Yumi Ishikawa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Yumi Ishikawa adalah pemimpin dan pendiri gerakan #KuToo asal Jepang yang juga merupakan seorang aktris, model, dan penulis. Ia menjadi salah satu tokoh perempuan yang masuk ke dalam daftar 100 Tokoh Perempuan BBC pada Oktober 2019.[1] Ia memulai gerakan #KuToo untuk menentang praktik kerja yang diskriminatif terhadap perempuan, terutama kewajiban menggunakan sepatu berhak tinggi.

Kampanye ini dimulai oleh Yumi Ishikawa setelah mengalami pengalaman dipaksa memakai sepatu hak tinggi saat bekerja di rumah duka. Tweet-nya mengenai masalah ini menjadi viral dan dibagikan lebih dari 30.000 kali. Pada tahun 2015, sebuah kasus serupa terjadi di London, di mana seorang resepsionis dipecat tanpa bayaran setelah menolak memakai sepatu hak tinggi. Di Jepang, kampanye ini dikenal dengan #KuToo, mengombinasikan kata "kutsu" (sepatu) dan "kutsuu" (rasa sakit), serta merujuk pada gerakan #MeToo. Di Inggris, Nicola Thorp juga membuat petisi serupa setelah menolak aturan memakai sepatu hak tinggi di PwC. Kasus ini menimbulkan konflik mengenai aturan berpakaian di tempat kerja bagi perempuan, dengan beberapa perusahaan seperti Portico yang mengubah kebijakan mereka setelah tekanan dari media dan masyarakat.

Yumi mempopulerkan tagar #KuToo pada 2019 di Twitter dan menimbulkan pro kontra di negaranya. Ia menerima kecaman dan ancaman baik dari kaum laki-laki maupun perempuan. Namun, ia juga mendapatkan dukungan berupa petisi yang ditandatangi oleh sekitar 32.000 orang. Para penanda tangan petisi tersebut ingin menentang kultur masyarakat Jepang yang konformis terhadap ekspektasi masyarakat dan diskriminasi gender yang mengakar kuat di dalamnya.[2] Yumi mengirimkan hasil petisi tersebut ke Kementerian Kesehatan, Buruh, dan Kesejahteraan. Namun, ia tidak menerima respon apapun.[3] Meski gerakan ini belum mencapai momentumnya di negaranya sendiri, setiap bulan ribuan perempuan terlibat dalam 'Demonstrasi Bunga' untuk menentang kekerasan seksual sejak April 2019.[2] Gerakan ini memang belum mampu mengubah budaya kerja yang diskriminatif terhadap pekerja perempuan Jepang, tetapi setidaknya mereka kini lebih memiliki suara.[2] Gerakan #Kutoo memicu banyak dialog mengenai hak-hak karyawan perempuan di tempat kerja.[3]

Daftar referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Inagaki, Kana (2019-12-05). "'I was unashamed': Yumi Ishikawa on fighting sexism in Japan". www.ft.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-03-11. 
  2. ^ a b c Denyer, Simon; Kashiwagi, Akiko. "In Japan, a campaign against high heels targets conformity and discrimination". Washington Post (dalam bahasa Inggris). ISSN 0190-8286. Diakses tanggal 2021-03-11. 
  3. ^ a b Yee, Chen May; Ishikawa, Yoko. "Yumi Ishikawa, founder, #KuToo". Wunderman Thompson (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-08-05.