Kekaisaran Rusia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kekaisaran Rusia

Россійская Имперія (Rusia pra-reformasi)
Российская империя (Rusia-Kiril)
Rossiyskaya Imperiya (Transliterasi)
1721–1917
SemboyanБог с нами
"Bog s nami"
"Gott mit uns"(Jerman)
(Rusia: "Tuhan bersama kita")
Lagu kebangsaan
"Громъ побҍды, раздавайся!"
Grom pobedy, razdavaysia! (1791–1816)
("Biarkan Guntur Kemenangan Bergemuruh!") (tidak resmi)
"Коль славенъ нашъ Господь в Сіонҍ"
Kol' slaven nash Gospod' v Sione (1794–1816)
("Betapa Agungnya Tuhan Kita di Sion ") (tidak resmi)
"Молитва русскихъ"
Molitva russkikh (1816–1833)
("Doa Orang Rusia" )
"Боже, Царя храни! "
Bozhe Tsarya khrani! (1833–1917)
("Tuhan Jagalah sang Tsar!")
Lambang yang lebih besar (1882–1917):
Wilayah Rusia pada 1866.
  Wilayah[a]
  Jangkauan pengaruh
StatusKekaisaran
Ibu kotaSankt-Peterburg
(1721–1728)
Moskwa
(1728–1730)
Sankt-Peterburg[b]
(1730–1917)
Bahasa yang umum digunakanBahasa resmi:
Rusia
Bahasa daerah:
Finlandia, Swedia, Polandia, Jerman, Rumania
Agama
Agama resmi:
Ortodoks Rusia
Agama minoritas:
Islam
Katolik Roma
Protestan
Yahudi
Buddha
Paganisme
Shamanisme
PemerintahanMonarki Absolut
Monarki Konstitusional
(dari tahun 1906)
Kaisar / Maharani 
• 1721 – 1725
Pyotr I
• 1762 – 1796
Yekaterina II
• 1796 – 1801
Pavel I
• 1801 – 1825
Aleksandr I
• 1825 – 1855
Nikolai I
• 1855 – 1881
Aleksandr II
• 1881 – 1894
Aleksandr III
• 1894 – 1917
Nikolai II
Ketua Dewan Menteri 
• 1905–1906
Sergei Witte
• 1917
Nikolai Golitsyn
LegislatifSenat
Dewan Negara
Duma Negara
Sejarah 
• Penobatan Pyotr I
7 Mei [K.J.: 27 April] 1682
• Proklamasi kekaisaran
22 Oktober [K.J.: 11 Oktober] 1721 1721
• Pemberontakan Desember
26 Desember [K.J.: 14 Desember] 1825
• Reformasi emansipasi 1861
3 Maret [K.J.: 19 Februari] 1861
• Revolusi Rusia
Januari–Desember 1905
• Konstitusi Rusia
23 April [K.J.: 6 Mei] 1906
15 Maret [K.J.: 2 Maret] 1917 1917
7 November [K.J.: 25 Oktober] 1917
Luas
186622.800.000 km2 (8.800.000 sq mi)
191621.799.825 km2 (8.416.959 sq mi)
Penduduk
• 1916
181,537,800
Mata uangRubel
Kode ISO 3166RU
Didahului oleh
Digantikan oleh
Ketsaran Rusia
Pemerintahan Sementara Rusia
Ober Ost
Prefektur Karafuto
Departemen Alaska
Kaukasus Utara
Negara Buryat-Mongolia
Uni Soviet
krjKerajaan
Finlandia (1918)
Sekarang bagian dari
a. ^pada 1866, Alaska dijual pada Amerika Serikat, tetapi Rusia juga mendapat Batum, Kars, Pegunungan Pamir, dan Transkaspia.
b. ^ Dinamai Petrograd pada 1914.
c. ^Rusia menggunakan Kalender Julian hingga Revolusi Februari pada akhir tahun 1917.
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kekaisaran Rusia (Rusia: Россійская Имперія (lama), Российская Империя (modern); Rossiyskaya Imperiya) adalah kekaisaran yang pernah ada sejak tahun 1721-1917. Kekaisaran ini adalah penerus Katsaran Rusia dan pendahulu Uni Soviet.

Kekaisaran Rusia adalah salah satu monarki terluas yang pernah ada dalam sejarah dunia dengan luas daratan yang hanya bisa dilampaui oleh Imperium Britania dan Kekaisaran Mongolia. Pada tahun 1866, wilayah Kekaisaran Rusia membentang dari Eropa Timur ke Asia hingga Amerika Utara. Pada awal abad ke-19, Rusia adalah monarki terbesar di dunia yang membentang dari Samudra Arktik di utara ke Laut Hitam di selatan dan dari Laut Baltik di barat hingga Samudra Pasifik di timur. Dengan penduduk sebanyak 176,4 juta jiwa, kekaisaran ini memiliki penduduk terbesar ketiga di dunia pada masanya setelah Dinasti Qing di Tiongkok dan Imperium Britania.

Kekaisaran Rusia diperintah oleh seorang kaisar dan menjadi salah satu monarki terakhir di Eropa yang meninggalkan sistem monarki absolut.

Pendirian kekaisaran[sunting | sunting sumber]

Meskipun kekaisaran secara resmi didirikankan oleh Pyotr I menyusul Perjanjian Nystad (1721), beberapa sejarawan berpendapat bahwa Kekaisaran Rusia sudah dimulai ketika Ivan III menaklukkan Novgorod atau ketika Ivan IV menaklukkan Kazan. Menurut beberapa pandangan, istilah "ketsaran" yang digunakan untuk merujuk negara Rusia setelah penobatan Ivan IV dipandang sejajar dengan istilah "kekaisaran" dalam bahasa sekarang dan Pyotr hanya mengubah nama negara tersebut dengan mengadopsi dari bahasa Latin yang memiliki makna yang sama.

