Ceki: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5: Baris 5:
==Nama==
==Nama==
Beberapa sumber menduga bahwa kata ''ceki'' berasal dari istilah [[Bahasa Hokkien]] seperti ''chít ki'' (一枝) “satu kartu” atau ''jī ki'' (二枝) "dua kartu". Istilah ini mungkin merujuk pada jenis permainan sebelum bergeser makna menjadi kartunya sendiri.{{sfn|Jones|2008|pp=48}}{{sfn|Amaro⁩|1993}} Di beberapa tempat, ceki masih dirujuk sebagai jenis permainan sementara kartunya dikenal dengan nama lain seperti ''daun ceki'', ''iyu/ijo'',{{efn|ejaan lama, dibaca i-yo /ijo/, bukan /idʒo/}} ''kartu Cina'', ''kertu cilik'',{{sfn|⁨⁨Robson & Wibisono|2002|pp=365}} ''koa/kowa'',{{sfn|Matthes⁩|1859|}}{{sfn|Matthes⁩|1874|}}{{sfn|Wilkinson⁩|1901|}} dan ''sikiah''.{{sfn|⁨⁨Robson & Wibisono|2002|pp=679}} KBBI menggunakan ejaan ceki untuk Bahasa Indonesia baku,<ref>{{Cite web|url=https://kbbi.web.id/ceki|title=Ceki|last=|first=|date=|website=Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring}}</ref> namun terdapat banyak variasi ejaan dalam rujukan lama, termasuk ''cuki'',{{sfn|⁨Duff-Cooper|1987|pp=72}} ''cekian'',{{sfn|⁨Dalton⁩|1997|pp=174}} ''chĕki'',{{sfn|⁨Hamilton⁩|1924|pp=53}} dan ''chaqui''.{{sfn|Amaro⁩|1993}}
Beberapa sumber menduga bahwa kata ''ceki'' berasal dari istilah [[Bahasa Hokkien]] seperti ''chít ki'' (一枝) “satu kartu” atau ''jī ki'' (二枝) "dua kartu". Istilah ini mungkin merujuk pada jenis permainan sebelum bergeser makna menjadi kartunya sendiri.{{sfn|Jones|2008|pp=48}}{{sfn|Amaro⁩|1993}} Di beberapa tempat, ceki masih dirujuk sebagai jenis permainan sementara kartunya dikenal dengan nama lain seperti ''daun ceki'', ''iyu/ijo'',{{efn|ejaan lama, dibaca i-yo /ijo/, bukan /idʒo/}} ''kartu Cina'', ''kertu cilik'',{{sfn|⁨⁨Robson & Wibisono|2002|pp=365}} ''koa/kowa'',{{sfn|Matthes⁩|1859|}}{{sfn|Matthes⁩|1874|}}{{sfn|Wilkinson⁩|1901|}} dan ''sikiah''.{{sfn|⁨⁨Robson & Wibisono|2002|pp=679}} KBBI menggunakan ejaan ceki untuk Bahasa Indonesia baku,<ref>{{Cite web|url=https://kbbi.web.id/ceki|title=Ceki|last=|first=|date=|website=Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring}}</ref> namun terdapat banyak variasi ejaan dalam rujukan lama, termasuk ''cuki'',{{sfn|⁨Duff-Cooper|1987|pp=72}} ''cekian'',{{sfn|⁨Dalton⁩|1997|pp=174}} ''chĕki'',{{sfn|⁨Hamilton⁩|1924|pp=53}} dan ''chaqui''.{{sfn|Amaro⁩|1993}}

==Dek==
==Pengguna==
==Pengguna==
Ceki awalnya dikenal di seantero Nusantara berkat peran dagang masyarakat Tionghoa dan Peranakan yang kemudian memperkenalkan permainan kartu mereka pada masyarakat lokal. Kini, populeritas ceki sebagian besar sudah tergantikan dengan [[kartu remi]] meski terdapat sejumlah daerah yang masih memainkannya.
Ceki awalnya dikenal di seantero Nusantara berkat peran dagang masyarakat Tionghoa dan Peranakan yang kemudian memperkenalkan permainan kartu mereka pada masyarakat lokal. Kini, populeritas ceki sebagian besar sudah tergantikan dengan [[kartu remi]] meski terdapat sejumlah daerah yang masih memainkannya.


