Maharawin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Maharawin adalah salah satu jenis buah yang ada di Pedalaman Kalimantan. Maharawin adalah nama buah-buahan asli Indonesia. Maharawin mungkin buah yang namanya terdengar asing untuk banyak orang. Maharawin juga dikenal dengan sebutan Durio oxleyanus Griff.[1]

Masih ingat dengan buah Lai? Nah, Maharawin merupakan saudara dekat dengan dari buah lai. Mereka berdua seperti kakak beradik dari sekian jenis dari durian. Keduanya memiliki kedekatan bentuk fisik, terutama daging buahnya sama-sama berwarna kuning.

Secara umum, bentuk buahnya bulat dengan berat bervariasi, yaitu 200-400gram. Kulitnya lebih tipis dibandingkan buah durian, biasanya yakni sekitar 1 sentimeter. Meskipun buah sudah matang warna kulit tetap hijau. Daging buah selalu berwarna kuning muda atau kuning tua dengan tekstur daging halus. Rasanya manis, menyengat di lidah saat dicicipi dengan aroma yang khas. Karena kelezatan buahnya, Urang Bukit ( orang-orang yaang bermukim di wilayah pengunungan) Pegunungan Meratus di Provensi Kalimantan Selatan menyebutnya Marawin. Artinya memberikan kenikmatan pada orang yang memakannya.

Tinggi pohonnya kira-kira 40 meter dengan bentuk batang silindris. Ukuran dan bentuk daunnya sama seperti daun pohon durian yang kita kenal. Bunganya kecil berwarna putih dan ada pula berwarna krem.Bunganya hanya muncul di ranting-ranting dan cabang yang sudah tua sehingga buahnya bergelantungan pada ujung-ujung ranting. Keadaan yang berbeda dengan durain pada umumnya yang buahnya bergelantungan di cabang-cabang pohon saja. Melihat letak tangkainya, sebagian penduduk pedalaman Kalimantan menamainya kerantongan. Maksudnya buah yang bergelantungan di ujung-ujung ranting pohon.

Maharawin paling cocok tumbuh di daerah beriklim basah. Namun ada sebagian yang tumbuh di lereng-lereng bukit. Asal lingkungannya sesuai. Masa berbunga tanaman ini dimulai dari bulan Juni-September dan akan masak pada bulan Oktober-Februari.

Sampai sekarang belum ada usaha untuk membudidayakan tanaman ini karena nilai ekonomis buahnya rendah. Oleh karena itu, buah ini sangat jarang dijumpai di pasaran, kecuali di pasar tradisional di pedalaman.

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Rohliansyah, Pahmi (2007). Mengenal Buah-Buahan Kalimantan. Yogjakarta: Adicita Karya Nusa. hlm. 61–64. ISBN 979-9246-71-7.