Pasar Semawis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Waroeng Semawis)


Pasar Semawis atau Pasar Malam Semawis atau dikenal juga sebagai Waroeng Semawis, adalah pasar malam yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman (kuliner) serta oleh-oleh khas Semarang. Pasar yang hanya ada setiap akhir pekan ini "digelar" di kawasan pecinan Kota Semarang, tepatnya di sepanjang jalan Gang Warung.[1][2]

Lahirnya pusat kulineran ini digagas oleh perkumpulan Kopi Semawis (Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata). Pasar Semawis termasuk sebagai salah satu bentuk upaya revitalisasi untuk menghidupkan kembali kawasan kota tua Semarang. Kawasan Pecinan telah menjadi bagian dimana etnis Tionghoa bersandingangan dengan Kota Semarang modern.[2] Pasar Semawis bermula dengan diadakannya Pasar Imlek Semawis pada 2005, menyusul diresmikannya Tahun Baru Imlek sebagai Hari Libur Nasional di Indonesia.

Setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu, di sepanjang jalan Gang Warung (sekitar 300 meter), akan berdiri puluhan tenda tempat berjualan dan tersedia set meja kursi sebagai tempat makan.[2] Di pasar ini pengunjung dapat menemukan aneka makanan/minuman dan jajanan khas semarangan, seperti soto, tahu gimbal, nasi ayam, lumpia, pisang plenet khas Semarang, es puter, kue serabi, dan bubur kacang. Ada juga berbagai menu steamboat. Pusat jajanan terpanjang di Semarang ini digelar mulai pukul 6 sore hingga tengah malam.

Saat Waroeng Semawis digelar, beberapa jalan di kawasan Pecinan—Gang Besen, Gang Tengah, Gambiran, Gang Belakang, dan Gang Baru—akan ditutup salah satu ujungnya. Jalan-jalan tersebut biasanya digunakan untuk parkir kendaraan pengunjung Pasar Semawis.[1]

Untuk menuju Gang Warung tempat digelarnya Pasar Semawis ada beberapa jalan yang bisa dipilih. Di antaranya lewat jalan Gajahmada, masuk lewat jalan Wotgandul Barat > Plampitan > Kranggan > dan parkir di jalan Beteng. Dari jalan Gajah Mada juga dapat masuk langsung ke jalan Kranggan lewat perempatan jalan Depok. Jalur lain adalah lewat Pasar Johar atau Jurnatan, masuk lewat jalan Pekojan > parkir di jalan Gang Pinggir.

Galeri[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Ridlo, Mohammad Agung (2016). Mengupas Problema Kota Semarang Metropolitan. Yogyakarta: Penerbit Deepublish. hlm. 102–103. ISBN 978-602-401-308-0. 
  2. ^ a b c Ekspedisi Anjer-Panaroekan: Laporan Jurnalistik Kompas 200 Tahun Anjer-Panaroekan – Jalan (untuk) Perubahan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 2016. hlm. 118–120. ISBN 978-979-709-391-4.