Kaisar Pyotr I (1672-1725) memperkenalkan sistem pemerintahan otokrasi di Rusia dan memainkan peran utama dalam memperkenalkan negaranya ke sistem pemerintahan yang dianut negara-negara Eropa umumnya. Namun, wilayah Rusia yang sangat luas ini hanya memiliki populasi sekitar 14 juta jiwa. Sistem pertanian Rusia saat itu masih tertinggal jauh di belakang sistem pertanian di Eropa Barat, padahal dalam kenyataannya hampir seluruh penduduk Rusia saat itu adalah petani. Hanya sebagian kecil warganya yang hidup di kota-kota.

Upaya militer pertama Pyotr I diarahkan untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Utsmaniyah di barat daya. Perhatiannya kemudian beralih ke utara. Peter masih tidak memiliki pelabuhan di pesisir utara Rusia yang bebas es, hanya pelabuhan Archangel di Laut Putih, tetapi pelabuhan ini membeku selama sembilan bulan dalam setahun. Akses ke Baltik juga diblokir oleh Swedia. Ambisi Pyotr I untuk "membuka jendela ke laut" menuntunnya untuk membuat aliansi rahasia dengan kaum Saxony (pada tahun 1699), Polandia-Lithuania, dan Denmark untuk melawan Swedia, mengakibatkan terjadinya perang yang dikenal dengan sebutan Perang Besar Utara. Perang berakhir pada 1721 ketika Swedia menyerah dan mengadakan perjanjian damai dengan Rusia. Pyotr I mengakuisisi empat provinsi di sebelah selatan dan timur Teluk Finlandia. Di sana ia membangun ibu kota baru Rusia, Sankt-Peterburg, untuk menggantikan Moskwa yang sudah lama menjadi pusat budaya Rusia.

Sepeninggal Kaisar Pyotr I, penguasa Rusia lain yang dipandang merupakan penguasa Rusia paling berpengaruh selanjutnya adalah Maharani Yekaterina II yang berkuasa pada 9 Juli 1762 – 6 November 1796. Ia adalah seorang putri Jerman yang menikah dengan Kaisar Pyotr III, dan naik takhta setelah menggulingkan suaminya yang baru enam bulan memerintah. Yekaterina memberi sumbangsih pada kebangkitan kaum bangsawan Rusia yang dimulai setelah kematian Pyotr I. Layanan sosial negara dihapuskan, dan ia memerintahkan agar para bangsawan memainkan peran penting dalam pemerintahan di provinsi-provinsi Rusia.[1]

Perkembangan[sunting | sunting sumber]

Paruh pertama abad ke-19[sunting | sunting sumber]

Meskipun Kekaisaran Rusia akan memainkan peran diminasi politiknya pada abad berikutnya, dampak kekalahannya dari Napoleon, Prancis menghalangi kemajuan ekonomi Rusia secara signifikan. Seperti pertumbuhan ekonomi Eropa Barat yang meningkat pesat selama Revolusi Industri yang telah dimulai pada paruh kedua abad ke-18, Rusia dalam kenyataannya masih jauh tertinggal. Status ini menyebabkan inefisiensi dari pemerintahnya, keterbelakangan masyarakatnya, dan ketertinggalan ekonomi. Setelah kekalahan Rusia dari Napoleon, Aleksandr I telah siap untuk membahas reformasi konstitusional, tetapi meskipun telah dilaksanakan, reformasi tidak membawa dampak dan perubahan yang berarti bagi Rusia.

Aleksandr I digantikan oleh adiknya, Kaisar Nikolai I (1825-1855), yang pada awal pemerintahannya dihadapkan dengan berbagai pemberontakan akibat banyaknya kalangan yang menuntut reformasi kekaisaran. Namun pemberontakan-pemberontakan tersebut dengan mudah dipatahkan.

Setelah tentara Rusia membebaskan sekutunya, Georgia, dari pendudukan Persia pada tahun 1802, mereka juga terlibat konfrontasi dengan Persia akibat berebut pengaruh atas Azerbaijan dan terlibat dalam Perang Kaukasia melawan sebuah pemerintahan Muslim bernama Keimaman Kaukasia. Kaisar juga harus berurusan dengan dua pemberontakan di dalam negeri: Pemberontakan November tahun 1830 dan Pemberontakan Januari tahun 1863.

Paruh kedua abad ke-19[sunting | sunting sumber]

Nikolai I meninggal secara misterius. Satu tahun sebelumnya, Rusia telah terlibat dalam Perang Krimea. Sejak memainkan peran utama regional paska kekalahannya ketika Perang Napoleon, Rusia telah dianggap sebagai salah satu negara dengan kekuatan militer yang tak terkalahkan.

Ketika Aleksandr II naik takhta pada tahun 1855, keinginan untuk reformasi tersebar luas di kalangan rakyat. Sejumlah gerakan sosial-kemanusiaan berkembang. Pada tahun 1859, ada lebih dari 23 juta budak hidup di bawah kondisi yang lebih buruk dibandingkan dengan para petani dari Eropa Barat pada abad ke-16. Aleksandr II memutuskan sendiri untuk menghapuskan perbudakan, daripada menunggu bahaya adanya tindakan-tindakan revolusioner yang dapat mengganggu stabilitas dalam negeri Rusia.

