Kelenteng See Hien Kiong

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kelenteng See Hien Kiong dengan bangunan dan lokasi yang sama sekali baru dari pendahulunya

Kelenteng See Hien Kiong merupakan tempat ibadah Tionghoa di Sumatera Barat. Mulai dibangun pada 1893 di bawah pimpinan Kapiten Lie Goan Hoat dan selesai pada 1905, kelenteng ini hancur akibat gempa bumi Sumatera Barat pada 2009.

Sebelum hancur, terdapat kelenteng terdahulu bernama Kwan Im Teng, yang didirikan pada tahun 1861, yang hangus terbakar pada 1893.[1]

Kelenteng See Hien Kiong yang berdiri saat ini dibangun ulang pasca-gempa di lokasi baru berseberangan dengan lokasi lama.

Kelenteng awal[sunting | sunting sumber]

Masuknya pendatang Tionghoa ke Padang mengakibatkan kebutuhan akan kelenteng sangat dibutuhkan.[2] Pada awalnya Kota Padang tidak mempunyai kelenteng sama sekali. Pada waktu itu orang Hokkian asal Zhangzhou dan Quanzhou datang untuk berniaga (dagang) di Kota Padang.[1]

Kelenteng pertama yang berdiri bernama Kwan Im Teng pada tahun 1861 dengan persetujuan Raja Ham Hong Taun Sien Yu.[2] Kwan Im Teng berasal dari bahasa Hokkien atau Guānyīn tíng dalam bahasa Mandarin (觀音亭), secara harfiah berarti "Paviliun Guanyin ", untuk menghormati Dewi Kwan Im. Nama Kwan Im Teng berasal dari kata klenteng itu sendiri, yang lama-kelamaan menjadi istilah umum di Hindia Belanda untuk menyebut tempat ibadah Tionghoa mana pun.

Kelenteng awal terbuat dari kayu dengan atap dari rumbia/seng. Oleh karena keteledoran pendeta Sae Kong maka terjadilah kebakaran sehingga kelenteng Kwan Im menjadi abu.[2]

Pembangunan kembali 1893[sunting | sunting sumber]

Pada masa Lie Goan Hwat menjadi kapten, ia bersama dengan Letnan Lie Bian Ek serta Letnan Liem Sien Mo sepakat untuk membangun kembali kelenteng yang telah terbakar.[1] Kelenteng baru dibangun dengan bantuan dana dari penyewaan los bambu yang dijadikan sebagai pasar. Hasil dari pasar itu dipungut untuk pembayaran uang pinjaman tersebut. Pasar kemudian dinamakan dengan Pasar Tanah Kongsi.

Pembangunan kelenteng dimulai pada tahun 1893 dan selesai tahun 1905 atau tanggal Khong Soe 23 Tahun Theng Yoe. Itu dibuktikan dengan adanya batu prasasti yang ada di sisi dalam bangunan kelenteng. Salah satu kesulitan dalam pembangunan kelenteng ini adalah sulitnya mencari keberadaan tukang kayu yang bisa untuk melaksanakan pembangunan kelenteng. Lantaran itu, Kapten Lie Goan Hoat mengutus seorang anaknya yang bernama Lie Khong Teek untuk berlayar ke Tiongkok mencari tukang kayu yang pandai dan ahli untuk membangun kelenteng. Jumlah tukang kayu yang didatangkan dari Tiongkok sebanyak 10 orang tukang.

Pada tanggal 1 November 1905 pembangunan kelenteng ini rampung dan Kelenteng Kwam Im Teng berganti nama menjadi Kelenteng See Hin Kiong. ”Se” berarti barat dan kependekan dari Se Tjong, ”Hin” berarti timbul atau terbit (maknanya agama yang terbit dari “Se Tjong), dan ”Kiong” berarti balairung atau tempat kedudukan. Jika digabungkan, itu berarti balairung tempat kedudukan keramat yang beragama Budha.[3]

Kelenteng See Hin Kiong berdiri di lahan berukuran 27.3 x 20.5 meter (559,65 meter persegi) dan bangunan kelenteng berukuran 15.5 x 15.5 meter (240,25 meter persegi).

Fungsi[sunting | sunting sumber]

Suasana di dalam kelenteng

Kelenteng See Hin Kiong menjadi tempat beribadah bagi etnis Tionghoa yang beragama Tao, Konghucu, dan Buddha (yang dikenal dengan Tridharma). Umat Tridharma melaksanakan ritual sembahyang kepada dewi Kwam In yaitu seorang dewi Belas kasih dan kepada arwah leluhur mereka di Kelenteng See Hin Kiong. Sembahyang ini rutin dilakukan hampir setiap hari. Selain itu juga dilakukan sembahyang untuk memperingati hari-hari besar Tionghoa, sembahyang rutin dalam 3 kali satu tahun. Adapun sembahyang itu adalah Sembahyang Tutup Tahun (Imlek), Sembahyang Bulan Tiga (Ceng Beng), Sembahyang Bulan Tujuh (Chong Yen Cie). Hal ini merupakan tradisi yang dilaksanakan secara turun-temurun dari leluhur etnis Tionghoa dan dilakukan oleh semua kalangan etnis Tionghoa yang ada di Kota Padang.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Franke, Wolfgang; Salmon, Claudine; Xiao, Guojian (1988). 印度尼西亞華文銘刻彙編: Sumatra (dalam bahasa Inggris). South Seas Society. ISBN 978-9971-936-16-7. 
  2. ^ a b c "Kelenteng See Hien Kiong". Diakses tanggal 24 Maret 2018. 
  3. ^ https://www.academia.edu/39788412/KELENTENG_SEE_HIN_KIONG_PERUBAHAN_FUNGSI_PADA_MASA_ORDE_BARU#:~:text=Hasil%20penelitian%20ini%20adalah%20bahwa,budaya%20masyarakat%20Tionghoa%20di%20Indonesia.