Wawancara Aiman Witjaksono dengan Basuki Tjahaja Purnama

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Wawancara Aiman Witjaksono dengan Basuki Tjahaja Purnama dilaksanakan di Balai Kota DKI Jakarta.

Pada 17 Maret 2015,[note 1] Basuki Tjahaja Purnama diwawancarai secara langsung dengan Aiman Witjaksono dari Kompas TV di Balai Kota DKI Jakarta. Wawancara ini tayang pada acara Kompas Petang. Topik dari wawancara ini mengenai kisruh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta 2015. Dalam wawancara ini, Basuki mengucapkan banyak perkataan kasar dan kotor, walau Aiman telah mencoba untuk menghentikan Basuki. Akibat wawancara ini, Kompas TV mendapat sanksi berupa penghentian tayangan selama 3 hari dari Komisi Penyiaran Indonesia karena perkataan kasar dan kotor Basuki. Basuki menyatakan permintaan maaf terhadap semua pihak terkait wawancara ini, dan Aiman merasa puas dengan wawancara tersebut, walau sempat disanksi KPI. Wawancara ini mendapat tanggapan yang beragam dari berbagai pihak.

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Basuki Tjahaja Purnama[sunting | sunting sumber]

Basuki Tjahaja Purnama.

Basuki Tjahaja Purnama (s: 钟万学, t: 鍾萬學, e Zhōng Wànxué, Hakka Ahok) merupakan gubernur pertama dari etnis Tionghoa dan pemeluk agama Kristen Protestan yang menjadi Gubernur DKI Jakarta ke-17 menggantikan Joko Widodo yang telah terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-7 pada 20 Oktober 2014. Pada 14 November 2014, ia diumumkan secara resmi menjadi Gubernur DKI Jakarta pengganti Joko Widodo, melalui rapat paripurna istimewa di Gedung DPRD DKI Jakarta.[3] Basuki resmi dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta oleh Presiden Joko Widodo pada 19 November 2014 di Istana Negara, setelah sebelumnya menjabat sebagai Pelaksana Tugas Gubernur sejak 16 Oktober hingga 19 November 2014.[4][5] Basuki pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI dari 2012-2014 mendampingi Joko Widodo sebagai Gubernur. Pada tanggal 1 Juni 2014, karena Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengambil cuti panjang untuk menjadi calon presiden dalam Pemilihan umum Presiden Indonesia 2014, Basuki Tjahaja Purnama resmi menjadi Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta. Setelah terpilih pada Pilpres 2014, tanggal 16 Oktober 2014 Joko Widodo resmi mengundurkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Secara otomatis, Basuki menjadi Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta.[6]

Dalam kariernya, Basuki melakukan gebrakan untuk memperbaiki sistem yang ada, misalnya untuk menekan permainan birokrat dalam pengadaan barang dan jasa dan mempermudah proses belanja pemerintah, Basuki menerapkan pemesanan melalui e-katalog. Pada tanggal 31 Desember 2014, diungkapkan bahwa sudah 8.000 produk dalam sistem e-katalog dan dapat dibeli secara langsung oleh instansi pemerintah.[7] Basuki juga meresmikan Rumah Susun Tambora 24 Februari 2015, yang dibangun ulang pada tanggal 1 November 2013.[8]

Namun, selain keberhasilannya dalam mengelola Jakarta, Ramadhian Fadillah dari Merdeka menyebut bahwa Basuki merupakan gubernur yang sering memaki kepada siapa saja.[9] Pada relokasi warga Muara Baru, Basuki sempat memaki-maki warga di sana. Basuki menyebut warga Muara Baru dengan sebutan mafia bajingan, perampok, komunis, miskin, dan kurang ajar.[10] Basuki juga pernah menyebut pelajar sekolah yang nakal sebagai bajingan.[11] Sebelum Basuki diwawancarai oleh Aiman, pada 3 Maret 2015, Basuki mencoret pengajuan anggaran dari DPRD dengan perkataan "Pemahaman nenek lu!".[12] Ramadhian juga menambahkan bahwa bukan hanya Basuki yang sering memaki. Gubernur DKI Jakarta ke-9 Ali Sadikin juga sering memaki.[9]

Aiman Witjaksono[sunting | sunting sumber]