Aleksandr II menginvasi Manchuria Luar dari Kekaisaran Qing Tiongkok antara 1858-1860 dan menjual wilayah Alaska yang kaya akan minyak ke Amerika Serikat pada tahun 1867. Pada tahun 1870-an Rusia dan Kesultanan Utsmaniyah kembali berkonfrontasi di kawasan Balkan. Dari tahun 1875-1877, krisis Balkan secara intensif menjadi pemberontakan melawan kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah oleh berbagai bangsa Slavia, yang dikuasai oleh Turki Utsmaniyah sejak abad ke-16. Adanya pandangan nasionalisme Slavia menjadi faktor domestik utama dalam dukungan Rusia untuk membebaskan Balkan dari pemerintahan Muslim Utsmaniyah dan hal ini berdampak pada kemerdekaan Bulgaria dan Serbia. Pada awal tahun 1877, Rusia melakukan intervensi atas nama pasukan relawan Serbia dan Rusia ketika berperang melawan Utsmaniyah. Dalam satu tahun, pasukan Rusia sudah mendekati Istanbul, dan Utsmaniyah menyerah. Diplomat nasionalis Rusia dan para jenderal membujuk Aleksandr II untuk memaksa Utsmaniyah menandatangani Perjanjian San Stefano pada Maret 1878. Ketika Inggris mengancam akan menyatakan perang akibat merasa keberatan dengan syarat-syarat yang tercantum dalam Perjanjian San Stefano, Rusia memilih mundur.

Setelah pembunuhan Aleksandr II oleh Narodnaya Volya, salah seorang anggota organisasi teroris "Nihilist", pada tahun 1881, takhta diberikan kepada anaknya, yaitu Aleksandr III (1881-1894), seorang reaksioner yang berusaha menghidupkan kembali maksim "Otokrasi, Ortodoks, dan Karakter Kebangsaan Nasional" yang dicanangkan oleh Nikolai I. Sebagai seorang Slavophile, Aleksandr III percaya bahwa Rusia bisa diselamatkan dari kekacauan hanya dengan menutup diri dari pengaruh subversif Eropa Barat.

Awal abad ke-20[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1894, Aleksandr III digantikan oleh putranya, Kaisar Nikolai II, yang berkomitmen untuk mempertahankan sistem otokrasi di Rusia. Revolusi Industri Rusia mulai menunjukkan pengaruh yang signifikan. Namun, Partai Sosialis-Revolusioner justru menuntut dilakukannya distribusi tanah untuk para petani. Kelompok radikal lain adalah Partai Tenaga Kerja Sosial-Demokrat, salah satu partai Marxisme di Rusia. Sosial-Demokrat berbeda dari Sosialis-Revolusioner, bahwa mereka percaya revolusi harus berawal dari para pekerja dan buruh di perkotaan, bukan oleh kaum tani.

Kekalahan dalam Perang Rusia-Jepang (1904-1905) adalah pukulan besar bagi rezim Nikolai II dan semakin meningkatkan potensi kerusuhan dan pemberontakan di dalam negeri. Pada Januari 1905, sebuah insiden yang dikenal sebagai "Minggu Berdarah" terjadi ketika Pastor Gapon memimpin kerumunan massa di Istana Musim Dingin, Sankt-Peterburg, untuk mengirimkan sebuah petisi kepada Kaisar. Ketika massa mencapai istana, angkatan bersenjata menembaki kerumunan dan menewaskan ratusan orang. Masyarakat Rusia begitu marah atas pembantaian tersebut. Hal ini menandai awal dari Revolusi Rusia tahun 1905. Soviet (dewan pekerja) muncul di kota-kota untuk mengarahkan aktivitas revolusioner. Rusia lumpuh, dan pemerintahan kekaisaran tak berdaya mengahadapi gejolak-gejolak yang terjadi di seluruh negeri.

Potret Kaisar Nikolai II beserta keluarganya pada tahun 1913.
Istana Musim Dingin (Зи́мний дворе́ц) di Sankt-Peterburg, kediaman resmi para Kaisar Rusia.

Pada tahun 1904, Nikolai II dan istrinya, Permaisuri Aleksandra, akhirnya memiliki seorang putra, Tsarevich Aleksei Nikolaevich. Namun, Alexei mewarisi penyakit genetik yang berasal dari keluarga ibunya, Aleksandra (yang merupakan cucu Victoria, Ratu Inggris Raya), yaitu hemofilia, penyakit yang telah menjangkit banyak bangsawan Eropa.

Nikolai II dan Rusia memasuki Perang Dunia I dengan semangat membela sesama kaum Ortodoks Slavia di Eropa Timur dan Balkan. Pada bulan Agustus 1914, tentara Rusia menyerbu Provinsi Prusia Timur milik Jerman dan menduduki sebagian besar Austria. Namun, kontrol Jerman atas Laut Baltik dan kontrol koalisi Jerman-Utsmaniyah atas Laut Hitam mengakibatkan Rusia terputus dari sebagian besar pasokan bantuan asing dan pasar perdagangan yang potensial.

Pada 3 Maret 1917, pemogokan massal terjadi pada sebuah pabrik di ibukota Sankt-Peterburg, dalam sepekan hampir semua pekerja di kota melakukan pemogokan serupa, dan kerusuhan jalanan pecah.

Pada akhir Revolusi Februari yaitu tanggal 2 Maret (Kalender Julian) atau 15 Maret (Kalender Gregorian) 1917, Nikolai II memilih untuk turun takhta. Nikolai II menyusun rencana untuk menobatkan Pangeran Mikhail sebagai kaisar berikutnya atas seluruh Rusia. Mikhail menolak untuk naik takhta sampai ia diizinkan untuk memilih melalui Majelis Konstituante untuk kelanjutan Rusia sebagai sebuah negara monarki atau republik.

