KH Ahmad Syadzili Muhdlor

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ahmad Syadzili Muhdlor
أحمد شاذلي محضر
Fotografi
Foto KH. Ahmad Syadzili Muhdlor (dokumen keluarga ndalem)
Informasi pribadi
Lahir1918 M.
Meninggal1991 M. (usia 73 tahun)
MakamMakam Islam desa Sumberpasir, Pakis, Malang
AgamaIslam
KebangsaanIndonesia
PasanganNyai Hj. Muniroh Munawwar, Nyai Hj. Rohmah Marzuki
Anak14
Orang tua
  • H. Muhdlor (ayah)
  • Hj. Murthosiah (ibu)
DenominasiSunni
Dikenal sebagaiPendiri pondok pesantren Asy-Syadzili
Pekerjaan

KH. Ahmad Syadzili Muhdlor' (1918-1991 M.) biasa dikenal dengan sebutan Kyai Syadzili, lahir dari pasangan H. Muhdlor dan Hj. Murthosiah beliau merupakan salah satu ulama' Al-Qur'an yang sangat karismatik dikalangan Ahlul Qur'an lainnya, keilmuannya yang tinggi terutama dibidang Ilmu Al-Qur'an dan Qira'at 'asyr (10 macam-macam cara membaca lafadz dalam Al-Qur'an yang telah ditetapkan oleh para qurro yang mutawwatir dari Rasulullah SAW.) menjadi pondasi berdirinya sebuah pondok pesantren besar bernama pondok pesantren Asy-Syadzili. Namun beliau jarang dikenali oleh masyarakat luas dikarena ketawadhu'an beliau, dimana beliau sama sekali tidak ingin terkenal dan diperlakukan istimewa oleh orang lain.

Masa Belajar[sunting | sunting sumber]

Dimasa muda nya, Kyai Syadzili belajar Al-Qur'an di sebuah daerah kecamatan Sidayu kabupaten Gresik, dibawah naungan langsung Syaikhul Huffadz KH. Munawwar. Disaat menjadi santri KH. Munawwar, Kyai Syadzili mampu menghafalkan hingga mengkhatamkan Al-Qur'an secara bil-ghoib di umur yang masih belia, yakni 10 tahun.[1] Setelah itu beliau tercatat pernah mondok di beberapa pondok kitab dibeberapa pesantren daerah Tuban dan Lamongan yang salah satunya di pondok pesantren Langitan, Tuban. Hingga setelahnya Kyai Syadzili diutus oleh KH. Munawwar untuk mencari ilmu di pondok pesantren tebuireng Jombang, dibawah asuhan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari. Yang membuat istimewa dari sosok Kyai syadzili disisi KH. Hasyim Asy'ari adalah Kyai Syadzili selalu menyertai kemanapun KH. Hasyim Asy'ari mengajar kitab, jika materi pengajaran sampai pada bacaan dalil Al-Qur'an KH. Hasyim Asy'ari selalu meminta Kyai Syadzili untuk membacakannya, hal tersebut dilakukan karena KH. Hasyim Asy'ari mengenali bahwa Kyai Syadzili telah hafal 30 juz Al-Qur'an selain itu sendiri Kyai Syadzili juga memiliki suara yang sangat merdu.[2]

Mendirikan Pesantren dan Majelis Al-Qur'an[sunting | sunting sumber]

Setelah selesai berguru kepada KH. Hasyim Asy'ari, Kyai Syadzili oleh KH. Munawwar dijodohkan dengan putri satu-satunya yang dimiliki bernama Nyai Muniroh Munawwar, dari pernikahan ini beliau dikaruniai empat orang putra-putri. Namun setelah beberapa tahun pasca melahirkan anak terakhir, Nyai Muniroh dipanggil ke hadirat Allah SWT.[3]

