Lompat ke isi

Topan Ragasa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Topan Ragasa (Nando)
Topan Ragasa pada intensitas puncak saat mendekati Kepulauan Babuyan pada tanggal 22 September
Sejarah meteorologi
Terbentuk17 September 2025
Menghilang25 September 2025
Topan dahsyat
10-minute sustained (JMA)
Angin tertinggi110
Tekanan terendah905 hPa (mbar); 26,72 inHg
Topan super setara Kategori 5
1-minute sustained (SSHWS/JTWC)
Angin tertinggi145
Tekanan terendah910 hPa (mbar); 26,87 inHg
Efek keseluruhan
Korban jiwa30
Luka219
Hilang9
Kerusakan>$1.23 miliar (2025 USD)
Daerah yang terkena dampak

Bagian dari Musim topan Pasifik 2025

Topan Ragasa yang dikenal di Filipina sebagai Topan Super Nando, merupakan siklon tropis dahsyat bersifat mematikan yang dicatat sebagai badai paling intens sepanjang tahun 2025 dengan kecepatan angin 125 mph (205 km/h). Badai ini memberikan dampak parah pada wilayah utara Pulau Luzon di Filipina dan Hualien County di Taiwan. Jangkauan topan ini meluas hingga Hong Kong, Makau, Tiongkok Selatan, dan Vietnam pada akhir September 2025.[1] Identifikasi terjadinya Topan Ragasa bermula dari area pertumbuhan awan yang intens tepatnya di utara Pulau Yap di Samudra Pasifik bagian barat, kejadiannya pada 17 September 2025.[2] Awalnya badai ini hanya berupa gejala angin tropis. Kemudian terbawa oleh geseran angin, sistem ini dengan cepat menguat menjadi badai tropis sehari setelahnya lalu dunia mulai mengenal istilah Topan Ragasa.[2]

Sebuah rekaman drone dari warga setempat menunjukkan adanya banjir di sebuah kota di utara ibu kota Manila, menyusul hujan deras yang dibawa oleh Topan Ragasa. Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr.,[3] telah memerintahkan National Disaster Risk Reduction and Management Council (NDRRMC) atau Badan Penanggulangan Bencana negara Filipina untuk siaga penuh dan memobilisasi seluruh instansi pemerintah setelah Ragasa melanda Filipina Utara. Langkah ini memicu peringatan badai di seluruh Asia Timur dan Tenggara. Ragasa, yang membawa kecepatan angin hingga 215 km/jam dan hembusan mencapai 295 km/jam,[4] mendarat di Pulau Calayan, Provinsi Cagayan.[4]

Badan cuaca negara Filipina memperingatkan adanya risiko gelombang badai (storm surge) yang berpotensi melebihi tiga meter. Pulau Babuyan tetap berada di bawah sinyal peringatan badai tingkat tinggi, dengan warga diimbau menjauhi wilayah pesisir dan tepi sungai. Sebagai langkah antisipasi, sekitar 80%[3] armada pesawat dari empat maskapai utama yang berbasis di Hong Kong telah direlokasi atau didaratkan di bandara-bandara di Jepang, China, Kamboja, Eropa, dan Australia sebelum kedatangan angin badai pada hari Rabu, berdasarkan data pelacakan dari Flightradar24. Pemerintah setempat memperkirakan kenaikan permukaan air laut serupa dengan yang terjadi saat Topan Mangkhut pada 2018, yang menyebabkan kerugian ekonomi langsung senilai $592[3] juta dolar Hong Kong.

Perkembangan

[sunting | sunting sumber]
Peta yang menggambarkan jalur dan kekuatan badai, menurut skala Saffir–Simpson
Map key
  Depresi tropikal (≤38 mph, ≤62 km/h)
  Badai tropikal (39–73 mph, 63–118 km/h)
  Kategori 1 (74–95 mph, 119–153 km/h)
  Kategori 2 (96–110 mph, 154–177 km/h)
  Kategori 3 (111–129 mph, 178–208 km/h)
  Kategori 4 (130–156 mph, 209–251 km/h)
  Kategori 5 (≥157 mph, ≥252 km/h)
  Tidak diketahui
Tipe badai
▲ Siklon ekstratropikal / Sisa badai / Gangguan tropis / Depresi monsoon