Menurut profil yang dimuat Tirto, Aiman Witjaksono merupakan jurnalis dan presenter televisi. Semasa kecil, pada 1980-an, Aiman pernah beberapa kali menjadi bintang tamu pada sebuah acara anak di TVRI. Sebelum menjadi presenter di Kompas TV, Aiman bekerja untuk RCTI sejak 2002-2014 sebagai reporter hingga produser eksekutif sekaligus penyiar. Ketika masa terakhir Aiman bekerja untuk Aiman, pekerjaan terakhirnya adalah penyiar Seputar Indonesia. Sejak Januari 2015, Aiman berpindah tempat kerja menjadi Kompas TV dan menjadi presenter di acara Aiman.[13]

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Daerah Khusus Ibu kota Jakarta 2015[sunting | sunting sumber]

Mulai tahun anggaran 2015, atau setelah dilantik menjadi Gubernur baru menggantikan Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama mengajukan e budgeting sebagai solusi untuk memperbaiki penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta. Sistem ini sebenarnya sudah diajukan sejak 2014, tetapi ditolak. Karena itu, dilakukan pembenahan terhadap birokrasi di DKI Jakarta dan PNS yang bersih dan memiliki kemampuan e budgeting ditunjuk. Hal ini akhirnya memicu kontroversi anggaran pembelian UPS pada RAPBD 2015. Pembahasan RAPBD 2015 akhirnya berakhir deadlock dan harus menggunakan pagu APBD 2014.[14][15] Dalam insiden ini, Basuki diteriaki "anjing" oleh salah satu anggota dewan saat diadakan mediasi oleh Kementerian Dalam Negeri. Basuki menanggapi dengan menyebut bahwa daging anjing itu enak.[16]

Wawancara[sunting | sunting sumber]

Sebelum wawancara[sunting | sunting sumber]

Dalam sebuah tanggapan yang baru ditulis di Kompas oleh Aiman sendiri 2 tahun setelah wawancara ini, Aiman menuturkan bahwa Aiman mendapatkan kepastian pada awal Maret 2015 untuk mewawancarai Basuki Tjahaja Purnama setelah Pemimpin Redaksi Kompas TV Rosianna Silalahi memberi kabar perihal kesediaan Basuki kepada Aiman. Rencananya, Aiman akan mewawancarai Basuki terkait Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta 2015 karena keinginannya untuk mengupas permasalahan yang terjadi dengan rancangan tersebut. Wawancara tersebut dilaksanakan secara langsung di Balai Kota DKI Jakarta. Sebelum wawancara, Basuki mengajak Aiman untuk menyantap makan malam di ruang kantor gubernur. Selama makan malam, Basuki dan Aiman membicarakan permasalahan rancangan APBD tersebut, dan pada saat mengakhiri makan malam, Basuki menyebutkan bahwa Aiman beruntung untuk mewawancarainya karena Basuki akan menjelaskan dengan rinci permasalahan tersebut.[1]

Isi wawancara[sunting | sunting sumber]

Topik dari wawancara ini mengenai kisruh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta 2015. Basuki menjawab tuduhan yang mengatakan Basuki mencoba menyuap Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Prasetyo Edi Marsudi senilai Rp 12,7 triliun yang ditanyakan Aiman Witjaksono.[17] Aiman juga menanyakan perihal foto istri Basuki, Veronica Tan, yang duduk di kursi gubernur dan dugaan keterlibatan Veronica dalam kisruh ini.[18] Selama wawancara, Aiman mengingatkan Basuki agar berhenti mengucapkan perkataan kasar dan kotor karena wawancara dilakukan secara langsung, tetapi Basuki tidak menggubrisnya.[19]

Sesudah wawancara[sunting | sunting sumber]

Basuki menanggapi terkait perkataan tak pantas dalam wawancara ini dengan menyebut bahwa anggota DPRD adalah pengecut, dan menurutnya, bila ada masalah, harusnya mereka berbicara langsung dengan Basuki. Basuki juga mengungkapkan ketidaksukaannya saat ditanya berulang-ulang soal kasus itu, padahal dia sudah memberi penjelasan, sambil menyebut Aiman keras kepala dalam wawancara ini.[18] Aiman menjawab tuduhan Basuki lewat sembilan status yang diunnggahnya di Twitter. Dalam kesembilan statusnya, Aiman menuturkan bahwa sebagai jurnalis, Aiman selalu konsisten untuk tetap mengikuti hati nurani dan menjunjung independensi.[20]

Dampak[sunting | sunting sumber]

