Lompat ke isi

Antibiotik spektrum luas: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Muhammad Anas Sidik (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Muhammad Anas Sidik (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 5: Baris 5:
==Target Bakteri==
==Target Bakteri==
==Terapi Antibiotik Empiris==
==Terapi Antibiotik Empiris==
==Resiko==
==Resiko==
===Gangguan mikrobioma normal===
Diperkirakan ada 38 triliun mikroorganisme yang menduduki tubuh manusia.<ref>{{cite journal | vauthors = Sender R, Fuchs S, Milo R | title = Revised Estimates for the Number of Human and Bacteria Cells in the Body | journal = PLOS Biology | volume = 14 | issue = 8 | pages = e1002533 | date = 2016 | pmid = 27541692 | pmc = 4991899 | doi = 10.1371/journal.pbio.1002533 | doi-access = free }}</ref> Sebagai efek samping terapi, antibiotik dapat mengubah kandungan mikroba normal tubuh dengan menyerang tanpa pandang bulu baik bakteri yang bersifat patologis maupun yang terjadi secara alami, menguntungkan atau tidak berbahaya yang ditemukan di usus, paru-paru, dan kandung kemih.<ref name="Martin">{{cite book | vauthors = Martin EA |year=2003 |title=Oxford Concise Medical Dictionary |edition=6th |isbn=978-0-19-860753-3 |publisher=Oxford University Press}}</ref> Penghancuran flora bakteri normal tubuh diperkirakan mengganggu kekebalan, nutrisi, dan menyebabkan pertumbuhan berlebih pada beberapa bakteri atau [[fungi]].<ref>{{cite journal | vauthors = Rafii F, Sutherland JB, Cerniglia CE | title = Effects of treatment with antimicrobial agents on the human colonic microflora | journal = Therapeutics and Clinical Risk Management | volume = 4 | issue = 6 | pages = 1343–58 | date = December 2008 | pmid = 19337440 | pmc = 2643114 | doi = 10.2147/tcrm.s4328 | doi-access = free }}</ref> Pertumbuhan berlebih mikroorganisme yang resistan terhadap obat dapat menyebabkan infeksi sekunder seperti Clostridioides difficile ("C. diff") atau kandidiasis ("sariawan").<ref name="Hopkins" /> Efek samping ini lebih mungkin terjadi pada penggunaan antibiotik spektrum luas, mengingat potensinya yang lebih besar untuk mengganggu lebih banyak variasi flora normal manusia.<ref name="Martin" /> Penggunaan doksisiklin pada acne vulgaris telah dikaitkan dengan peningkatan risiko [[penyakit Crohn]],<ref>{{Cite journal|last1=Margolis|first1=David J.|last2=Fanelli|first2=Matthew|last3=Hoffstad|first3=Ole|last4=Lewis|first4=James D.|date=2010|title=Potential association between the oral tetracycline class of antimicrobials used to treat acne and inflammatory bowel disease|url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20700115/|journal=The American Journal of Gastroenterology|volume=105|issue=12|pages=2610–2616|doi=10.1038/ajg.2010.303|issn=1572-0241|pmid=20700115|s2cid=20085592}}</ref> meskipun penelitian selanjutnya menunjukkan adanya hubungan antara acne vulgaris dan IBS terlepas dari penggunaan antibiotik.<ref>{{Cite journal |last1=Taylor |first1=Matthew T. |last2=Margolis |first2=David J. |last3=Kwatra |first3=Shawn G. |last4=Barbieri |first4=John S. |date=April 2023 |title=A propensity score matched cohort study identifying an association of acne, but not oral antibiotic or isotretinoin use, with risk of incident inflammatory bowel disease |journal=Journal of the American Academy of Dermatology |volume=88 |issue=4 |pages=841–847 |doi=10.1016/j.jaad.2023.01.014 |issn=1097-6787 |pmid=36682724|pmc=10033360 }}</ref> Demikian pula, penggunaan minocycline pada acne vulgaris telah dikaitkan dengan dysbiosis kulit dan usus.<ref>{{Cite journal|last1=Thompson|first1=Katherine G.|last2=Rainer|first2=Barbara M.|last3=Antonescu|first3=Corina|last4=Florea|first4=Liliana|last5=Mongodin|first5=Emmanuel F.|last6=Kang|first6=Sewon|last7=Chien|first7=Anna L.|date=2020-02-01|title=Minocycline and Its Impact on Microbial Dysbiosis in the Skin and Gastrointestinal Tract of Acne Patients|journal=Annals of Dermatology|language=en|volume=32|issue=1|pages=21–30|doi=10.5021/ad.2020.32.1.21 |pmid=33911705| pmc=7992645 |issn=1013-9087|doi-access=free}}</ref>

==Contoh-contoh==
==Contoh-contoh==
Untuk pengobatan pada manusia:{{cn|date=February 2023}}
Untuk pengobatan pada manusia:{{cn|date=February 2023}}

Revisi per 7 Mei 2024 22.46

Gambar mikroskop elektron berwarna dari bakteri staphylococcus aureus yang resisten terhadap metisilin (MRSA), bakteri yang umumnya menjadi sasaran antibiotik spektrum luas

Antibiotik spektrum luas adalah antibiotik yang bekerja pada dua kelompok bakteri utama, yakni gram-positif dan gram-negatif,[1] atau antibiotik apa pun yang bekerja melawan berbagai macam bakteri penyebab penyakit.[2] Antibiotik ini digunakan ketika dicurigai adanya infeksi bakteri tetapi kelompok bakterinya tidak diketahui (disebut juga terapi empiris) atau ketika diduga ada infeksi beberapa kelompok bakteri. Antibiotik ini berbeda dengan antibiotik spektrum sempit, yang hanya efektif melawan kelompok bakteri tertentu. Meskipun antibiotik yang kuat dan berspektrum luas menimbulkan risiko tertentu, terutama terganggunya bakteri asli dan normal serta berkembangnya resistansi antimikroba. Contoh antibiotik spektrum luas yang umum digunakan adalah ampisilin.[3]