Pada tanggal 16 September, Pusat Peringatan Topan Bersama (JTWC) mengidentifikasi area konveksi sekitar 333 mil laut (617 km) di utara Yap di Negara Federasi Mikronesia. Analisis lingkungan menunjukkan kondisi yang menguntungkan untuk perkembangan lebih lanjut, termasuk geseran angin vertikal yang rendah, peningkatan aliran keluar ekuator, dan suhu permukaan laut yang hangat. Badan Meteorologi Jepang (JMA) mulai mengeluarkan nasihat pada hari berikutnya, mengklasifikasikan gangguan tersebut sebagai depresi tropis. Kondisi kemudian menjadi marjinal, dengan pusat sirkulasi luas yang kurang terorganisir dan konveksi sentral yang melemah Sistem tersebut memasuki Area Tanggung Jawab Filipina (PAR) sekitar pukul 20:00 PHT (12:00 UTC), di mana Administrasi Layanan Atmosfer, Geofisika, dan Astronomi Filipina (PAGASA) mengklasifikasikannya sebagai depresi tropis dan memberinya nama Nando. Saat bergerak ke Laut Filipina pada tanggal 18 September 2025, Nando menghadapi kondisi yang lebih menguntungkan saat melacak ke arah barat laut. Pada pukul 22:05 JST (13:05 UTC), JMA meningkatkan sistem menjadi badai tropis dan menamainya Ragasa, kata Filipina yang berarti gerakan cepat tiba-tiba, pengganti Hagibis setelah dipensiunkan setelah musim 2019. JTWC menetapkannya sebagai 24W pada hari itu juga pukul 18:00 UTC. Ragasa terus berkonsolidasi, didukung oleh arus keluar ekuator yang kuat saat bergerak ke arah barat-barat laut.

Dampak di Asia Tengah

[sunting | sunting sumber]

Topan Ragasa menghantam Filipina dan Taiwan pada Senin, 22 September 2025, menyebabkan kerusakan meluas. Di Filipina, khususnya Luzon Utara, topan ini memicu banjir bandang, tanah longsor, dan kerugian besar pada sektor pertanian. Pagasa (The Philippine Atmospheric, Geophysical and Astronomical Services Administration) menyatakan topan ini merupakan gabungan antara tekanan angin yang ekstrem (melampaui 195 km/jam), faktor pemanasan global telah menjadikan Topan Ragasa sebagai bencana alam yang berdampak mematikan terhadap kehidupan manusia.[5]

Topan Ragasa di Makau

Sementara di Taiwan, meskipun pusat badai tidak sepenuhnya menghantam daratan dengan populasi terpadat, namun kawasan Hualien County mengalami dampak signifikan dengan gangguan infrastruktur dan pemadaman listrik. Bencana ini juga menimbulkan korban jiwa sehingga membuat otoritas setempat melakukan evakuasi secara massal terhadap ribuan penduduk di sepanjang wilayah tersebut. Dampak Topan Ragasa telah meluas pada kehancuran fisik bangunan serta secara serius mengganggu transportasi udara dan laut di seluruh kawasan Asia Timur.[6] Dilaporkan sebanyak 17 orang hilang akibat meluapnya barrier lake (yang menimbulkan banjir bandang ke area perkotaan. Sementara beberapa warga di kota wisata Guangfu di Provinsi Guangdong, menyatakan peringatan dini belum sepenuhnya tersampaikan meski otoritas setempat biasanya cepat mengevakuasi penduduk dari zona berisiko.[7]

Kerusakan infrastruktur, seperti jebolnya tanggul di Taiwan, telah memicu banjir bandang yang mengakibatkan hilangnya puluhan warga. Dampak Topan Ragasa bersifat lintas batas negara, fakta ini dibuktikan dengan penghentian total aktivitas di pusat-pusat bisnis seperti Hong Kong, termasuk penutupan operasional selama 36 jam[6] dan pembatalan penerbangan internasional dari Jakarta. Dampak Topan Ragasa di Hong Kong ditunjukkan oleh kenaikan gelombang air laut hingga lima meter yang menerjang kawasan pejalan kaki tepi laut di Heng Fa Chuen. Skala gelombang ini menjadi indikator kekuatan ekstrem topan tersebut. Selain itu, berdasarkan data mengenai intensitas dan kemunculan Topan Ragasa memperkuat konsensus ilmiah yang menyatakan bahwa frekuensi dan daya rusak bencana alam tropis mengalami peningkatan signifikan sebagai dampak langsung dari perubahan iklim global.[6]

Terkhusus di Makau, yang merupakan pusat perjudian di sebelah Hong Kong, sejumlah kasino terpaksa menutup area perjudiannya. Hal ini terlihat dari unggahan di media sosial Tiongkok yang menunjukkan pintu-pintu resor kasino disegel untuk perlindungan dari angin kencang dan puing.[7] Berdasarkan berita yang dipublikasikan CNN World, terdapat rekaman video tambahan memperlihatkan banjir parah di Zhuhai, sebuah kota pesisir yang berbatasan langsung dengan Makau.[8]

