Dari Puncak Bukit Talang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dari Puncak Bukit Talang adalah novel yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1964 oleh Wilendra. Karya sastra yang memiliki 10 bagian ini ditulis oleh Soewardi Idris. Novel Dari Puncak Bukit Talang mengisahkan persahabatan Munandar dan Karnain yang berada pada pihak yang berseberangan pada masanya.[1]

Sinopsis[sunting | sunting sumber]

Kisah Dari Puncak Bukit Talang diawali dengan pengenala tokoh bernama Munandar yang menjadi seorang aktivis Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia. Ia merupakan penentang dari Pemerintah Republik Indonesia. Namun, ia akhirnya menyerahkan diri ke Angkatan Perang Republik Indonesia setelah menyadari perbuatannya.[2]

Ia bersahabat dekat dengan Karnain yang sangat setia kepada pemerintah Republik Indonesia. Akibat ancaman Junus, salah seorang tokoh PRRI, Karnain pun terpaksa meninggalkan istrinya, Alida, yang saat itu tengah mengandung dan menyingkir ke luar kota Solok.[butuh rujukan]

Ketika kota Solok akhirnya berhasil dikuasai oleh Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI), Letnan Sudarno yang adalah anggota APRI datang menemui Martini, istri Munandar, dan Alida. Ia pun membantu kedua perempuan tersebut. Sementara itu, pasukan PRRI terpaksa menyingkir ke Desa Koto Hilalang dan desa lainnya di dekat Bukit Talang. Sembari membawa Karnain sebagai jaminannya, Munandar mengajaknya menumpang tidur di rumah Nenek Boge dan cucunya yang bernama Kartina. Mereka berempat akhirnya menyingkir ke Kacukah saat orang-orang dari daerah pengungsian mulai berdatangan.[butuh rujukan]

Ketika keadaan kota Solok kembali ramai, terdengar gosip bahwa Munandar sudah menikah lagi. Ketika Martini mendengar hal tersebut, betapa sakit hatinya oleh pengkhianatan sang suami. Tanpa mengindahkan nasihat Letnan Sudarno, perempuan itu menggugat cerai suaminya ke pengadilan agama.[butuh rujukan]

Karnain akhirnya terbunuh karena difitnah oleh Junus sebagai mata-mata. Kesedihan Munandar akibat peristiwa yang menimpa sahabatnya itu membuat pria itu sadar dan memutuskan menyerahkan diri kepada APRI dan ia pun mendapatkan ampunan. Setelah mendapatkan ampunan dari pemerintah Indonesia, Munandar memutuskan membawa Nenek Boge dan Kartini pulang ke rumah ibunya. Di saat yang sama ia menerima kabar bahwa istrinya telah menceraikannya dan pergi ke Jawa bersama Letnan Sudono yang menjadi suami barunya.[butuh rujukan]

Munandar akhirnya dapat memaklumi tindakan Martini karena mereka sedang berada dalam kondisi perang. Kejutan lain datang dari Alida, istri almarhum sahabatnya, yang mengatakan bahwa ia dan anaknya membutuhkan kehadiran Munandar. Karena tidak ingin menodai persahabatannya dengan Karnain, Munandar akhirnya menolak permohonan Alida dan memutuskan memilih Kartina.[butuh rujukan]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Artikel "Dari Puncak Bukit Talang" - Ensiklopedia Sastra Indonesia". ensiklopedia.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2019-03-17. 
  2. ^ Sugono, D., dkk., ed. (2003). Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern (PDF). Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 84. ISBN 979-685-308-6.