Di Malaysia dan Singapura zaman dahulu, ceki sempat dimainkan oleh berbagai lapisan masyarakat, dari rakyat jelata hingga bangsawan. Sebagai contoh, catatan keuangan [[Badlishah dari Kedah|Sultan Abdul Hamid Halim]] dari [[Kedah]] (1864-1943) menunjukkan bahwa sang sultan senang berjudi menggunakan ceki.{{sfn|⁨Musa|2015|pp=58}} Berbagai istilah kartu dikenal dengan nama [[Bahasa Hokkien|Hokkien]], dan gambar kartu yang digunakan cenderung lebih mendekati kartu Tionghoa asli dibanding kartu-kartu yang digunakan di Indonesia. Rujukan lebih baru dari Malaysia dan Singapura mengindikasikan bahwa lambat laun hanya wanita yang memainkan ceki, terutama dari kalangan peranakan, dan terus mengalami penurunan populeritas hingga hampir punah di masa modern. Buku ''The Babas'' melaporkan bahwa sekitar 1980an ceki hanya bisa dibeli di [[Malaka]]. Namun begitu terdapat upaya untuk melestarikan dan mempopulerkan kembali ceki pada masyarakat umum.
Di Malaysia dan Singapura zaman dahulu, ceki sempat menjadi permainan rakyat yang dimainkan segala kalangan, dari jelata hingga bangsawan. Sebagai contoh, catatan keuangan [[Badlishah dari Kedah|Sultan Abdul Hamid Halim]] dari [[Kedah]] (1864-1943) menunjukkan bahwa sang sultan senang berjudi menggunakan ceki.{{sfn|⁨Musa|2015|pp=58}} Berbagai istilah kartu dikenal dengan nama [[Bahasa Hokkien|Hokkien]], dan gambar kartu yang digunakan cenderung lebih mendekati kartu Tionghoa asli dibanding kartu-kartu yang digunakan di Indonesia. Rujukan lebih baru dari Malaysia dan Singapura mengindikasikan bahwa lambat laun hanya wanita yang memainkan ceki, terutama dari kalangan peranakan, dan terus mengalami penurunan populeritas hingga hampir punah di masa modern. Buku ''The Babas'' melaporkan bahwa sekitar 1980an ceki hanya bisa dibeli di [[Malaka]]. Namun begitu terdapat upaya untuk melestarikan dan mempopulerkan kembali ceki pada masyarakat umum.


Sama seperti di Malaysia dan Singapura, ceki merupakan permainan lintas masyarakat di berbagai wilayah Indonesia pada masa penjajahan Belanda, namun populeritasnya hanya bertahan di beberapa daerah. Ceki kini sulit didapat dan hampir tidak dimainkan di [[Jawa]], meski kartu tersebut populer dimainkan oleh berbagai kalangan setidaknya hingga 1940an.{{sfn|Siem⁩|1941}} Sementara itu, ceki hingga kini masih umum dimainkan di [[ranah Minang]] serta [[Bali]] dan cukup mudah ditemukan di berbagai toko daerah tersebut.
Sama seperti di Malaysia dan Singapura, di Indonesia ceki sempat menjadi permainan rakyat berbagai kalangan pada masa penjajahan Belanda, namun seiring waktu populeritasnya hanya bertahan di beberapa daerah. Ceki kini sulit didapat dan hampir tidak dimainkan di [[Jawa]], populer dimainkan oleh berbagai kalangan setidaknya hingga 1940an.{{sfn|Siem⁩|1941}} Sementara itu, ceki hingga kini masih umum dimainkan di [[ranah Minang]] serta [[Bali]] dan cukup mudah ditemukan di berbagai toko daerah tersebut.{{sfn|Muhammad|2021|pp=170}}{{sfn|Alkatiry⁩ & Aviandy|2018}}
==Dek==


== Galeri ==
== Galeri ==
Baris 32: Baris 33:


