Pulau Sangiang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Pulau sangiang)
Peta letak Pulau Sangiang

Sangiang (Sunda: ᮞᮀᮠᮡᮀ, translit. Sanghyang) adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Selat Sunda, yakni antara Jawa dan Sumatra. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Serang, Banten. terletak di titik kordinat antara 105′49′30″ - 105′52′ Bujur Timur 5′56′ - 5′58′50″ Lintang Selatan.

Jarak tempuhnya hanya membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit dari Anyer, dengan menggunakan kapal atau perahu bermotor. Keindahan alamnya, berupa terumbu karang dan pantai.

Pulau Sangiang yang sekarang dijadikan Taman Wisata Alam pada awalnya merupakan Cagar Alam seluas 700,35 Ha Kemudian pada tahun 1991 perairan di sekitar kawasan diubah menjadi Taman Wisata Alam Laut seluas 720 ha. Pada tanggal 8 Februari 1993 melalui SK Menteri Kehutanan No. 55/Kpts-II/1993 kawasan Cagar Alam diubah fungsinya menjadi Taman Wisata Alam dengan luas 528,15 ha.

Dulu, pernah ada sebuah proyek di Pulau Sangiang yang dikelola oleh sebuah perusahaan swasta. Para karyawan yang bekerja di proyek ini kemudian membangun sebuah perkampungan. Perkampungan tersebut bernama Lagon Waroo atau Lagoon Waru. Sekitar 50 kepala keluarga diketahui menempati perkampungan tersebut. Bahasa yang digunakan di pulau ini adalah Bahasa Sunda, Jawa, dan Lampung. Namun kini, proyek tersebut terhenti, meski sempat ada rencana untuk dilanjutkan kembali.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Menurut Cerita Setempat, Pulau Sangiang sudah dihuni sekitar abad ke 19. saat itu Raja Lampung menghibahkan Pulau Sangiang kepada warga agar ditempati. menjelang Perang Dunia kedua, ketika masa Pendudukang Jepang (1942-1945), Jepang membangun Pos Pengaman di Pulau Sangiang yang dilengkapi Rel besi untuk dilewati kapal perang amfibi mereka.

Lokasi[sunting | sunting sumber]

Pulau Sangiang merupakan salah satu pulau kecil dari 68 pulau di dalam wilayah perairan Banten. Pulau ini menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Serang.[1] Lokasinya terletak di Selat Sunda ± 10 Km dari Pantai Anyer. Secara administratif, Pulau Sangiang termasuk ke dalam wilayah Desa Cikoneng, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang. Sedangkan secara geografis terletak pada 105°49’30" - 105°52’ BT dan 5°56’ - 5°58'50" LS.[butuh rujukan] Topografi kawasan ini bervariasi mulai dari landai, berbukit, agak curam, dan curam. Ketinggian permukaan tanahnya berkisar antara 0–155 mdpl.[2]

Iklim[sunting | sunting sumber]

Iklim di Pulau Sangiang termasuk tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata ± 1.840 mm/thn. Bulan basah terjadi pada Agustus - Februari, sedangkan bulan kering terjadi pada Maret - Juli. Suhu udara berkisar antara 22° - 32 °C dengan kelembaban udara rata-rata 80%. Jenis tanah pada kawasan ini tersusun dari jenis alivium dan quatenary dengan jenis undifteren tiated vulcanic product.

Keanekaragaman Hayati[sunting | sunting sumber]

Pulau Sangiang memiliki 3 tipe ekosistem hutan yaitu ekosistem hutan dataran rendah, ekosistem hutan pantai dan ekosistem hutan payau. Beberapa jenis flora di kawasan ini, antara lain cemara laut (Casuarina equisetifolia), bayur (Pterospermum javanicum), ketapang (Terminalia catappa), nyamplung (Callophyllum inophylum), waru laut (Hisbiscus tiliaceus), walikukun (Scoutenia ovata), bakau (Rhizophora stylosa), dan cantigi (Phempis acidula).