"...istri saya mau nerima CSR untuk main di Kota Tua. Lu buktiin aja nenek lu sialan bangsat gua bilang. Lu buktiin aja. Gue juga udah keki."
"...lu lawan bini gua kalah lu mati aja lu. Kasih taik aja muka lu"
"...kalau betul ada suap 12,7 triliun kenapa si DPRD membatalkan lapor ke Bareskrim? Kok goblok sekali lu orang? ...kalau ada bukti memang nyuap apa lu laporin dong bego. ...bego banget lu gitu lho. ...sementara ada bukti gua mau nyuap lu 12,7 triliun, kok lu nggak berani laporin? Gua kuatir lu kemaluan lu punya ga nih? ...eh dibalikin ini yang buat suap. Sialan nggak tuh? Makanya gua bilang panggil gua datang ke angket. Kapan lu panggil biar gua jelasin semua."
"Gua bukain lu taik-taik semua itu seperti apa. ...nggak apa-apa, biar orang tau emang taik gua bilang. ...kalau bukan taik apa? Kotoran. Silakan. Emang taik namanya kok. Emang taik, mau bilang apa. ...TV jangan pernah wawancara gua live kalo nggak suka kata gua taik segala macem. Itu bodohnya anda mau live dengan saya."

– Petikan wawancara yang disorot Komisi Penyiaran Indonesia karena memuat perkataan tak pantas.[2]

Komisi Penyiaran Indonesia memberi sanksi kepada Kompas TV berupa penghentian sementara Kompas Petang dalam jangka waktu 3 hari sehubungan dengan wawancara ini karena memuat beragam perkataan kasar dan kotor yang diucapkan Basuki, walau Aiman telah mencoba untuk menenangkan Basuki. Keputusan ini dikeluarkan KPI melalui surat nomor 225/K/KPI/3/15 tanggal 23 Maret 2015.[note 2] Kompas TV wajib menyampaikan permintaan maaf kepada pemirsa yang disiarkan pada waktu siar yang sama dalam Kompas Petang.[21]

Tanggapan[sunting | sunting sumber]

Basuki Tjahaja Purnama[sunting | sunting sumber]

Pada 20 Maret 2015, Basuki secara langsung meminta maaf kepada sejumlah pihak terkait wawancara ini yang merasa kecewa dengan sikapnya tersebut.[22] Menurut Basuki, apa yang dikatakannya merupakan suatu ungkapan kekesalan semata terhadap oknum yang dinilai telah menyalahi aturan hukum yang berlaku[22] sekaligus sebuah spontanitas.[23] Basuki menyebut bahwa Basuki muak dengan keadaan di tengah lingkungan masyarakat yang begitu miskin, sementara oknum pejabat melakukan tindak rasywah besar-besaran dan dengan santun menggunakan gaya bahasa agama. Inilah yang menyebabkan kemarahan Basuki sudah tidak bisa dibendung lagi. Sehingga dengan perkataan kasar itulah, Basuki bisa meluapkan kemarahannya, terhadap oknum-oknum pejabat yang menurut Basuki bisa hidup mewah, sementara rakyat menderita.[22] Namun, Basuki enggan mengubah gaya bicaranya walau diprotes banyak pihak.[24] Pada hari yang sama, Basuki juga membuat permintaan maaf lewat dua status di Twitter. Dalam kedua statusnya, Basuki meminta maaf kepada publik atas wawancara ini dengan alasan merasa kesal dengan kemunafikan, tetapi sikap Basuki jelas, untuk para koruptor dan kemunafikan, Basuki tidak akan pernah minta maaf untuk ketidaksantunan Basuki terhadap mereka.[25]

Aiman Witjaksono[sunting | sunting sumber]

Aiman dalam tanggapannya menulis, awalnya, wawancara berjalan pada lancar, terutama pada bagian pertama. Pada bagian kedua, Aiman menanyakan kepada Basuki dengan lebih terperinci terkait jumlah, cara, dan bagaimana bisa ada uang siluman triliunan rupiah dalam anggaran tersebut, termasuk pertanyaan "serangan" yang disampaikan oleh sejumlah pihak DPRD DKI Jakarta pada saat itu, terkait dengan foto istri Basuki, Veronica Tan, yang duduk di kursi rapat Gubernur. Menurut Aiman, pada pertanyaan ini, Basuki tampak marah bukan kepada Aiman sendiri, tetapi kepada DPRD. Namun, Aiman tidak menghentikan wawancara ini karena menurut Aiman terdapat hak masyarakat untuk mengetahui perihal permasalahan pada rancangan APBD tersebut, dan Basuki berjanji akan mengupas segala hal terkait pembahasan ini. Walau wawancara ini terkena sanksi dari KPI, tetapi Aiman merasa puas, karena dari wawancara inilah, pertama kali dibahas dalam soal dana siluman Rp 12 triliun, yang akhirnya jadi diskusi berminggu–minggu di masyarakat dan juga media.[1]

