Transplantasi selaput bening mata

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Transplantasi kornea setelah satu tahun penyembuhan, dua jahitan yang terlihat
Kondisi setelah satu hari pasca transpantasi.

Transplantasi selaput bening mata atau keratoplasti adalah sebuah tindakan medis berupa penggantian selaput bening mata (kornea) yang dianggap sudah keruh diganti kornea baru yang didapat dari pendonor.[1] Tindakan tersebut ditempuh karena kornea keruh akibat dari terbentuknya jaringan parut, sebagai akibat penyakit atau luka pada kornea.[1] Kondisi keruh kornea tersebut mengakibatkan penderitanya mengalami gangguan penglihatan. Kekeruhan dapat terjadi pada bagian lapisan luar atau di seluruh tebalnya kornea.[1] Transpantasi selaput bening mata tersebut terbagi dalam dua tipe:

  1. Transplantasi jenis keratoplasti lamelar, yaitu penggantian hanya lapisan luar kornea.[1] Dalam hal ini, yang diganti hanya lapisannya saja.[1]
  2. Transplantasi jenis keratoplasti tembus, yaitu penggantian seluruh lapisan kornea, diperlukan kornea baru yang segar.[1]

Seiring perkembangan teknologi dan ilmu kedokteran, transplantasi tersebut dimulai pada tahun 1905 dan berhasil.[2] Transplantasi pertama dilakukan di Amerika Serikat, kornea jarang dijahitkan di tempatnya atau dipertahankan di tempatnya dengan jahitan penguat ke sklera, bukan ke kornea.[2] Kemudian pada tahun 1950, transplantasi tersebut semakin meyakinkan karena keberhasilannya.[2] Dibutuhkan banyak pihak untuk mendukung keberhasilan ini, salah satunya adanya bank mata yang menampung donor kornea.[2] Dibutuhkan beberasa syarat, dilakukan dengan sangat hati-hati, dibutuhkan pemotongan kornea dari donor lebih besar dari ukuran kornea penerima (0.5 mm lebih besar).[2]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f (Indonesia)Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia Jilid 6 (SHI-VAJ). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 3615
  2. ^ a b c d e (Indonesia)Barbara J. Gruendaemann & Billie Fernsebner., Keperawatan Perioperatif. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC, 1996, hal. 35-36