Pada bulan Agustus 1917, Alexander Kerensky, yang menjabat sebagai perdana menteri Pemerintahan Sementara Rusia, mengevakuasi Nikolai II beserta istri dan anak-anaknya ke kota Tobolsk di Pegunungan Ural, diduga untuk melindungi mereka dari dampak meningkatnya revolusi. Di sana mereka tinggal di bekas kediaman gubernur dalam kenyamanan yang cukup. Pada bulan Oktober tahun 1917 kaum Bolshevik berhasil merebut kekuasaan dari pemerintahan sementara pimpinan Kerensky.

Pada 1 Maret 1918, Nikolai II beserta keluarganya dipindahkan ke sebuah ransum tentara, dengan kondisi kehidupan yang jauh dari kemewahan. Pada 30 April 1918 mereka selanjutnya dipindahkan ke kota pengasingan terakhir mereka, Yekaterinburg, tempat mereka ditahan di sebuah rumah milik seorang insinyur militer bernama Nikolay Nikolayevich Ipatiev. Kaisar Nikolai II beserta seluruh keluarganya kemudian dieksekusi oleh kaum Bolshevik di rumah ini, dan menandai berakhirnya kekuasaan penuh Dinasti Romanov atas Rusia.

Sistem pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Sejak pendirian kekaisaran sampai Revolusi 1905, Kekaisaran Rusia merupakan sebuah monarki absolut, di bawah sistem otokrasi kaisar. Setelah Revolusi 1905, Rusia mengembangkan sistem pemerintahan baru yang sulit untuk didefinisikan secara resmi.

Hukum dasar Rusia menggambarkan kekuatan kaisar sebagai penguasa "otokratis dan tidak terbatas." Setelah Oktober 1905, kekaisaran masih mempertahankan gelar "Kaisar dan Autokrat seluruh Bangsa Rusia", namun hukum-hukum dasar kekaisaran dirombak.

Sementara kaisar mempertahankan hak-hak prerogatif lamanya, termasuk hak veto mutlak atas semua undang-undang. Kaisar menyetujui pembentukan parlemen. Namun, pembaruan dan perombakan hukum tersebut tidak menjadikan Rusia sebagai sebuah monarki konstitusional yang sebenarnya. "Otokrasi terbatas" dalam praktiknya sebenarnya merupakan "otokrasi semi-terbatas." Dalam "Almanach de Gotha" tahun 1910, Rusia digambarkan sebagai "monarki konstitusional di bawah kekuasaan tsar yang otokratis".

Kaisar[sunting | sunting sumber]

Pyotr I mengubah gelarnya pada tahun 1721 dari tsar menjadi imperator (Rusia: император; kaisar). Meski begitu, pemimpin Rusia kerap disebut tsar atau tsaritsa oleh pihak non-Rusia sampai jatuhnya monarki tahun 1917. Sesuai Manifesto Oktober, seorang kaisar memerintah secara absolut. Kaisar dan permaisurinya juga harus seorang penganut Ortodoks.

Pada 17 Oktober 1905, kaisar secara sukarela membatasi kekuasaan legislatifnya dengan menerbitkan maklumat bahwa kaisar tidak dapat mengeluarkan sebuah hukum tanpa persetujuan dari Duma, majelis legislatif Rusia. Meski begitu, kaisar memiliki hak untuk membubarkan Duma yang baru dibentuk. Para menteri hanya bertanggung jawab kepada kaisar semata, tanpa kepada Duma atau pihak lain, yang bisa menanyai tapi tak dapat memberhentikan mereka.

Pengaruh kondisi geografis secara jetas terlihat dalam sejarah Rusia Rusia Eropa berupa dataran tanpa putus yang sangat luas, diulir oleh banyak sungai yang menjadi sarana transportasi ke setiap bagian negara, Sementara bagian lain Eropa, dengan deretan pegunungan dan lautan yang menjorok ke daratan, cenderung terbagi menjadi banyak negara terpisah, Rusia secara alamiah menjadi sebuah negara tunggal. Penduduk Rusia utamanya adalah bangsa Eastern Slavs, keturunan emigran Slavic dari lembah Danube dan Elbe selama awal Abad Penengahan. Mereka terpisah, berabad-abad lalu, menjadi tiga kelompok. Kelompok terbesar adalah kelompok Great Russian (Rusia Besar), yang menempati wilayah pedalaman, utara, dan timur Rusia. Pusat sejarah mereka adalah Moskow di Sungai Moskow, ibukota kerajaan Muscovy, Little Russian atau Rusia Kecil (Ruthenians, Ukrainians) menempati wilayah selatan dan barat daya Rusia. Pusat sejarah mereka adalah kota suci Kiev di Dnieper, dimana di tahun 988 bangsa-bangsa utara Skandinavia mengadopsi Kristen Timur dan Yunani untuk diri mereka sendiri, dan untuk bangsa Slavs yang hidup di antara mereka, White Russian, yang namanya berasal dari pakaian berwarna putih mereka, mendiami wilayah barat, di wilayah-wilayah yang pernah dikuasai Lithuania.[2]

Tiga bangsa Rusia ini berbicara dengan bahasa Slavic tetapi dengan dialek berbeda, Perbedaan dialek ini cukup untuk mencegah seorang Muscovite bisa memahami seorang Ukrainian dan mencegah keduanya untuk bisa berkomunikasi dengan White Russian, Untuk tujuan kesusasteraan dan tujuan resmi, dialek Moskow digunakan dimanamana, Alpabet yang digunakan berasal dari Yunani, diperkaya dengan tanda-tanda khusus dari huruf-huruf Slavic. Tiga bangsa Rusia ini juga bersatu dalam aliansi umum dengan Gereja Ortodoks. Gereja Ortodoks adalah cikal bakal dari Gereja Yunani abad pedengahan, yang melahirkan banyak doktrin dan ritual. Hingga Revolusi Rusia pada 191 7, tsar tetap menjadi kepala gereja, dan memiliki kewenangan membuat dan membatalkan semua penunjukkan untukjabatan eklesiastikal. Rusia, perlu diketahui, memiliki banyak sekte yang berbeda pendapat, yang sebelumnya menghadapi persekusi oleh pemerintah karena keyakinan dan praktik non-ododoks mereka.[2]

