Ular cincin-emas
Ular cincin-emas
| |
---|---|
Boiga dendrophila | |
Status konservasi | |
Risiko rendah | |
IUCN | 183186 |
Taksonomi | |
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found. | |
Spesies | Boiga dendrophila Heinrich Boie, 1827 |
Tata nama | |
Sinonim takson |
Ular cincin-emas atau yang juga dikenal dengan nama ular tali wangsa atau ular bakau (nama yang juga digunakan untuk spesies F. leucobalia), adalah spesies ular berbisa menengah dari suku Colubridae. Ular ini diberi nama ular cincin-emas karena belang-belang berwarna kuning emas yang terdapat di punggungnya. Nama umumnya dalam bahasa Inggris adalah Black mangrove catsnake atau Gold-ringed catsnake. Sedangkan nama ilmiahnya adalah Boiga dendrophila (Boie, 1827).[1]
Pengenalan
[sunting | sunting sumber]Panjang tubuh ular ini mencapai 2.5 meter. Kepalanya berbentuk oval dan sedikit lebih lebar daripada leher. Bagian atas kepalanya berwarna hitam mengkilap dengan mata berwarna hitam. Bibir dan bagian bawah mulut hingga leher bawah berwarna kuning emas. Leher atas (tengkuk) dan tubuh bagian atas berwarna hitam mengkilap dengan belang-belang tipis berwarna kuning emas atau kuning terang. Bagian bawah tubuh (kecuali leher) berwarna hitam keabu-abuan.[2][3]
Penyebaran dan habitat
[sunting | sunting sumber]Ular cincin-emas tersebar luas mulai dari Myanmar, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia (Sumatra, Kepulauan Riau, Bangka-Belitung, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi), serta sebagian Filipina. Habitat utama ular ini adalah hutan yang lembap atau hutan dekat sungai, hingga ketinggian 610 meter DPL. Akan tetapi, ular ini paling sering dijumpai di hutan pakau di daerah pantai atau muara sungai. Hal inilah yang membuatnya sering disebut "ular bakau", tetapi nama ini juga sering disematkan kepada spesies ular air yang hidup di wilayah yang sama, yaitu Ular-air bakau (Fordonia leucobalia).[2][4]
Bisa
[sunting | sunting sumber]Ular cincin-emas termasuk ular berbisa menengah dan bertaring belakang. Gigitan ular cincin-emas dapat berakibat serius pada manusia, biasanya terasa sangat sakit dan bengkak di sekitar luka gigitan, tetapi tidak sampai membunuh manusia. Sampai saat ini, belum ada laporan atau berita kematian karena gigitan ular ini.[2][3]
Perilaku, makanan, dan reproduksi
[sunting | sunting sumber]Ular cincin-emas aktif pada malam hari dan biasanya beraktivitas di atas pohon. Ular ini sangat jarang turun ke tanah, biasanya hanya untuk berburu makanan. Ular ini termasuk ular yang mudah marah apabila diganggu. Makanan utamanya adalah katak/kodok, kadal, burung kecil, tikus, kelelawar kecil, dan terkadang ular lain yang berukuran lebih kecil. Ular ini berkembangbiak dengan bertelur (ovipar). Jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 4 hingga 15 butir. Panjang ular yang baru menetas sekitar 35 sampai 43 cm.[2][3]
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Bagian kepala ular cincin emas.
-
Di atas pohon terbuka.
-
Posisi melingkar di tanah.
-
Posisi melingkar di pohon.
-
Berdiam diri di ranting pohon.
-
Sedang mencari mangsa.
-
Posisi ketika merasa terganggu.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-15. Diakses tanggal 2019-01-14.
- ^ a b c d Ular Asli Indonesia: Ular Cincin Emas (Boiga dendrophila)
- ^ a b c Rooij, Nelly de. 1915. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago. Volume 2. Leiden.
- ^ Boiga dendrophila | The Reptile Database
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Boie F. 1827. "Bemerkungen über Merrem's Versuch eines Systems der Amphibien, 1. Lieferung: Ophidier ". Isis van Oken, Jena 20: 508-566. (Dipsas dendrophila, p. 549).
- Boulenger GA. 1896. Catalogue of the Snakes in the British Museum (Natural History). Volume III. Containing the Colubridæ (Opisthoglyphæ and Proteroglyphæ) ... London: Trustees of the British Museum (Natural History). (Taylor and Francis, printers). xiv + 727 pp. + Plates I-XXV. (Dipsadomorphus dendrophilus, pp. 70–71). (includes new variations: annectens, latifasciatus, melanotus, multicinctus).
- Brongersma LD. 1934. "Contributions to Indo-Australian herpetology". Zool. Med. 17: 161-251.
- Das I. 2006. A Photographic Guide to Snakes and other Reptiles of Borneo. Sanibel Island, Florida: Ralph Curtis Books. 144 pp. ISBN 0-88359-061-1. (Boiga dendrophila, p. 22).
- Ryabov, Sergei A.; Orlov, Nikolai L. 2002. "Breeding of Black Mangrove Snake Boiga dendrophila gemmicincta (Duméril, Bibron et Duméril, 1854) (Serpentes: Colubridae: Colubrinae) from Sulawesi Island (Indonesia)". Russ. J. Herpetol. 9 (1): 77-79.