Warga yang mendiami bangunan-bangunan bertingkat di tepi pantai Zhuhai menerima perintah evakuasi wajib pada Selasa sore, sesuai laporan dari media pemerintah. Berbagai opsi pengungsian dipilih oleh penduduk, termasuk menuju kediaman kerabat, hotel, atau memanfaatkan tempat penampungan sementara yang disiapkan oleh otoritas, seperti fasilitas gimnasium sekolah. Salah seorang penduduk yang telah tinggal di Zhuhai selama tiga puluh tahun menyatakan kepada Hongxing News bahwa kejadian ini merupakan evakuasi pertamanya sepanjang periode tersebut akibat dampak badai.[8]

Observasi berdasarkan satelit NASA

[sunting | sunting sumber]
Topan Ragasa dilihat dari Laut FIlipina

Citra satelit MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) milik NASA (National Aeronautics and Space Administration), yang diambil pada 23 September 2025 pukul 01:40 UTC (Coordinated Universal Time),[9] menampilkan posisi Ragasa di mana para ahli cuaca memperkirakan angin akan terus bergerak ke barat laut, kemudian akan mendarat di provinsi Guangdong selatan pada 24 September 2025, sebelum menyusuri pantai Teluk Tonkin dan bergerak ke Vietnam utara hingga Laos. Menurut Joint Typhoon Warning Center,[9] Ragasa akan melemah sedikit menjelang Tiongkok karena kondisinya sangat mendukung, ditandai arus keluar radial yang kuat, suhu permukaan laut yang hangat, dan geseran angin vertikal yang rendah.[10]

Dampak Topan Ragasa terasa meluas pada 23 September, puluhan ribu warga Filipina terpaksa mengungsi, sejumlah korban jiwa telah dilaporkan, dan banyak wilayah lumpuh akibat pemadaman listrik serta kerusakan infrastruktur yang meluas. Di China, aktivitas masyarakat di beberapa kota besar terhenti total akibat evakuasi besar-besaran meliputi rumah, sekolah, dan tempat kerja. Ribuan rumah tangga di Vietnam juga dievakuasi sebagai langkah antisipasi. Secara historis, musim topan Pasifik Barat berlangsung sepanjang tahun, dengan puncak aktivitas normalnya terjadi pada akhir Agustus hingga awal September 2025.[9]


Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  • Topan Kalmaegi - Topan kategori 3 yang melanda Filipina Tengah, pada November 2025
  • Topan Haiyan - Topan super kategori 5 yang mempengaruhi Visayas Tengah, pada November 2013

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Wibawana, Widhia Arum. "Tentang Topan Ragasa yang Terjang Sejumlah Negara di Asia Timur". detiknews. Diakses tanggal 2025-09-27.
  2. ^ a b mae. "Mengenal Topan Ragasa: Raja Badai Asia yang Hantam China - Filipina". CNBC Indonesia. Diakses tanggal 2025-09-27.
  3. ^ a b c "Super Typhoon Ragasa barrels through northern Philippines, triggers alerts across region". Reuters (dalam bahasa Inggris). 2025-09-23. Diakses tanggal 2025-09-27.
  4. ^ a b "Super Typhoon Ragasa barrels through northern Philippines, triggers alerts across region". Reuters (dalam bahasa Inggris). 2025-09-23. Diakses tanggal 2025-09-27.
  5. ^ elsa.emiria@kompas.com, Elsa Emiria Leba- (2025-09-23). "Dari Filipina, Topan Super Ragasa Berlanjut ke China". Kompas.id. Diakses tanggal 2025-09-27.
  6. ^ a b c Prinada, Yuda. "Penyebab Topan Ragasa Taiwan, Update Korban, & Dampaknya". tirto.id. Diakses tanggal 2025-09-27.
  7. ^ a b Ambrose, Tom; Sedghi, Amy; Graham, Vicky; Sedghi, Tom Ambrose (now); Amy; Graham (earlier), Vicky (2025-09-24). "As it happened – deadly cyclone makes landfall in China after devastating Hong Kong, Taiwan and Philippines". the Guardian (dalam bahasa Inggris (Britania)). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2025-09-27. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  8. ^ a b Sharman, Jessie Yeung, Wayne Chang, Laura (2025-09-24). "Nearly 2 million evacuated as Ragasa slams into southern China, after killing at least 14 in Taiwan". CNN (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-09-27. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  9. ^ a b c "Ragasa Steers Toward China". earthobservatory.nasa.gov (dalam bahasa Inggris). 2025-09-23. Diakses tanggal 2025-09-27.
  10. ^ Ambrose, Tom; Sedghi, Amy; Graham, Vicky; Sedghi, Tom Ambrose (now); Amy; Graham (earlier), Vicky (2025-09-24). "As it happened – deadly cyclone makes landfall in China after devastating Hong Kong, Taiwan and Philippines". the Guardian (dalam bahasa Inggris (Britania)). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2025-09-27. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)