Ekspansi laut Rusia di Eropa secara perlahan melibatkan banyak Orang-orang non-Rusia di antara subyek-subyek tsar. Mereka utamanya ditemukan di sepanjang perbatasan. Peter Agung menguasai beberapa Provinsi-provinsi Baltik yang dihuni bangsa Estonia, Letts, dan Jerman, Catherine Il menguasai sebagian besar wilayah Polandia, Crimea, dan pantai utara Laut Hitam. Di awal abad kesembilan belas Alexander I mengambil alih Finlandia dari Swedia (1809), merebut Bessarabia dari Turki (1812), menguasai sebagian wilayah Polandia (1815), dan memulai penaklukan di Kaukasia. Wilayah Kaukasia dengan populasi Campurannya (bangsa Georgia, Circassia, Armenia, dll) akhirnya tidak dimasukkan ke dalam kekaisaran hingga setelah pertengahan abad keSembikan belas. Rusia kemudian mencapai batas-batas teritorialnya di Eropa. Pecahnya Rusia sejak Perang Dunia membuat sebagian besar bangsa-bangsa di perbatasan membentuk negara independen.[2]

Teritori buruh-tani dan bangsa-bangsa Babel yang membentuk Kekaisaran Rusia di abad kesembilan belas diperintah oleh seorang tsar autokratik, Dekritnya mengikat semua subyeknya, Hukum Rusia menyebut tsar sebagai seorang ”raja independen dan absolut” dan nyatakan bahwa Tuhan ['memerintahkan manusia untuk menyerahkan kekuasaan superiornya, tidak hanya dari rasa takut terhadap hukuman, tetapi sebagai tugas agama.” Banyak kaum terpelajar Rusia, Yang sebagian besar mungkin tidak tertarik dengan hak keilahian, mempertimbangkan pemerintahan autokratik sebagai kebutuhan praktis untuk Rusia. Populasi yang besar dan majemuk, ketidakpedulian sebagian besar penduduknya, dan ketiadaan keias menengah yang makmur dan progresif, yang bisa ambil bagian dalam kehidupan politik, tampak menunjukkan bahwa kemenangan demokrasi akan lama tertunda di wilayah kekuasaan tsar, Kepentingan utama sejarah Rusia selama abad terakhir karenanya terletak dalam pengembangan liberalisme, yang secara perlahan memperlemah sendi-sendi autokrasi, dan di tahun revolusi 1917 menghancurkan kekaisaran Rusia.[2]

Alexander l, cucu Catherine Il, naik tahta dengan pandangan-pandangan tercerahkan. Di bawah pengaruh tutor Swiss-nya, ia menyerap banyak ide demokrasi di periode revolusioner di Eropa, dan ia ingin menerapkan ide-ide ini dalam praktik. Namun demikian, semangatnya untuk reformasi menjadi dingin setelah ia berada di bawah pengaruh musuh liberalisme, Prince Metternich. Tsar tidak hanya menandatangani Protocol of Troppau, tetapi juga bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan saudaranya untuk memadamkan pemberontakan liberal pedama di Italia dan Spanyol. Tahun-tahun terakhir kehidupannya tsar menjadi sangat reaksioner.[2]

Nicholas l, tidak seperti saudaranya, tidak pernah merasakan simpati sentimental dengan liberalisme. Untuk mencegah ide-ide liberal menyebar di antara subyek-subyeknya, tsar menerapkan sensor ketat pada pers, membuat regulasi paspor yang membuat sulit bagi siapa saja untuk memasuki Rusia atau meninggalkan Rusia, membentuk pasukan mata-mata dan polisi rahasia yang dikenal sebagai Third section, Kepala Third Section memiliki kekuasaan tidak terbatas untuk menahan, memenjarakan, atau mendeportasi tersangka politik, tanpa surat peringatan dan tanpa pengadilan, Selama tiga puluh tahun kekuasaan Nicholas l, puluhan ribu pendukung liberalisme mendekam di dalam penjara atau dibuang ke Siberia, Nicholas tidak kurang autokratik dalam kebijakan luar negerinya, Kita telah mengetahui bagaimana ia secara kejam memadamkan pemberontakan rakyat Polandia dan bagaimana ia membantu Francis Joseph I menghancurkan Republik Hungaria Hanya sekali tsar mendukung sebuah gerakan revolusioner. Di 1828 ia memihak Yunani yang bangkit melawan Turks, tetapi tujuannya tidak untuk membebaskan Yunani tetapi untuk mengagung-agungkan Rusia. Setelah itu Nicholas mengobarkan Perang Crimea, sebuah spekulasi yang membawa Nicholas terlibat konflik dengan Inggris Raya, Prancis, dan Sardinia sebagai sekutu Turki. la meninggal sebelum perang berakhir.[2]

Alexander Il naik tahta sebagai raja yang penuh kebajikan. Bagian awal pemerintahannya ditandai dengan reformasi yang terkemuka, terutama reformasi yang membebaskan budak pertanian dan membentuk majelis propinsi elektif untuk pemerintah lokal. Tetapi tsar tidak memiliki jiwa liberal, dan para konselornya adalah orang-orang yang dilatih di sekolah Nicholas l. Mereka telah meyakinkan Alexander l, bahwa liberalisme adalah kebaruan Barat, tidak cocok untuk Rusia suci, dan pasti diikuti oleh revolusi dan meruntuhkan autokrasi. Setelah pemberontakan Polandia di awal tahun "enam puluhan" yang sangat menakutkan bagi tsar, reaksi tsar memiliki ayunan penuh di Rusia.[2]