=== Daftar Pustaka ===
=== Daftar Pustaka ===
* {{cite journal|last1=⁨Alkatiry⁩|first1=Zeffry⁩|last2=⁨Aviandy⁩|first2=Mochammad ⁩|title=Tradition Card Game Ceki: Community Identity Chinese Melay Medan, Minang, and Bali⁩⁩|journal= International Review of Humanities Studies⁩ |year=2018|volume=3 |issue=2|page=274–286|url=https://doi.org/10.7454/irhs.v3i2.69|doi=10.7454/irhs.v3i2.69}}
* {{cite journal|last=Amaro⁩|first=Ana Maria|title=‘⁨Chaqui and Partui: Two Popular Card Games of the ‘Christãos’ of Malacca⁩’, translated by ⁨A. G. Smith|journal=Journal of the International Playing-Card Society|year=1993|issue=2|volume=22|page=34-40}}
* {{cite journal|last=Amaro⁩|first=Ana Maria|title=‘⁨Chaqui and Partui: Two Popular Card Games of the ‘Christãos’ of Malacca⁩’, translated by ⁨A. G. Smith|journal=Journal of the International Playing-Card Society|year=1993|issue=2|volume=22|page=34-40}}
* {{cite book|last=⁨Dalton⁩|first=Bill⁩ ⁩|title=Bali Handbook⁩|year=1997|publisher=⁨Moon Publications⁩|place=Chico|isbn=1-56691-073-0}}
* {{cite book|last=⁨Dalton⁩|first=Bill⁩ ⁩|title=Bali Handbook⁩|year=1997|publisher=⁨Moon Publications⁩|place=Chico|isbn=1-56691-073-0}}
Baris 40: Baris 42:
* {{Cite book|last=Matthes⁩|first=Benjamin Frederik⁩|year=1859|title=Makassaarsch–Hollandsch woordenboek|publisher= ⁨Frederik Muller|place=Amsterdam}}
* {{Cite book|last=Matthes⁩|first=Benjamin Frederik⁩|year=1859|title=Makassaarsch–Hollandsch woordenboek|publisher= ⁨Frederik Muller|place=Amsterdam}}
* {{Cite book|last=Matthes⁩|first=Benjamin Frederik⁩|year=1874|title=⁨⁨Boegineesch–Hollandsch woordenboek⁩|publisher= ⁨⁨C. A. Spin & Zoon|place=Amsterdam}}
* {{Cite book|last=Matthes⁩|first=Benjamin Frederik⁩|year=1874|title=⁨⁨Boegineesch–Hollandsch woordenboek⁩|publisher= ⁨⁨C. A. Spin & Zoon|place=Amsterdam}}
* {{Cite book|last=Muhammad⁩|first=Ali Azhar⁩|year=2021|title=Pages in ⁨Security, Democracy, and Society in Bali|publisher= ⁨Palgrave Macmillan⁩|place=Singapore|isbn=978-981-15-5848-1|chapter=The Transitional Democracy Trap: Democracy, Complexity, and Local Oligarchy in Bali||editor-last=Vandenberg⁩ |editor-first=Andrew|pages=155–176}}
* {{cite journal|last=⁨Musa⁩|first=Mahani⁩ ⁩|title=The Memory of the World Register: The Sultan Abdul Hamid Correspondence and Kedah history|journal=Kajian Malaysia⁩ vol|year=2015|volume=33|page=53–74}}
* {{cite journal|last=⁨Musa⁩|first=Mahani⁩ ⁩|title=The Memory of the World Register: The Sultan Abdul Hamid Correspondence and Kedah history|journal=Kajian Malaysia⁩ vol|year=2015|volume=33|page=53–74}}
* {{cite book|last1=⁨Robson⁩|first1=Stuart⁩ ⁩|last2=Wibisono⁩ |first2=Singgih |title=Javanese English Dictionary⁩|year=2002|publisher=Periplus Editions⁩|place=Singapore|isbn=0-7946-0000-X}}
* {{cite book|last1=⁨Robson⁩|first1=Stuart⁩ ⁩|last2=Wibisono⁩ |first2=Singgih |title=Javanese English Dictionary⁩|year=2002|publisher=Periplus Editions⁩|place=Singapore|isbn=0-7946-0000-X}}
* {{Cite book|last=Siem 沁⁩|first=Tjan Tjoe⁩ 曾祖⁩⁩|year=1941|title=Javaanse Kaartspelen: bijdrage tot de beschrijving van land en volk⁩ [Javanese Card Games]; ⁨Verhandelingen van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen⁩ volume 75|publisher= ⁨⁨A. C. Nix & Co.|place=Bandung}}
* {{Cite book|last=Siem 沁⁩|first=Tjan Tjoe⁩ 曾祖⁩⁩|year=1941|title=Javaanse Kaartspelen: bijdrage tot de beschrijving van land en volk⁩; ⁨Verhandelingen van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen⁩ volume 75|publisher= ⁨⁨A. C. Nix & Co.|place=Bandung}}
* {{Cite book|last=Wilkinson⁩|first=Richard James⁩ |year=1901|title=⁨A Malay–English Dictionary⁩ volume 1: ‘⁨Alif to Za⁩’|publisher= ⁨Kelly & Walsh|place=Singapore}}
* {{Cite book|last=Wilkinson⁩|first=Richard James⁩ |year=1901|title=⁨A Malay–English Dictionary⁩ volume 1: ‘⁨Alif to Za⁩’|publisher= ⁨Kelly & Walsh|place=Singapore}}



