batur yang membentuk kaki candi dengan sebagian tubuhnya, sementara sebagian dinding dan bagian atapnya sudah musnah. Dibagian depannya terdapat mandapa atau pelataran candi. Ditemukannya umpak-umpak batu tempat mencanangkan tiang kayu di teras candi menunjukkan bahwa bagian dari candi ini adalah bangunan kayu yang telah lama lapuk dan musnah sehingga tidak ditemukan sisanya.

Situs Purbakala Lembah Bujang

Situs purbakala ini terletak di lembah Bujang, di selatan Alor Star, ibu kota Kedah. Nama Bujang berasal dari bahasa sansekerta: bhujanga yang berarti 'ular'. Lembah ini membentang dari Gunung Jerai di utara hingga muara Sungai Muda di selatan. Situs purbakala ditemukan di sekitar tepian Sungai Muda yang merupakan bekas pusat pelabuhan niaga Kedah Lama sejak abad ke-5 masehi.[1]

Pelabuhan Kataha atau Kadaram (Kedah) dan peradaban Lembah Bujang mempunyai hubungan perdagangan yang erat dengan kawasan sekitarnya, Tiongkok dan India. Pelabuhan ini merupakan salah satu pelabuhan penghubung jalur perdagangan laut antara Tiongkok dan india.

Perkembangan pelabuhan niaga Kedah sering dikaitkan dengan kerajaan bahari Sriwijaya. Disebutkan Sriwijaya menaklukkan Kedah dan Langkasuka sekitar abad ke-7 masehi. Kedah menjadi pelabuhan bagian dari mandala Sriwijaya, sebelum akhirnya diserang dan direbut kerajaan Chola dari India Selatan sekitar awal abad ke-11.

Selain candi ditemukan pula temuan arkeologi berupa peripih (kotak batu), keramik, kaca dan manik-manik dari Tiongkok, Asia Barat, India atau buatan setempat, dan pecahan arca nandi dan relief boddhisatwa. Dari bukti temuan nampaknya candi ini dibagi dalam dua fase, fase Buddha pada kurun abad ke-5 sampai ke-10 masehi, dan fase Hindu pada kurun abad ke-10 sampai ke-13 atau ke-14 masehi. Candi yang tersisa kini adalah candi Hindu dengan bagian wimana (bangunan tertutup tempat arca bersemayam) dan mandapa (teras terbuka tempat pemujaan).

Lihat Pula

Pranala luar

Referensi

  1. ^ Journey Malaysia

Galeri