Kekecawaan intens kelas terpelajar pada Alexender yang menghidupkan kembali cara-cara tradisional raja-raja Rusia menimbulkan lisme. Nihilisme mulai muncul sebagai doktrin akademik. Para pemikir radikal, dengan menerapkan ajaran para filsuf Prancis di abad kedela_ pan betas, menetapkan penalatan dan sains sebagai panduan ganda kehidupan. Mereka mendesak Rusia menyingkirkan autokrasi, Gereja Ortodoks, dan institusi-institusi lain yang berasal dari masa lalu yang tidak beralasan dan tidak ilmiah. Hanya ketika landasan telah dibersihkan, maka dimungkinkan untuk membangun kembali sebuah masyarakat baru dan lebih baik, Para nihilis mulai mencari orang-orang tobat di antara massa. Di bawah samaran dokter, guru sekolah, pekerja pabfik, dan buruh umum, mereka mengkhutbahkan kemerdekaan politik, sosial, dan ekonomi kepada para artisan di kota dan petani di pedesaan, Pemerintah segera mendapat angin gerakan revolusioner dan memenjarakan atau membuang mereka yang ambil bagian dalam gerakan revoluisoner. Propaganda kata-kata para nihilis sekarang berubah menjadi propaganda kata-kata. Karena pemerintahan dijalankan dengan teror, maka harus dilawan dengan teror, Sebuah komite rahasia di St. Petersburg menghukum mati sejumlah pejabat ternama, mata-mata, dan anggota Third Section, dan di beberapa kasus berhasil membunuh mereka. Alexander Il sendiri dibunuh pada 1881.[2]

Kekuasaan Alexander Ill sangat siginifan utamanya untuk usahausaha sistematis yang di buat oleh pemerintah untuk memaksa semua orang non-Rusia di kekaisaran Rusia untuk menggunakan bahasa Rusia, menerima adat istiadat Rusia, dan beribadah menurut ritual Gereja Ortodoks. Kebijakan ini menimbulkan perlakuan keras terhadap bangsa Finn (Finlandia), Estonia, Letts, Lithuania, Polandia, Jerman, dan Yahudi. Persekusi terhadap bangsa Yunani menimbulkan migrasi besar ke Amerika Serikat.[2]

Naiknya Nicholas ll ke tahta tidak membawa perubahan dalam si politik, Anak muda ini ramah dan memiliki maksud baik, tetapi ia memiliki sifat seorang autokrat seperti para pendahulunya, Para reaksioner yang mengelilinginya sekarang menggandakan usaha mereka untuk menjaga Rusia tetap "beku," Para guru, pelajar, jurnalis, orangorang profesional, setiap orang yang bersuara vokal akan mengalami penderitaan di bawah rezim besi. Tidak ada orang yang selamat melawan penahanan, pemenjaraan, pembuangan, atau eksekusi arbitraria Sementara itu, perlawanan terhadap autokrasi berkembang cepat di Rusia, tidak hanya di antara kaum pekerja dan petani, tetapi juga di antara kelas menengah dan anggota kebangsawanan yang tercerahkan, Kerusuhan revolusioner akhirnya memaksa tsar mengeluarkan dekrit Pada 1905-1906, yang menjamin hak warga negara dan membentuk majelis perwakilan (Duma). Duma beftemu empat kali dan menetapkan sejumlah legislasi yang berguna. Namun demikian, Duma tidak berhasil menciptakan kernerdekaan bagi rakyat Rusia. Ketika Perang Dunia Pecah, autokrasi yang korup dan tidak efisien terlihat semakin kokoh di Rusia.[2]

Dewan menteri[sunting | sunting sumber]

Sesuai undang-undang tahun 18 Oktober 1905, untuk mendampingi kaisar, dibentuklah dewan menteri yang dipimpin oleh presiden menteri, setara dengan perdana menteri. Kementerian yang ada di Rusia yakni:

  • Kementerian Dewan Kekaisaran
  • Kementerian Luar Negeri
  • Kementerian Perang
  • Kementerian Angkatan Laut
  • Kementerian Keuangan
  • Kementerian Perdagangan dan Industri
  • Kementerian Dalam Negeri
  • Kementerian Pertanian dan Aset Negara
  • Kementerian Komunikasi
  • Kementerian Keadilan
  • Kementerian Pencerahan Negara

Sinode Maha Kudus[sunting | sunting sumber]

Pusat senat dan sinode di Sankt-Peterburg

Sinode Maha Kudus (dibentuk pada 1721) adalah bagian terpenting dari pemerintahan Gereja Ortodoks di Rusia. Lembaga ini dipimpin oleh prokurator yang menjadi wakil kaisar, dan terdiri dari tiga uskup metropolit dari Moskwa, Sankt-Peterburg, dan Kiev, Uskup Agung Georgia, dan beberapa uskup lain.

Pembagian administrasi Rusia pada 1914

Pembagian administratif[sunting | sunting sumber]

Pada 1914, Rusia terbagi menjadi 81 provinsi (guberniya), 20 oblast, dan 1 okrug. Negara bawahan dan satelit Rusia termasuk Keamiran Bukhara, Kekhanan Khiva, dan (setelah 1914) Tuva. 11 provinsi, 17 oblast, dan 1 okrug berada di Rusia Asia. 8 provinsi di Finlandia dan 10 provinsi di Polandia. Rusia Eropa memiliki 59 provinsi dan 1 oblast. Oblast ini langsung berada di bawah kewenangan Menteri Perang, sedangkan sisanya dipimpin oleh gubernur dan wakil gubernur. Selain itu juga terdapat gubernur-jenderal, yang memimpin beberapa provinsi seperti di Finlandia, Warsawa, Moskwa, yang biasanya dipersenjatai tentara dalam kewenangan terbatas.