Revisi per 13 Desember 2023 00.03

Ceki (dibaca dengan e pepet /tʃəki/) atau Koa adalah sejenis kartu permainan dari masyarakat Tionghoa dan Peranakan yang dimainkan di Malaysia, Singapura dan Indonesia. Ceki merupakan turunan kartu permainan Tionghoa [en] bergambar uang dengan tokoh Batas Air yang gambar-gambarnya mengalami penyederhanaan dan abstraksi.

Nama

Beberapa sumber menduga bahwa kata ceki berasal dari istilah Bahasa Hokkien seperti chít ki (一枝) “satu kartu” atau jī ki (二枝) "dua kartu". Istilah ini mungkin merujuk pada jenis permainan sebelum bergeser makna menjadi kartunya sendiri.[1][2] Di beberapa tempat, ceki masih dirujuk sebagai jenis permainan sementara kartunya dikenal dengan nama lain seperti daun ceki, iyu/ijo,[a] kartu Cina, kertu cilik,[3] koa/kowa,[4][5][6] dan sikiah.[7] KBBI menggunakan ejaan ceki untuk Bahasa Indonesia baku,[8] namun terdapat banyak variasi ejaan dalam rujukan lama, termasuk cuki,[9] cekian,[10] chĕki,[11] dan chaqui.[2]

Pengguna

Ceki awalnya dikenal di seantero Nusantara berkat peran dagang masyarakat Tionghoa dan Peranakan yang kemudian memperkenalkan permainan kartu mereka pada masyarakat lokal. Kini, populeritas ceki sebagian besar sudah tergantikan dengan kartu remi meski terdapat sejumlah daerah yang masih memainkannya.

Di Malaysia dan Singapura zaman dahulu, ceki sempat menjadi permainan rakyat yang dimainkan segala kalangan, dari jelata hingga bangsawan. Sebagai contoh, catatan keuangan Sultan Abdul Hamid Halim dari Kedah (1864-1943) menunjukkan bahwa sang sultan senang berjudi menggunakan ceki.[12] Berbagai istilah kartu dikenal dengan nama Hokkien, dan gambar kartu yang digunakan cenderung lebih mendekati kartu Tionghoa asli dibanding kartu-kartu yang digunakan di Indonesia. Rujukan lebih baru dari Malaysia dan Singapura mengindikasikan bahwa lambat laun hanya wanita yang memainkan ceki, terutama dari kalangan peranakan, dan terus mengalami penurunan populeritas hingga hampir punah di masa modern. Buku The Babas melaporkan bahwa sekitar 1980an ceki hanya bisa dibeli di Malaka. Namun begitu terdapat upaya untuk melestarikan dan mempopulerkan kembali ceki pada masyarakat umum.

Sama seperti di Malaysia dan Singapura, di Indonesia ceki sempat menjadi permainan rakyat berbagai kalangan pada masa penjajahan Belanda, namun seiring waktu populeritasnya hanya bertahan di beberapa daerah. Ceki kini sulit didapat dan hampir tidak dimainkan di Jawa, populer dimainkan oleh berbagai kalangan setidaknya hingga 1940an.[13] Sementara itu, ceki hingga kini masih umum dimainkan di ranah Minang serta Bali dan cukup mudah ditemukan di berbagai toko daerah tersebut.[14][15]

