Wanoja, Salem, Brebes

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Wanoja
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenBrebes
KecamatanSalem
Kode pos
52275
Kode Kemendagri33.29.01.2019
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²

Wanoja adalah desa di kecamatan Salem, Brebes, Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat disebelah utara. Wilayah Desa Wanoja cukup luas yang terbagi menjadi enam dusun. Topografi Desa Wanoja adalah perbukitan hingga pegunungan yang merupakan bagian dari Pegunungan Lio pada ketinggian antara 350-850 mdpl.

Batas Wilayah[sunting | sunting sumber]

Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Utara Kecamatan Banjarharjo dan Provinsi Jawa Barat
Timur Desa Pabuaran dan Desa Pasir Panjang
Selatan Desa Windusakti dan Desa Tembongraja
Barat Desa Capar

Pembagian Wilayah[sunting | sunting sumber]

  1. Dusun Babakan
  2. Dusun Bandawati
  3. Dusun Ciwindu
  4. Dusun Kandayakan
  5. Dusun Panawuan
  6. Dusun Wanoja

Penduduk[sunting | sunting sumber]

Mayoritas penduduk Desa Wanoja bermata pencaharian agraris, dengan padi sebagai sumber utama dan juga menyadap getah pinus. Selain itu, beternak, wiraswasta, merantau dan pegawai negri menjadi mata pencaharian minoritas.

Sosial dan Budaya[sunting | sunting sumber]

Kebudayaan masyarakat Desa Wanoja, awalnya masih dalam pengaruh agama Hindu yang berakulturasi dengan Islam. Apabila akan mengadakan suatu kegiatan masih diawali dengan membakar kemenyan dan menaruh sesajen untuk para wanga tua (orang-orang yang sudah meninggal/nenek moyang). Seperti upacara Nyalin dilakukan apabila panen akan segera tiba. Biasanya lima hari sebelum panen dimulai para petani mencari hari baik kemudian mengantarkan sesaji berupa bubur merah, bubur putih dan kawan-kawannya ke sawah. Selain itu, acara yang biasa dilaksanakan di desa ini adalah Sidekah Bumi. Sidekah Bumi ini, adalah acara milik semua warga yang berkumpul di masjid atau di lapangan dan kemudian makan bersama-sama sebagai ungkapan rasa syukur.

Adapula Nganteuran Bada Puasa yang biasanya kegiatan ini diwarnai acara kirim mengirim makanan dari yang muda ke yang lebih tua. Jika diwilayah lain itu mengantarkan parcel, tetapi lain halnya di daerah ini. Makanan yang di antar biasanya berupa makanan yang sudah dimasak. Acara ini berguna untuk menjalin silaturahmi dengan tetangga-tetangga dan saudara yang lebih tua.

Kebudayaan selanjutnya adalah Ngarayaan. Ini merupakan acaranya kaum muda mudi yang diawali dengan proses apel malam idul fitri, yang kemudian dilanjutkan dengan pengiriman makanan dari kaum mudi ke kaum muda yang menjalin ikatan cinta. Makanan itu tidak diberikan begitu saja, tetapi dibeli oleh orang tua kaum muda. Makna dari kebudayaan tersebut adalah, wanita akan menyajikan makanan dan lelaki yang memberikan nafkah. Kesenian yang ada di desa ini umumnya sama dengan wilayah-wilayah lain di kecamatan Salem, seperti calung, wayang golek dan orgen tunggal. Ada pula dhog dhog kaliwon yang sudah punah[butuh rujukan].

Potensi[sunting | sunting sumber]

Terletak di Pegunungan Lio membuat desa ini memiliki panorama alam yang indah. Beberapa air terjunpun bisa menjadi potensi wisata dan dinikmati meski dengan perjalanan yang cukup menantang. Di salah satu puncak pegunungan di desa ini terdapat sebuah Tugu TNI. Tugu itu bisa di capai dari Dusun Ciwindu dengan berjalan kaki sekitar 1-1,5 jam, dan juga merupakan jalan alternatif penghubung menuju Desa Capar. Panorama alam disekitar tugu tersebut cukup mengesankan karena ada sebuah batu besar yang konon diyakini sebagai Batu Nyi Loro Kidul. Jika kita berjalan ke arah utara maka akan terhampar pemandangan wilayah Jawa Barat dan apabila pandangan kita di arahkan ke sebelah timur, maka akan di suguhi wilayah Kecamatan Banjarharjo dengan Waduk Malahayunya.