Manten Kaji

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Manten Kaji adalah istilah yang digunakan untuk tata cara pernikahan sepasang mempelai khas semarangan, yang dimulai pada tahun 1930-an di Semarang. Manten Kaji berfungsi sebagai perekat sosial dan budaya dalam masyarakat. Manten Kaji terbentuk sebagai akulturasi kebudayaan Arab, Jawa, Cina, Melayu dan Eropa, sesuai dengan latar belakang terbentuknya Kota Semarang. Dinamakan Manten Kaji karena busana yang dikenakan mempelai pria menyerupai gamis atau jubah yang sering dipakai oleh mereka yang baru pulang menunaikan ibadah Haji.[1]

Pengaruh Arab terlihat jelas pada sorban yang dikenakan, begitu pula dengan kopiah alfiah yang dikenakan oleh mempelai pria seperti orang yang pulang ibadah haji. Baju mempelai pria model gamis beludru berlengan panjang. Tata rias pengantin semarangan model cengge (pengaruh budaya China) dengan bedak yang sangat tebal. Selop kedua mempelai serta sanggul Jawa mendapat pengaruh dari Kasultanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, dengan menyertakan hiasan melati ndok remek serta tusuk konde mnggambarkan budaya Jawa. Sementara pade-pade dibut lebih sederhana yang menggambarkan "jiwa" orang Smarang sebagai pedagang. Pengaruh ropa terlihat pada pemakaian mahkota untuk mempelai wanita, sementara mempelai pria diindetifikasi dengan membawa pedang . Pengaruh cina terlihat juga pada baju memplai wanita yang mengenakan moden encim dan bahan beludru, dan berpayet warna emas. Untuk bagian bawahnya, kedua mempelai memilih warna merah dan emas.

Perbedaan manten kaji dengan prosesi pernikahan yang dipengaruhi oleh budaya China dan Arab lainnya, yaitu terdapat pada beberapa filosofil Jawa yang masih dipertahankan. Pengaruh Jawa terlihat pada simbol-simbol yang dipakai dalam upacara seperti kembang mayang, pemasangan dau n tebu yng berarti antebing kalbu (kemantapan hati), daun kluwih sebagai doa untuk rezeki linuwih (rezeki banyak), dan daun opo opo agar kedua mempelai tidak mengalami bahaya. Namun dibandingkan dengan upacara adat Jawa, manten kaji jauh lebih sedehana, tidak semegah seanggun pernikahan Jawa. Sajian hiburan Gambang Semarang juga merupakan ciri khas prossi prnikahan manten kaji.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Dwiari Ratnawati, Lien (2018). Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Jakarta: Direktoerat Jendral Kebudayaan, kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.