Sedangkan jenis satwa yang ditemukan di dalam kawasan ini sangat beragam jenisnya dengan populasi yang relatif baik dan sebagian telah dilindungi undang-undang. Jenis satwa tersebut, antara lain lutung (Trachypitechus auratus), kucing hutan (Felis bengalensis), landak (Hystrix brachiura), biawak (varanus salvator), elang laut (Haliarctus leucocagter), dara laut (Sterna sp.), raja udang (Halcyon cloris), belibis (Anas sp.), kuntul karang (Egretta sacra), burung camar (Sterna spp.), pelatuk besi (Threskiornis aethiopica), burung cangak (Ardea sumatrana), ular sanca (Phyton reticularis) dan berbagai biota laut.

Potensi Wisata[sunting | sunting sumber]

Pulau Sangiang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, terutama yang menyukai wisata bahari. Keindahan alam dan pantai serta karang yang dihiasi ikan berwarna-warni merupakan objek wisata utama di kawasan ini. Selain itu TWA Pulau Sangiang memiliki potensi flora dan fauna yang beragam dan masih asli, terdapat pula bangunan dan goa-goa peninggalan zaman Jepang yang mempunyai nilai historis. Kegiatan Wisata Alam yang dapat dilakukan.

  • Wisata Alam (lintas alam, mendaki gunung, memotret, bersepeda, berkemah dan menikmati panorama alam pantai yang landai maupun pantai yang curam). Lokasi objek wisata alam ini terletak di bagian barat, barat laut dan bagian selatan pulau. Kegiatan tracking pulau juga menjadi andalan, wisatawan dapat mengunjungi goa kelelawar, jika beruntung akan melihat hiu yang sedang menunggu kelelawar jatuh ke air untuk di makan. Ada dua goa kelelawar di pulau ini yang bisa dikunjungi, namun untuk lokasi yang satu lagi, cukup ekstrem. Wisatawan harus menuruni tebing batu. Memang disediakan tali dan tangga kayu untuk bantuan, namun tetap harus ekstra hati-hati agar tidak tergelincir. Ada pula penangkaran penyu yang berada di perkampungan penduduk dekat pantai. Bila beruntung, wisatawan akan diajak oleh guide atau penduduk lokal untuk melihat penyu bertelur pada malam hari, atau ikut melepas tukik ke laut.
  • Wisata Bahari (scuba diving, snorkeling, menikmati keindahan terumbu karang di taman laut dengan glass bottom boat, memancing dan mungkin cocok bagi wisatawan manca negara untuk santai berjemur di pantai berpasir). Kegiatan scuba diving dapat dilakukan di sekitar perairan Tanjung Raden, sedangkan di Legon Waru dapat dilakukan wisata menggunakan perahu. Ada juga spot snorkeling atau freediving berupa kontainer yang hanyut dan tenggelam terbawa arus hingga perairan Pulau Sangiang. Wisatawan yang bisa freediving atau sekadar fun diving, bisa menyelam mengelilingi kontainer ini, karena hanya berada di kedalaman ± 3 meter. Keunikannya tak kalah dengan Tulamben yang punya spot kapal karam.
  • Wisata Budaya (menikmati/mengamati sisa-sisa perang dunia kedua, yaitu berupa benteng-benteng bekas pertahanan Jepang). Lokasi peninggalan sejarah ini letaknya di sekitar Pos TNI Angkatan laut, untuk ke wilayah ini, dibutuhkan perizinan yang sangat ketat dari aparat. Wisata Ilmiah (pendidikan dan penelitian)

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ BPS Provinsi Banten (2019). Pariwisata Banten dalam Angka Tahun 2019 (PDF). Dinas Pariwisata Provinsi Banten. hlm. 44. 
  2. ^ Fikriyanti, M., dkk. (2018). "Keragaman Jenis Burung pada Berbagai Komunitas di Pulau Sangiang, Provinsi Banten" (PDF). Jurnal Biodjati. 3 (2): 60. 

Lihat pula[sunting | sunting sumber]