Pihak ketiga[sunting | sunting sumber]

Wawancara ini mendapatkan beragam tanggapan dari banyak pihak. Wasekjen DPP Asosiasi Fiskal Indonesia Budi G. Sutomo menyatakan bahwa terdapat substansi lain dari wawancara ini yang positif, yaitu pernyataan Basuki yang siap mati melawan koruptor itu merupakan sifat yang luar biasa.[26] Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Asrorun Ni’am Sholeh mendesak Basuki meminta maaf secara terbuka kepada publik, khususnya kepada anak-anak, sambil menyesali perbuatannya serta menegaskan bahwa apa yang dikatakan itu salah serta berkomitmen untuk tidak mengulanginya, karena Basuki telah memberikan teladan sangat buruk bagi anak-anak. Asrorun meminta Kementerian Dalam Negeri untuk melakukan proses penegakan hukum dan etika kepada Basuki agar ada efek jera dan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi agar memeriksa ucapan dan perilaku Basuki secara khusus.[27] Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Tantowi Yahya mengkhawatirkan gaya bahasa dalam wawancara ini ditiru oleh anak-anak.[28] Bahkan Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Mahfudz Siddiq membuat surat terbuka kepada Basuki atas nama seorang warga Jakarta.[29]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Dalam tanggapan Aiman, wawancara ini dilakukan pada 17 Maret 2015.[1] Ini juga didukung oleh surat penghentian sementara yang dilayangkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia.[2]
  2. ^ KPI menilai sejumlah ucapan Basuki dalam program wawancara tersebut melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 9, Pasal 14 Ayat (2), Pasal 17, dan Pasal 22 Ayat (3) serta Standar Program Siaran Pasal 9 Ayat (2), Pasal 15 Ayat (1), dan Pasal 24 yaitu mengeluarkan sejumlah pernyataan kasar/kotor yang dilarang untuk ditampilkan karena tidak santun, merendahkan martabat manusia, dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat, serta rentan untuk ditiru oleh khalayak, terutama anak-anak dan remaja.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Witjaksono, Aiman (27 November 2017). Sodikin, Amir, ed. "DKI Jakarta dan Anggaran Siluman". Kompas.com. Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-13. Diakses tanggal 13 Februari 2018. 
  2. ^ a b Staf Komisi Penyiaran Indonesia (23 Maret 2015). "Penghentian Sementara Segmen Wawancara Pada Program Jurnalistik "Kompas Petang" Kompas TV". Komisi Penyiaran Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-07. Diakses tanggal 10 Februari 2018. 
  3. ^ "Artikel:"Ahok Resmi Jadi Gubernur DKI Jakarta, Ini Pernyataan Resmi DPRD" di Kompas.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-17. Diakses tanggal 2018-03-01. 
  4. ^ ""Ahok Resmi Menjadi Gubernur DKI Jakarta" di Kompas.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-29. Diakses tanggal 2018-03-01. 
  5. ^ "Artikel:"Sah! Ahok Jadi Gubernur DKI Jakarta" di detik.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-22. Diakses tanggal 2018-03-01. 
  6. ^ "Hari Ini Ahok Resmi Jadi Plt Gubernur". Warta News. 1 Juni 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-06-03. Diakses tanggal 1 Juni 2014. 
  7. ^ AHOK: E-catalogue Permudah Proses Belanja Pemerintah. Diarsipkan 2016-04-07 di Wayback Machine. dari situs LKPP.go.id
  8. ^ Pembangunan Ulang Rusun Tambora Dimulai. Diarsipkan 2016-04-06 di Wayback Machine. dari situs Tempo
  9. ^ a b Fadillah, Ramadhian (27 Agustus 2015). Fadillah, Ramadhian, ed. "Bukan cuma Ahok gubernur DKI yang suka memaki 'goblok'". Merdeka.com. Merdeka. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-10. Diakses tanggal 10 Februari 2018. 
  10. ^ Winarno, Hery H (12 Mei 2013). Billiocta, Ya'cob, ed. "5 Makian Ahok kepada warga Muara Baru Pluit". Merdeka.com. Merdeka. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-07. Diakses tanggal 6 Februari 2018. 