Target Bakteri

Terapi Antibiotik Empiris

Resiko

Gangguan mikrobioma normal

Diperkirakan ada 38 triliun mikroorganisme yang menduduki tubuh manusia.[4] Sebagai efek samping terapi, antibiotik dapat mengubah kandungan mikroba normal tubuh dengan menyerang tanpa pandang bulu baik bakteri yang bersifat patologis maupun yang terjadi secara alami, menguntungkan atau tidak berbahaya yang ditemukan di usus, paru-paru, dan kandung kemih.[5] Penghancuran flora bakteri normal tubuh diperkirakan mengganggu kekebalan, nutrisi, dan menyebabkan pertumbuhan berlebih pada beberapa bakteri atau fungi.[6] Pertumbuhan berlebih mikroorganisme yang resistan terhadap obat dapat menyebabkan infeksi sekunder seperti Clostridioides difficile ("C. diff") atau kandidiasis ("sariawan").[3] Efek samping ini lebih mungkin terjadi pada penggunaan antibiotik spektrum luas, mengingat potensinya yang lebih besar untuk mengganggu lebih banyak variasi flora normal manusia.[5] Penggunaan doksisiklin pada acne vulgaris telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit Crohn,[7] meskipun penelitian selanjutnya menunjukkan adanya hubungan antara acne vulgaris dan IBS terlepas dari penggunaan antibiotik.[8] Demikian pula, penggunaan minocycline pada acne vulgaris telah dikaitkan dengan dysbiosis kulit dan usus.[9]

Contoh-contoh

Untuk pengobatan pada manusia:[butuh rujukan]

Dalam kedokteran hewan:

Referensi

  1. ^ Ory EM, Yow EM (July 1963). "The use and abuse of the broad spectrum antibiotics". JAMA. 185 (4): 273–9. doi:10.1001/jama.1963.03060040057022. PMID 13940450. 
  2. ^ Clayton L. Thomas, ed. (1993). Taber's Cyclopedic Medical Dictionary (edisi ke-17th). F. A. Davis Co. ISBN 978-0-8036-8313-6. 
  3. ^ a b Hopkins SJ (1997). Drugs and Pharmacology for Nurses (edisi ke-12th). Churchill Livingstone. ISBN 978-0-443-05249-1. 
  4. ^ Sender R, Fuchs S, Milo R (2016). "Revised Estimates for the Number of Human and Bacteria Cells in the Body". PLOS Biology. 14 (8): e1002533. doi:10.1371/journal.pbio.1002533alt=Dapat diakses gratis. PMC 4991899alt=Dapat diakses gratis. PMID 27541692. 
  5. ^ a b Martin EA (2003). Oxford Concise Medical Dictionary (edisi ke-6th). Oxford University Press. ISBN 978-0-19-860753-3. 
  6. ^ Rafii F, Sutherland JB, Cerniglia CE (December 2008). "Effects of treatment with antimicrobial agents on the human colonic microflora". Therapeutics and Clinical Risk Management. 4 (6): 1343–58. doi:10.2147/tcrm.s4328alt=Dapat diakses gratis. PMC 2643114alt=Dapat diakses gratis. PMID 19337440. 
  7. ^ Margolis, David J.; Fanelli, Matthew; Hoffstad, Ole; Lewis, James D. (2010). "Potential association between the oral tetracycline class of antimicrobials used to treat acne and inflammatory bowel disease". The American Journal of Gastroenterology. 105 (12): 2610–2616. doi:10.1038/ajg.2010.303. ISSN 1572-0241. PMID 20700115. 
  8. ^ Taylor, Matthew T.; Margolis, David J.; Kwatra, Shawn G.; Barbieri, John S. (April 2023). "A propensity score matched cohort study identifying an association of acne, but not oral antibiotic or isotretinoin use, with risk of incident inflammatory bowel disease". Journal of the American Academy of Dermatology. 88 (4): 841–847. doi:10.1016/j.jaad.2023.01.014. ISSN 1097-6787. PMC 10033360alt=Dapat diakses gratis Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 36682724 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  9. ^ Thompson, Katherine G.; Rainer, Barbara M.; Antonescu, Corina; Florea, Liliana; Mongodin, Emmanuel F.; Kang, Sewon; Chien, Anna L. (2020-02-01). "Minocycline and Its Impact on Microbial Dysbiosis in the Skin and Gastrointestinal Tract of Acne Patients". Annals of Dermatology (dalam bahasa Inggris). 32 (1): 21–30. doi:10.5021/ad.2020.32.1.21alt=Dapat diakses gratis. ISSN 1013-9087. PMC 7992645alt=Dapat diakses gratis. PMID 33911705 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  10. ^ Coon ER, Quinonez RA, Morgan DJ, Dhruva SS, Ho T, Money N, Schroeder AR (April 2019). "2018 Update on Pediatric Medical Overuse: A Review". JAMA Pediatrics. 173 (4): 379–384. doi:10.1001/jamapediatrics.2018.5550. PMID 30776069. 
  11. ^ McMullan BJ, Mostaghim M (June 2015). "Prescribing azithromycin". Australian Prescriber. 38 (3): 87–9. doi:10.18773/austprescr.2015.030. PMC 4653965alt=Dapat diakses gratis. PMID 26648627.