Setahun berselang Kyai Syadzili mendapatkan tawaran dari seorang yang dermawan bernama H. Marzuki agar dapat merantau untuk mengamalkan ilmunya di sebuah desa bernama Sumberpasir, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Atas restu dari KH. Munawwar, berangkatlah Kyai Syadzili menuju desa Sumberpasir untuk mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat desa Sumberpasir, dimana kala itu kondisi sosial dan budaya masyarakat sekitar menjadi tugas yang sangat berat bagi Kyai Syadzili, perlakuan molimo (judi, mabuk, mencuri, narkoba dan zina) menjadi hal yang biasa disana, namun berkat kesabaran, keuletan dan keistiqomahan Kyai Syadzili, berangsur-angsur budaya tersebut berkurang. Melihat sosok Kyai Syadzili yang berjuang tanpa pendamping hidup akhirnya H. Marzuki memperkenalkan salah satu putrinya kepada Kyai Syadzili, gayung pun bersambut menikahlah Kyai Syadzili dengan putri H. Marzuki yang bernama Nyai Hj. Rohmah Marzuki dengan mahar ta'lim Al-Qur'an selama satu tahun, dan dari pernikahan ini Kyai Syadzili dikaruniai sepuluh orang putra-putri.[4]

Bersama Nyai Rohmah Kyai Syadzili mendirikan sebuah pesantren di desa Sumberpasir yang pada awalnya hanya satu kamar yang di sekat-sekat. Selain mendirikan pesantren Kyai Syadzili juga kerap mendirikan majelis-majelis sema'an Al-Qur'an bersama teman-teman seperjuangan beliau yang beberapa diantaranya: KH. Arwani Kudus, KH. Dawud Munawwar, KH. Masduqi Al-Hafidz Perak, Jombang, KH. Husein Jenu, Tuban dan KH. Dahlan Peneleh. Kyai Syadzili beserta teman-teman beliau juga seringkali mengisi majelis khotmil Qur'an di masjid-masjid besar seperti: masjid jami' kota Malang dan masjid Sunan Ampel di Surabaya. Dalam majelis khotmil Qur'an juga Kyai Syadzili lebih banyak dikenal orang karena suara beliau yang amat merdu, sampai beberapa kali Kyai Syadzili dicari-cari oleh orang-orang yang tak jarang berasal dari tempat yang jauh.[5]

Wafat[sunting | sunting sumber]

Dalam mendidik para santri, beliau amat keras, semua itu beliau lakukan demi keberhasilan seluruh santrinya, dan benar terbukti banyak diantara santri-santri Kyai Syadzili menjadi ulama' yang besar, diantara santri-santri beliau yaitu: KH. Maftuh Said Bululawang (santri pertama Kyai Syadzili di Sumberpasir dan ayahnya yakni Kyai Said Mu'in pernah menjadi murid Kyai Syadzili di Gresik), KH. Chusaini Malang, KH. Nur Muhammad Hasyim (menantu Kyai Syadzili), dan masih banyak lagi. Walupun beliau keras dalam mendidik para santri, namun Yai Syadzili tidak pernah membedakan dalam kasih sayang, baik terhadap santri maupun anak sendiri, beliau menggambarkan sosok ayah yang penuh kasih sayang, disiplin,sangat menyayangi santri dan putra-putrinya. Sikap beliau yang tawadhu', tidak ingin terkenal, dan sangat menjaga diri serta keluarga hingga para santri beliau dari barang yang berbau subhat, merupakan pengajaran inti yang beliau contohkan secara langsung terhadap orang-orang disekitar beliau, akhlak-akhlak yang diajarkan oleh Al-Qur'an beliau terapkan di kehidupan sehari-hari, menjadikan Kyai Syadzili menjadi sosok "Hamilul Qur'an" sejati.

Hingga akhirnya, ba’da maghrib, hari Ahad, 24 Jumadil Awwal 1412 Hijriyah atau 1 Desember 1991 Masehi. Pada usia 73 tahun, KH. Ahmad Syadzili Muhdlor menyelesaikan perjalanan hidupnya, menutup kisahnya sebagai manusia Al-Qur'an. Meninggalkan santri beserta putri-putrinya menuju kehadirat Allah SWT. Tidak sepeserpun harta yang beliau tinggalkan, hanya ilmu dan pengajaran tentang adab yang beliau titipkan kepada para santri dan anak yang beliau tinggalkan.[6]

Putra-Putri[sunting | sunting sumber]

Dari Nyai Hj. Muniroh Munawwar:[sunting | sunting sumber]

