Titik panas keanekaragaman hayati
Titik panas keanekaragaman hayati adalah sebuah konsep yang dicetuskan oleh Norman Myers pada tahun 1988 di jurnalnya yang berjudul Threatened Biotas: "Hot Spots" in Tropical Forests yang disebutkan ada sepuluh daerah titik panas di bumi ini.[1] Konsep dari Norman Myers ini berbicara mengenai langkah-langkah mencari kondisi "titik panas" hutan dengan mengetahui banyaknya habitat yang lenyap dan tingkat endemisme tanaman yang selanjutnya diluaskan sampai ke cakupan seluruh dunia.[2] Hanya selang waktu dalam satu tahun, konsep titik panas keanekaragaman hayati yang diperkenalkan oleh Norman Myers, Conservation International mengadopsi konsep titik panas keanekaragaman hayati ini untuk menjaga serta melindungi tempat-tempat yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi.[3] Sekarang, titik panas keanekaragaman hayati dipahami dengan arti yaitu suatu langkah yang dipakai untuk menentukan kawasan biogeografi di mana kawasan tersebut memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, tetapi terancam oleh pengrusakan habitat wilayah yang luar biasa hebat atau pemukiman manusia yang berpotensi dapat melenyapkan keanekaragaman hayati di daerah tersebut.[2]
Kriteria
[sunting | sunting sumber]Dalam menentukan daerah yang memiliki titik panas keanekaragaman hayati, sebuah daerah harus memenuhi dua kriteria yaitu:
- Suatu daerah harus mempunyai maksimal 30% habitat aslinya atau dengan kata lain sudah kehilangan minimal 70% habitat aslinya.[2][3]
- Suatu daerah memiliki minimal 1.500 jenis tumbuhan vaskular endemik dan tumbuhan tersebut tidak ditemukan di daerah lain (0,5% dari jumlah total dunia).[2][3]
Sebagian besar daerah yang memiliki titik panas keanekaragaman hayati adalah daerah tropis yang dilalui oleh garis Khatulistiwa. Indonesia dengan belasan ribu pulau yang dilalui oleh garis Khatulistiwa dapat dikategorikan termasuk ke dalam salah satu titik panas keanekaragaman hayati. Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki 12% dari spesies mamalia dunia, 10% dari spesies bunga dunia, serta 17% amfibi, burung, dan reptil.[4]
Lokasi
[sunting | sunting sumber]Berdasar Critical Ecosystem Partnership Fund, terdapat 36 titik panas keanekaragaman hayati yang tersebar di seluruh dunia, yaitu:[5]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Myers, Norman (1988-09-01). "Threatened biotas: "Hot spots" in tropical forests". Environmentalist (dalam bahasa Inggris). 8 (3): 187–208. doi:10.1007/BF02240252. ISSN 1573-2991.
- ^ a b c d "Biodiversity Hotspots definition| Biodiversity A-Z". www.biodiversitya-z.org. Diakses tanggal 2021-10-17.
- ^ a b c "Biodiversity Hotspots". www.conservation.org. Diakses tanggal 2021-10-17.
- ^ Normile, Dennis (2010-09-10). "Saving Forests to Save Biodiversity". Science. 329 (5997): 1278–1280. doi:10.1126/science.329.5997.1278. ISSN 0036-8075.
- ^ "What Are Biodiversity Hotspots?". Frontiers for Young Minds (dalam bahasa Inggris). doi:10.3389/frym.2019.00029#ref9. Diakses tanggal 2021-10-18.