Yaeba

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Yaeba adalah tren gigi gingsul berasal dari Jepang dengan cara memanjangkan gigi taring, sedangkan gigi geraham bagian tengah didorong sedikit, bertujuan tampil menggemaskan saat tersenyum layaknya anak kecil yang tengah mengalami pertumbuhan gigi.[1] Secara bahasa, yaeba berasal dari bahasa Jepang yang berarti gigi ganda atau disebut juga "gigi vampir".[2] Di Amerika, yaeba dikenal dengan nama snaggleteeth yang berarti taring.[3] Yaeba lebih banyak digandrungi oleh remaja perempuan.[4] Menurut Dr. Emilie Zaslow, seorang asisten profesor komunikasi di Pace University mengatakan bahwa tren yaeba ini memperlihatkan adanya daya tarik seksual dari anak-anak.[2] [3]

Jenis Yaeba[sunting | sunting sumber]

Yaeba dapat dibagi menjadi dua jenis:[2]

  • Alami

Secara alami, gigi gingsul merupakan bagian dari awal perkembangan gigi dan mulut.[2] Kemudian muncul secara alami karena gigi susu yang terlambat tumbuh atau mulut anak yang masih terlalu kecil.[2]

  • Buatan

Tren Yaeba yang kini populer di Jepang juga difasilitasi oleh dokter gigi untuk membuat gigi gingsul, dan perawatan ini dilakukan oleh dokter gigi profesional.[5] Ada pula sebuah produsen kosmetik yang menyediakan jasa menciptakan yaeba dengan cara merekatkan taring mini (dalam bahasa Jepang disebut tsuke yaeba[6]) permanen maupun non-permanen.[7]

Biaya dan Teknik Pembuatan Yaeba[sunting | sunting sumber]

Tren kosmetik yaeba ini membutuhkan biaya sekitar $ 390 atau Rp3.500.000,-.[5] Menurut Direktur RSGM Prof. Soedomo, Dr. drg. Ahmad Syaify Sp Perio (K), teknik Yaeba ini sebenarnya sudah ada sejak lama.[5] Namun, aplikasinya bukan ditujukan untuk kepentingan estetis dan penampilan semata.[5] Adapun teknik pembuatan yaeba, menurut drg. Ahmad dapat dilakukan dengan dua cara.[8]

  • Teknik penambalan gigi, yaitu dengan cara menambalkan gigi buatan pada letak yang diinginkan, seperti halnya penambalan pada gigi yang patah atau berlubang.[8]
  • Membuatkan semacam helm pembungkus gigi taring agar ukuran gigi lebih besar atau lebih panjang.[8]

Praktik seperti ini, sebenarnya tidak dianjurkan untuk sekadar masalah estetis.[8] Kedua teknik tersebut, khendaknya dilakukan karena adanya indikasi medis.[8] Misalnya, memiliki gigi pendek yang tidak tumbuh sempurna, patah, atau terlalu kecil.[8]

Efek Samping[sunting | sunting sumber]

Gigi yaeba buatan harus dilakukan secara saksama, salah satunya memperhitungkan perubahan ukuran gigi, agar tidak terjadi benturan antara gigi atas dan bawah (traumatic occlusion).[8] Apabila gigi atas terlalu panjang akan terjadi benturan terus menerus antar-gigi yang menyebabkan dampak fatal bagi kesehatan gigi.[8] Pasien akan mengalami radang di sekujur akar gigi (periodontitis), kemudian semakin lama terjadi benturan tersebut dapat menyembabkan terbentuknya abses, yakni pembengkakan gusi yang berisi timbunan nanah.[8]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Memo bee."Memasang Gigi Taring Tren Baru Wanita di Jepang." Diarsipkan 2014-04-07 di Wayback Machine. Diakses 4 April 2014.
  2. ^ a b c d e Kun Sila Ananda. "Yaeba: Tren 'Gigi Vampir' Digandrungi Wanita Jepang." Merdeka Online. Diakses 9 April 2014.
  3. ^ a b (Inggris) Austin Considine. "A Little Imperfection for That Smile?". Newyork Times. Diakses 10 April 2014.
  4. ^ Fikri Shofin. "Yaeba: Sisi Lain Kecantikan Gigi". Semarang: UNISSULA. Majalah U-Gateaway edisi 2, April 2012. Hlm 64.
  5. ^ a b c d Esa. "Mau Tampil dengan Gigi Yaeba Keluarkan Kocek Rp3,5 Juta". Tribuns Online. Diakses 9 April 2014.
  6. ^ Putro Agus Harnowo. "Di Jepang, Gigi yang Cantik adalah yang Mirip Vampir". Detik Health. Diakses 10 April 2014.
  7. ^ (Inggris) Larisa Brown. "Why are Japanese women paying hundreds of pounds to make perfectly straight teeth look crooked and fang-like?". Daily Mail. Diakses 10 April 2014.
  8. ^ a b c d e f g h i Eka-Zul."Tambah Cantik dengan Gingsul Yaeba." Diarsipkan 2014-04-07 di Wayback Machine.. JPPN Online. Diakses 4 April 2014.