Agama[sunting | sunting sumber]

Kristen Ortodoks ditetapkan sebagai agama negara.[3] Kaisar tidak diperkenankan memeluk agama selain Ortodoks dan dipandang sebagai fidei defensor.

Sensus agama penduduk Rusia pada tahun 1897:

Agama Jumlah pemeluk[4] %
Ortodoks Rusia 87,123,604 69.3%
Islam 13,906,972 11.1%
Katolik Latin 11,467,994 9.1%
Yahudi 5,215,805 4.2%
Lutheran 3,572,653 2.8%
Pemercaya Lama 2,204,596 1.8%
Apostolik Armenia 1,179,241 0.9%
Buddha dan Budhha Tibet 433,863 0.4%
Agama non-Kristen lain 285,321 0.2%
Calvinisme 85,400 0.1%
Menonit 66,564 0.1%
Katolik Armenia 38,840 0.0%
Baptis 38,139 0.0%
Yahudi Karait 12,894 0.0%
Anglikanisme 4,183 0.0%
Denominasi Kristen lain 3,952 0.0%

Daftar Kaisar dan Maharani Rusia[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Isabel De Madariaga, Russia in the Age of Catherine the Great (Yale University Press, 1981)
  2. ^ a b c d e f g h i j Webster, Hutton (2021). World History: Sejarah Dunia Lengkap. Yogyakarta: IndoLiterasi. ISBN 978-602-0869-90-2. 
  3. ^ Article 62 of the 1906 Fundamental Laws (previously, Article 40): ″The primary and predominant Faith in the Russian Empire is the Christian Orthodox Catholic Faith of the Eastern Confession.″
  4. ^ Первая всеобщая перепись населения Российской Империи 1897 г. Распределение населения по вероисповеданиям и регионам [First general census of the population of the Russian Empire in 1897. Distribution of the population by faiths and regions] (dalam bahasa Rusia). archipelag.ru. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 October 2012. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Bacaan lanjut[sunting | sunting sumber]

Survey[sunting | sunting sumber]

  • Ascher, Abraham. Russia: A Short History (2011) excerpt and text search
  • Bushkovitch, Paul. A Concise History of Russia (2011) excerpt and text search
  • Freeze, George (2002). Russia: A History (edisi ke-2nd). Oxford: Oxford University Press. hlm. 556. ISBN 978-0-19-860511-9. 
  • Hosking, Geoffrey. Russia and the Russians: A History (2nd ed. 2011)
  • Hughes, Lindsey (2000). Russia in the Age of Peter the Great. New Haven, CT: Yale University Press. hlm. 640. ISBN 978-0-300-08266-1. 
  • Kamenskii, Aleksandr B. The Russian Empire in the Eighteenth Century: Searching for a Place in the World (1997) . xii. 307 pp. A synthesis of much Western and Russian scholarship.
  • Lincoln, W. Bruce. The Romanovs: Autocrats of All the Russias (1983) excerpt and text search, sweeping narrative history
  • Longley, David (2000). The Longman Companion to Imperial Russia, 1689–1917. New York, NY: Longman Publishing Group. hlm. 496. ISBN 978-0-582-31990-5. 
  • McKenzie, David & Michael W. Curran. A History of Russia, the Soviet Union, and Beyond. 6th ed. Belmont, CA: Wadsworth Publishing, 2001. ISBN 0-534-58698-8.
  • Moss, Walter G. A History of Russia. Vol. 1: To 1917. 2d ed. Anthem Press, 2002.
  • Perrie, Maureen, et al. The Cambridge History of Russia. (3 vol. Cambridge University Press, 2006). excerpt and text search
  • Riasanovsky, Nicholas V. and Mark D. Steinberg. A History of Russia. 7th ed. New York: Oxford University Press, 2004, 800 pages. ISBN 0-19-515394-4
  • Ziegler; Charles E. The History of Russia (Greenwood Press, 1999) online edition

Geografi[sunting | sunting sumber]

  • Barnes, Ian. Restless Empire: A Historical Atlas of Russia (2015), copies of historic maps
  • Catchpole, Brian. A Map History of Russia (Heinemann Educational Publishers, 1974), new topical maps.
  • Channon, John, and Robert Hudson. The Penguin historical atlas of Russia (Viking, 1995), new topical maps.
  • Chew, Allen F. An atlas of Russian history: eleven centuries of changing borders (Yale UP, 1970), new topical maps.
  • Gilbert, Martin. Atlas of Russian history (Oxford UP, 1993), new topical maps.
  • Parker, William Henry. An historical geography of Russia (Aldine, 1968).

1801–1917[sunting | sunting sumber]

  • Jelavich, Barbara. St. Petersburg and Moscow: Tsarist and Soviet Foreign Policy, 1814–1974 (1974)
  • Manning, Roberta. The Crisis of the Old Order in Russia: Gentry and Government. Princeton University Press, 1982.
  • Pipes, Richard. Russia under the Old Regime (2nd ed. 1997)
  • Seton-Watson, Hugh. The Russian empire 1801–1917 (1967) online
  • Waldron, Peter (1997). The End of Imperial Russia, 1855–1917. New York, NY: St. Martin's Press. hlm. 189. ISBN 978-0-312-16536-9. 
  • Westwood, J. N. (2002). Endurance and Endeavour: Russian History 1812–2001 (edisi ke-5th). Oxford: Oxford University Press. hlm. 656. ISBN 978-0-19-924617-5. 

