Gangguan psikiatri pada persalinan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ilustrasi persalinan

Gangguan psikiatri pada persalinan adalah kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan mental karena perubahan fisik, emosional, dan hormon yang dialami selama kehamilan dan setelah melahirkan. Sekitar satu dari lima wanita hamil mengalami masalah kesehatan mental selama periode prenatal dan postpartum. Kondisi ini dapat meliputi kecemasan, stres, insomnia, depresi, dan gangguan stres pascatrauma.

Masalah kesehatan psikologis selama kehamilan dapat meningkatkan risiko berbagai komplikasi, seperti pertumbuhan janin yang buruk, kelahiran prematur, dan berat bayi lahir rendah. Faktor-faktor yang mendasari meliputi akses terbatas terhadap layanan kesehatan, kurangnya dukungan sosial, dan kekhawatiran akan kesehatan ibu dan janin.

Penelitian gangguan psikiatri saat hamil[sunting | sunting sumber]

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian wanita hamil mengalami gejala depresi, kecemasan, insomnia, dan gangguan stres pascatrauma. Prevalensi gangguan kejiwaan selama kehamilan dan pascapersalinan bervariasi menurut negara dan faktor demografis tertentu. Kecemasan adalah salah satu respons alami terhadap ancaman atau bahaya, namun dapat menjadi gangguan kesehatan mental jika terjadi secara persisten dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

World Health Organization (WHO)[sunting | sunting sumber]

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyoroti pentingnya kesehatan mental ibu menjadi kunci dalam memperbaiki layanan kesehatan mental prenatal dan postnatal. Proyek Kesehatan Mental Perinatal (PMHP) diluncurkan untuk mengatasi tingginya tingkat tekanan mental di antara wanita hamil. PMHP menawarkan layanan skrining, konseling, dan psikiatri, serta memberikan pelatihan bagi pekerja kesehatan dan masyarakat. Tujuan jangka panjangnya adalah memberikan akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan mental ibu dan mengintegrasikannya ke dalam layanan kebidanan rutin.[1]

Masalah kesehatan mental ibu hamil memiliki dampak jangka panjang pada perkembangan anak, dan pentingnya memperhatikan kesehatan mental ibu selama periode kehamilan tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu, kerja sama lintas sektor diperlukan untuk meningkatkan kesehatan mental ibu hamil, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada kesejahteraan anak yang dikandungnya.

Jurnal penelitian terkait[sunting | sunting sumber]

Selain dari WHO, penelitian Hastanti, Heni, Budiono dan Nining Febriyana dalam Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal berjudul "Primigravida Memiliki Kecemasan Yang Lebih Saat Kehamilan," menunjukkan bahwa tingkat kecemasan yang tinggi pada ibu dapat menyebabkan peningkatan kadar kortisol dalam tubuh Kadar kortisol yang tinggi dapat meningkatkan risiko berbagai komplikasi kehamilan dan persalinan, termasuk persalinan yang berlangsung lama, persalinan dengan intervensi, operasi caesar, keguguran, gangguan pertumbuhan janin, persalinan prematur, berat badan bayi lahir rendah, serta risiko alergi dan penurunan sistem kekebalan tubuh.Gangguan psikiatri pada persalinan merujuk pada kondisi gangguan mental yang muncul selama periode kehamilan atau setelah melahirkan. Ini bisa meliputi berbagai kondisi seperti depresi postpartum, gangguan kecemasan, psikosis postpartum, dan gangguan bipolar postpartum. Kondisi ini bisa mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan ibu, serta interaksi ibu dengan bayinya.[2] Berikut adalah beberapa gangguan psikiatri yang umum terjadi pada persalinan:

  1. Depresi Postpartum: Merupakan gangguan depresi yang terjadi setelah melahirkan. Gejalanya mirip dengan depresi mayor, termasuk perasaan sedih yang mendalam, kelelahan, kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas sehari-hari, perubahan nafsu makan atau tidur, perasaan tidak berharga, dan pikiran tentang melukai diri sendiri atau bayi.
  2. Gangguan Kecemasan Postpartum: Kecemasan yang berlebihan dan meresahkan yang muncul setelah melahirkan dapat termasuk gangguan kecemasan umum, gangguan kecemasan sosial, atau gangguan kecemasan spesifik terkait dengan peran sebagai ibu baru. Gejalanya bisa meliputi ketegangan, gelisah, kekhawatiran yang berlebihan, dan seringkali disertai dengan gejala fisik seperti denyut jantung yang cepat, keringat dingin, atau gemetar.
  3. Psikosis Postpartum: Merupakan kondisi serius yang jarang terjadi tetapi dapat sangat mengganggu, di mana ibu mengalami gangguan pemikiran dan persepsi yang serius setelah melahirkan. Gejala psikosis postpartum dapat mencakup halusinasi, delusi, kebingungan, dan perilaku yang tidak terduga atau berbahaya.
  4. Gangguan Bipolar Postpartum: Ini adalah bentuk gangguan bipolar yang muncul pada periode postpartum. Gejala bisa berupa episode manik atau depresif yang intens, perubahan mood yang cepat, energi yang tinggi, kesulitan tidur, dan perilaku impulsif.[2]

Gangguan psikiatri pada persalinan dapat dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk perubahan hormon yang drastis, perubahan dalam kehidupan sosial dan emosional, stres persalinan, kurang tidur, dan dukungan sosial yang kurang. Penting bagi ibu yang mengalami gangguan psikiatri pada persalinan untuk mencari bantuan profesional segera. Terapi psikologis, obat-obatan, dan dukungan sosial dapat membantu mengelola gejala dan mempercepat pemulihan. Dalam kasus yang parah, perawatan rawat inap mungkin diperlukan untuk keamanan ibu dan bayi.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan". yankes.kemkes.go.id. Diakses tanggal 2024-05-04. 
  2. ^ a b Hastanti, Heni, Budiono Budiono, dan Nining Febriyana (2021). "Primigravida Memiliki Kecemasan Yang Lebih Saat Kehamilan". Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal: 67–178.