Dek

Galeri

Catatan

  1. ^ ejaan lama, dibaca i-yo /ijo/, bukan /idʒo/

Rujukan

  1. ^ Jones 2008, hlm. 48.
  2. ^ a b Amaro⁩ 1993.
  3. ^ ⁨⁨Robson & Wibisono 2002, hlm. 365.
  4. ^ Matthes⁩ 1859.
  5. ^ Matthes⁩ 1874.
  6. ^ Wilkinson⁩ 1901.
  7. ^ ⁨⁨Robson & Wibisono 2002, hlm. 679.
  8. ^ "Ceki". Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring. 
  9. ^ ⁨Duff-Cooper 1987, hlm. 72.
  10. ^ ⁨Dalton⁩ 1997, hlm. 174.
  11. ^ ⁨Hamilton⁩ 1924, hlm. 53.
  12. ^ ⁨Musa 2015, hlm. 58.
  13. ^ Siem⁩ 1941.
  14. ^ Muhammad 2021, hlm. 170.
  15. ^ Alkatiry⁩ & Aviandy 2018.

Daftar Pustaka

  • ⁨Alkatiry⁩, Zeffry⁩; ⁨Aviandy⁩, Mochammad ⁩ (2018). "Tradition Card Game Ceki: Community Identity Chinese Melay Medan, Minang, and Bali⁩⁩". International Review of Humanities Studies⁩. 3 (2): 274–286. doi:10.7454/irhs.v3i2.69. 
  • Amaro⁩, Ana Maria (1993). "'⁨Chaqui and Partui: Two Popular Card Games of the 'Christãos' of Malacca⁩', translated by ⁨A. G. Smith". Journal of the International Playing-Card Society. 22 (2): 34-40. 
  • ⁨Dalton⁩, Bill⁩ ⁩ (1997). Bali Handbook⁩. Chico: ⁨Moon Publications⁩. ISBN 1-56691-073-0. 
  • ⁨Duff-Cooper, Andrew⁩ ⁩ (1987). "Some Imaginative Functions of Consciousness from a Balinese Form of Life on Lombok". Anthropos⁩. 82 (1): 63–85. 
  • Chia⁩, Felix⁩ (1980). ⁨The Babas⁩. Singapore: ⁨Times Books International. ISBN 9971-65-058-4. 
  • ⁨Hamilton⁩, A. W.⁩ ⁩ (1924). "Chinese Loan-Words in Malay⁩". ⁨Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society⁩. 2 (June): 48–56. 
  • Jones⁩, Russell⁩ (2008). ⁨Loan-words in Indonesian and Malay. Leiden: ⁨KITLV Press. ISBN 978-90-6718-304-8. 
  • Matthes⁩, Benjamin Frederik⁩ (1859). Makassaarsch–Hollandsch woordenboek. Amsterdam: ⁨Frederik Muller. 
  • Matthes⁩, Benjamin Frederik⁩ (1874). ⁨⁨Boegineesch–Hollandsch woordenboek⁩. Amsterdam: ⁨⁨C. A. Spin & Zoon. 
  • Muhammad⁩, Ali Azhar⁩ (2021). "The Transitional Democracy Trap: Democracy, Complexity, and Local Oligarchy in Bali". Dalam Vandenberg⁩, Andrew. Pages in ⁨Security, Democracy, and Society in Bali. Singapore: ⁨Palgrave Macmillan⁩. hlm. 155–176. ISBN 978-981-15-5848-1. 
  • ⁨Musa⁩, Mahani⁩ ⁩ (2015). "The Memory of the World Register: The Sultan Abdul Hamid Correspondence and Kedah history". Kajian Malaysia⁩ vol. 33: 53–74. 
  • ⁨Robson⁩, Stuart⁩ ⁩; Wibisono⁩, Singgih (2002). Javanese English Dictionary⁩. Singapore: Periplus Editions⁩. ISBN 0-7946-0000-X. 
  • Siem 沁⁩, Tjan Tjoe⁩ 曾祖⁩⁩ (1941). Javaanse Kaartspelen: bijdrage tot de beschrijving van land en volk⁩; ⁨Verhandelingen van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen⁩ volume 75. Bandung: ⁨⁨A. C. Nix & Co. 
  • Wilkinson⁩, Richard James⁩ (1901). ⁨A Malay–English Dictionary⁩ volume 1: ‘⁨Alif to Za⁩’. Singapore: ⁨Kelly & Walsh. 

Pranala Luar

Ceki Cards oleh George Pollard (2023)