  11. ^ Alvin, Silvanus (15 November 2013). Yulianingsih, Tanti, ed. "Sebut Pelajar Nakal Calon Bajingan, Ahok Terancam Dilaporkan". Liputan6.com. Liputan 6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-06. Diakses tanggal 6 Februari 2018. 
  12. ^ "Coretan Ahok 'Pemahaman Nenek Lu!' Rp 8,8 T yang Membuat DPRD Murka". detikcom. Detik. 3 Maret 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-09. Diakses tanggal 8 Februari 2018. 
  13. ^ "Aiman Witjaksono". Tirto. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-09. Diakses tanggal 8 Februari 2018. 
  14. ^ E budgeting sempat ditolak di 2014. Diarsipkan 2018-02-22 di Wayback Machine. diakses dari situs Ahok.org
  15. ^ Ahok Harus Tetap Jalankan Sistem ebudgeting dalam APBD. Diarsipkan 2018-02-23 di Wayback Machine. dari situs Okezone
  16. ^ Diteriaki Anjing oleh DPRD, Ahok Sebut Daging Anjing Enak. Diarsipkan 2018-02-23 di Wayback Machine. dari situs Merdeka
  17. ^ Aziza, Kurnia Sari (20 Maret 2015). Kistyarini, ed. "Ahok: Saya Minta Maaf Bawa "Bahasa Toilet"". Kompas.com. Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-26. Diakses tanggal 10 Februari 2018.  templatestyles stripmarker di |author= pada posisi 31 (bantuan);
  18. ^ a b "Marah dan Bicara Tak Pantas Saat Wawancara Live di TV, Ini Penjelasan Ahok". detikcom. Detik. 18 Maret 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-13. Diakses tanggal 13 Februari 2018. 
  19. ^ Setiawan, Aries (20 Maret 2015). "Ini Penyebab Ahok Bicara Kotor Saat Wawancara Live di TV". VIVA.co.id. Viva. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-24. Diakses tanggal 12 Februari 2018. 
  20. ^ Setiawan, Aries (20 Maret 2015). "Ini Penyebab Ahok Bicara Kotor Saat Wawancara Live di TV". VIVA.co.id. Viva. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-24. Diakses tanggal 1 Februari 2018. 
  21. ^ Sihite, Ezra (24 Maret 2015). "KPI Beri Sanksi ke "Kompas TV" atas Wawancara Ahok". Berita Satu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-13. Diakses tanggal 13 Februari 2018. 
  22. ^ a b c Nadlir, Moh (21 Maret 2015). "Ahok Minta Maaf Soal Bahasa Toilet, Tapi..." VIVA.co.id. Viva. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-24. Diakses tanggal 10 Februari 2018. 
  23. ^ "Ahok Minta Maaf Lontarkan Umpatan Bahasa Toilet Saat Wawancara Live di TV". detikcom. Detik. 20 Maret 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-10. Diakses tanggal 10 Februari 2018. 
  24. ^ Setiawan, Aries (20 Maret 2015). "Diprotes Banyak Pihak, Ahok Enggan Ubah Gaya Bicara". VIVA.co.id. Viva. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-24. Diakses tanggal 12 Februari 2018. 
  25. ^ "#TrenSosial: Kata-kata kasar Ahok, segmen TV dihentikan". BBC Indonesia. 23 Maret 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-23. Diakses tanggal 1 Maret 2018. 
  26. ^ "Sebut DPRD Tai, Ahok Tegaskan Siap Mati". Fiskal. 22 Maret 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-10. Diakses tanggal 22 Februari 2018. 
  27. ^ Wulandari, Indah (red.) (20 Maret 2015). "KPAI: Ahok Harus Minta Maaf pada Anak-Anak". Republika. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-10. Diakses tanggal 10 Februari 2018.  templatestyles stripmarker di |first= pada posisi 7 (bantuan)
  28. ^ Setiawan, Aries (19 Maret 2015). "Tantowi: Gaya Bicara Ahok Bisa Rusak Anak-anak". VIVA.co.id. Viva. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-13. Diakses tanggal 10 Februari 2018. 
  29. ^ Setiawan, Aries (20 Maret 2015). "Surat Terbuka untuk Ahok". VIVA.co.id. Viva. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-24. Diakses tanggal 10 Februari 2018. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]