Angkatan bersenjata dan hubungan luar negeri[sunting | sunting sumber]

  • Adams, Michael. Napoleon and Russia (2006).
  • Dowling, Timothy C. (2014). Russia at War: From the Mongol Conquest to Afghanistan, Chechnya, and Beyond [2 volumes]. ABC-CLIO. ISBN 978-1-59884-948-6. 
  • Englund, Peter (2002). The Battle That Shook Europe: Poltava and the Birth of the Russian Empire. New York, NY: I. B. Tauris. hlm. 288. ISBN 978-1-86064-847-2. 
  • Fuller, William C. Strategy and Power in Russia 1600–1914 (1998) excerpts; military strategy
  • Gatrell, Peter. "Tsarist Russia at War: The View from Above, 1914–February 1917." Journal of Modern History 87#3 (2015): 668-700. online[pranala nonaktif]
  • Jelavich, Barbara. St. Petersburg and Moscow: Tsarist and Soviet Foreign Policy, 1814–1974 (1974)
  • Lieven, D.C.B. Russia and the Origins of the First World War (1983).
  • Lieven, Dominic. Russia Against Napoleon: The True Story of the Campaigns of War and Peace (2011).
  • McMeekin, Sean. The Russian Origins of the First World War (2011).
  • Neumann, Iver B. "Russia as a great power, 1815–2007." Journal of International Relations and Development 11#2 (2008): 128-151. online
  • Saul, Norman E. Historical Dictionary of Russian and Soviet Foreign Policy (2014) excerpt and text search
  • Seton-Watson, Hugh. The Russian Empire 1801–1917 (1967) pp 41–68, 83-182, 280-331, 430-60, 567-97, 677-97.
  • Stone, David. A Military History of Russia: From Ivan the Terrible to the War in Chechnya excerpts

Ekonomi, sosial, dan sejarah etnis[sunting | sunting sumber]

  • Christian, David. A History of Russia, Central Asia and Mongolia. Vol. 1: Inner Eurasia from Prehistory to the Mongol Empire. (Blackwell, 1998). ISBN 0-631-20814-3.
  • De Madariaga, Isabel. Russia in the Age of Catherine the Great (2002), comprehensive topical survey
  • Dixon, Simon (1999). The Modernisation of Russia, 1676–1825. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 288. ISBN 978-0-521-37100-1. 
  • Etkind, Alexander. Internal Colonization: Russia's Imperial Experience (Polity Press, 2011) 289 pages; discussion of serfdom, the peasant commune, etc.
  • Freeze, Gregory L. From Supplication to Revolution: A Documentary Social History of Imperial Russia (1988)
  • Kappeler, Andreas (2001). The Russian Empire: A Multi-Ethnic History. New York, NY: Longman Publishing Group. hlm. 480. ISBN 978-0-582-23415-4. 
  • Milward, Alan S. and S. B. Saul. The Development of the Economies of Continental Europe: 1850–1914 (1977) pp 365–425
  • Milward, Alan S. and S. B. Saul. The Economic Development of Continental Europe 1780–1870 (2nd ed. 1979), 552pp
  • Mironov, Boris N., and Ben Eklof. The Social History of Imperial Russia, 1700–1917 (2 vol Westview Press, 2000) vol 1 online; vol 2 online
  • Mironov, Boris N. (2012) The Standard of Living and Revolutions in Imperial Russia, 1700–1917 (2012) excerpt and text search
  • Mironov, Boris N. (2010) "Wages and Prices in Imperial Russia, 1703–1913," Russian Review (Jan 2010) 69#1 pp 47–72, with 13 tables and 3 charts online
  • Moon, David (1999). The Russian Peasantry 1600–1930: The World the Peasants Made. Boston, MA: Addison-Wesley. hlm. 396. ISBN 978-0-582-09508-3. 
  • Stein, Howard F. (December 1976). "Russian Nationalism and the Divided Soul of the Westernizers and Slavophiles". Ethos. 4 (4): 403–438. doi:10.1525/eth.1976.4.4.02a00010. 
  • Stolberg, Eva-Maria. (2004) "The Siberian Frontier and Russia's Position in World History," Review: A Journal of the Fernand Braudel Center 27#3 pp 243–267
  • Wirtschafter, Elise Kimerling. Russia's age of serfdom 1649–1861 (2008).

Penulisan sejarah[sunting | sunting sumber]

  • Burbank, Jane, and David L. Ransel, eds. Imperial Russia: new histories for the Empire (Indiana University Press, 1998)
  • Cracraft, James. ed. Major Problems in the History of Imperial Russia (1993)
  • Kuzio, Taras. "Historiography and national identity among the Eastern Slavs: towards a new framework." National Identities (2001) 3#2 pp: 109–132.
  • Olson, Gust, and Aleksei I. Miller. "Between Local and Inter-Imperial: Russian Imperial History in Search of Scope and Paradigm." Kritika: Explorations in Russian and Eurasian History (2004) 5#1 pp: 7–26.
  • Sanders, Thomas, ed. Historiography of imperial Russia: The profession and writing of history in a multinational state (ME Sharpe, 1999)
  • Smith, Steve. "Writing the History of the Russian Revolution after the Fall of Communism." Europe‐Asia Studies (1994) 46#4 pp: 563–578.
  • Suny, Ronald Grigor. "The empire strikes out: Imperial Russia,‘national’identity, and theories of empire." in A state of nations: Empire and nation-making in the age of Lenin and Stalin ed. by Peter Holquist, Ronald Grigor Suny, and Terry Martin. (2001) pp: 23–66.