  1. Alm. Syaikh Muwaffaq Syadzili (kecil hingga wafat di kota suci Makkah)
  2. Almh. Ning Musyafiyah Syadzili (Wafat saat kecil)
  3. Agus H. Mu'adz Syadzili
  4. Ning Hj. Qoyyimah Syadzili

Dari Nyai Hj. Rohmah Marzuki:[sunting | sunting sumber]

  1. Nyai Hj. Afifah Syadzili (pengasuh PPTQ Asy-Syadzili 3)
  2. Agus H. Misbakhu Rofiq Syadzili
  3. Ning Klolilah Syadzili (wafat saat kecil)
  4. Agus H. Mujib Syadzili
  5. KH. Abdul Qodir Syadzili (pengasuh PPSQ Asy-Syadzili 5)
  6. KH. Abdul Mun'im Syadzili (pengasuh PPSQ Asy-Syadzili 1)
  7. Nyai Hj. Mufidah Syadzili (pengasuh PPTQ Asy-Syadzili 4)
  8. Agus H. Muhammad Mufid Syadzili
  9. Nyai Hj. Mufarikhatul Fikriyah Syadzili (pengasuh PPSQ Asy-Syadzili 2)
  10. Nyai Adibatussholihah Syadzili (Pengasuh PPTQ Asy-Syadzili 6)[7]

Lembaga Peninggalan[sunting | sunting sumber]

  1. PPSQ Asy-Syadzili 1 (Sumberpasir, Pakis, Malang)
  2. PPSQ Asy-Syadzili 2 (Sumberpasir, Pakis, Malang)
  3. PPTQ Asy-Syadzili 3 (Tumpang, Malang)
  4. PPTQ Asy-Syadzili 4 (Putukrejo, Gondanglegi, Malang)
  5. PPSQ Asy-Syadzili 5 anak-anak (Sumberpasir, Pakis, Malang)
  6. PPTQ Asy-Syadzili 6 (Wrati, Kejayan, Pasuruan)
  7. SD IT Asy-Syadzili (Sumberpasir, Pakis, Malang)
  8. SMP IT Asy-Syadzili (Sumberpasir, Pakis, Malang)
  9. SMA IT Asy-Syadzili (Sumberpasir, Pakis, Malang)
  10. Graha Manarul Qur'an (Sumberpasir, Pakis, Malang)
  11. SMP Tahfidz Asy-Syadzili (Putukrejo, Gondanglegi, Malang)
  12. SMA Tahfidz Asy-Syadzili (Putukrejo, Gondanglegi, Malang)

Informasi seputar masing-masing lembaga pendidikan klik link diatas ↑

Buku Biografi[sunting | sunting sumber]

Untuk pembelian Buku Biografi KH. Ahmad Syadzili Muhdlor chat admin di (0877 6630 4421)

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Syadzili Muhdlor, Ahmad (2023). Santri Pasir Sang Hamilul Qur'an. Malang: Zahra Publisher Group. hlm. 18–23. ISBN 9786234244588. 
  2. ^ Syadzili Muhdlor, Ahmad (2023). Santri Pasir Sang Hamilul Qur'an. Malang: Zahra Publisher Group. hlm. 43–45. ISBN 9786234244588. 
  3. ^ Syadzili Muhdlor, Ahmad (2023). Santri Pasir Sang Hamilul Qur'an. Malang: Zahra Publisher Group. hlm. 24. ISBN 9786234244588. 
  4. ^ Syadzili Muhdlor, Ahmad (2023). Santri Pasir Sang Hamilul Qur'an. Malang: Zahra Publisher Group. hlm. 73,74. ISBN 9786234244588. 
  5. ^ Syadzili Muhdlor, Ahmad (2023). Santri Pasir Sang Hamilul Qur'an. Malang: Zahra Publisher Group. hlm. 112–114. ISBN 9786234244588. 
  6. ^ Syadzili Muhdlor, Ahmad (2023). Santri Pasir Sang Hamilul Qur'an. Malang: Zahra Publisher Group. hlm. 128. ISBN 9786234244588. 
  7. ^ Syadzili Muhdlor, Ahmad (2023). Santri Pasir Sang Hamilul Qur'an. Malang: Zahra Publisher Group. hlm. 150–166. ISBN 9786234244588. 

Kesalahan pengutipan: Tag <ref> harus ditutup oleh </ref></ref>