The third screen

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


The third screen atau "layar ketiga" (sekarang menjadi the fourth screen atau "layar keempat") adalah sebutan bagi layar peranti bergerak (bahasa inggris: mobile device) yaitu perangkat komputasi portabel pada smartphone atau mobile phone. Istilah third screen menjadi sangat populer saat ini karena penggunaanya yang masif dan dianggap merevolusi cara manusia berprilaku, berinteraksi, dan hidup.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Istilah third screen merupakan bagian dari kemajuan teknologi akibat berkembangnya infrastruktur dan jaringan komunikasi. Sebelumnya istilah first screen atau layar pertama merujuk pada penggunaan layar pada televisi. Saat itu layar televisi menggunakan model broadcast atau penyiaran. Kemudian muncul istilah second screen atau layar kedua yang merujuk penggunaan layar pada komputer atau komputer personal seperti laptop.

Kemudian muncul istilah third screen atau layar ketiga yang digunakan pada peranti bergerak yang banyak digunakan pada telepon seluler atau cellular. Penggunaan telepon seluler secara penuh telah menggantikan peran telepon yang biasa digunakan di rumah atau kantor. Hal ini disebabkan karena bisa memberikan kemampuan yang menarik masyrakat termasuk kemampuan untuk mengambil gambar, mendengarkan musik dan download video dari Internet, dan menerima siaran televisi dan radio melalui jaringan telepon seluler canggih. Sifatnya yang portable atau bergerak membuat masyarakat berpindah dari menggunakan telepon kabel menjadi telepon seluler.

Kehadiran Iphone pada tahun 2007 dan Ipad pada tahun 2010 membuat istilah third screen menjadi populer. Kehadiran Iphone kemudian diikuti dengan jenis telepon seluler lain yaitu smartphone, dimana konten nya adalah aplikasi yang telah ada pada layar komputer, televisi, video game, dan home video yang kini bisa disaksikan pada layar telepon seluler. Ide memasukan fitur visual dalam telepon bukanlah sebuah ide yang baru melainkan telah dicetuskan pada tahun 1920 oleh perusahaan telekomunikasi Amerika Serikat AT&T. Namun perkembangannya tidak signifikan dikarenakan tidak ada penyesuaian antara audio dan video pada saat itu.

Saat ini third screen terlahir dari konvergensi Personal Data Assistants (PDAs)yang diperkenalkan pada tahun 1990an, dan telepon seluler. Kemudian muncul smartphones yang didalamnya terdapat fitur e-mail dan buku alamat. Blackberry juga menjadi perangkat telekomunikasi yang signifikan yang membuat mobile messaging lewat blackberry messenger (BBM) menjadi fenomena budaya populer yang menjadi obsesi bagi para penggunanya.

Evolusi Telepon Seluler[sunting | sunting sumber]

Telepon seluler berawal dari kata cellular yaitu generasi pertama telepon genggam yang bermakna memisahkan jangkauan luas service area ke dalam cluster yang memiliki zona lebih kecil atau cells. Trasmisi pada setiap cells tersebut lemah jadi sangat mememungkinkan untuk kembai menggunakan frekuensi dari cell terdekat tanpa menghasilkan intervensi. Jadi ketika pengguna telepon bergerak dari satu cell ke yang lain otomatis akan menggunakan chanel yang berbeda. Generasi pertama telepon genggam ini menggunakan teknologi transmisi analog yang disebut Advanced Mobile Phones System (AMPS).

Generasi kedua telepon seluler menggunakan transmisi digital. Kompresi sistem digital membuat cell semakin banyak yang menghasilkan bentuk digit dan bisa menyimpan kapasitas jaringan lebih besar. Dengan trasmisi digital bisa membuat para pengguna telepon seluler berbagi cells, tidak seperti analog. Pada generasi kedua ini menggunakan standar Short for Global System for Mobile communications (GSM). Penggunaan GSM mengenalkan istilah Short Message Service (SMS).

Sedangkan pada generasi ketiga telepon genggam yaitu third generation (3G). Teknologi yang pertama kali menggabungkan sistem telepon seluler dengan komputer, yang didalamnya terdapat web browser dan servis e-mail. Dengan jaringan 3G memiliki kecepatan hingga 1- 3 juta bits per detik, yang dapat mengirimkan gambar dengan warna penuh, mengunduh lagu atau video, serta browsing internet.

Kemudian muncul pula generasi keempat atau fourth generation (4G). Menggunakan jaringan WiMax (Worldwide Interoperability for Microwave Access) atau juga UMTS yang merupakan akronim dari LTE (Long Term Evolution). Teknologi 4G hampir sama dengan 3G hanya memiliki kecepatan yang lebih hingga 100 juta bits per detik, yang dapat digunakan untuk menonton televisi HD serta video conference.

Dampak Sosial Pada Third Screen[sunting | sunting sumber]

Dampak sosial penggunaan third screen atau layar ketiga pada telepon seluler menjadi semakin jelas. Ada dua dampak sosial yang muncul, positif dan negatif. Dampak positif yang muncul adalah dapat memberikan rasa aman ketika terjadi peristiwa darurat, meningkatkan sifat interaksi sosial di masyrakat terutama di kalangan remaja dan memungkinkan para penggunanya untuk mengatur atau mengelola jadwal dan janji temu mereka sehari-hari.

Sedangkan dampak negatif yang muncul adalah menggunakan telepon seluler ketika sedang berkendara, bertelepon dengan suara keras di tempat umum yang mengganggu orang lain, serta berkurangnya interaksi tatap muka pada orang - orang terdekat. Kemudian muncul juga kekahwatiran akan sifat adiktif pada penggunaan telepon seluler, terutama pada text messaging, serta berbahayanya gelombang elektromagnetik jika dipergunakan secara terus menerus. Adanya fitur hiburan yang banyak pada telepon seluler juga dikhawatirkan memberikan dampak negatif seperti pada penggunaan televisi, musik populer serta video games.

Third Screen Merevolusi Cara Berkomunikasi[sunting | sunting sumber]

Perkembangan teknologi sedikit demi sedikit mengubah cara manusia berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Tak hanya berkomunikasi tapi juga mengubah berbagai aspek dalam hidup seperti mendengarkan musik, membeli buku bahkan cara berkomunikasi dengan anggota keluarga terdekat. Teknologi telah merevolusi rutinitas sehari-hari. Bermula dari mesin yang terkoneksi dengan internet menghadirkan komunikasi instan yang kemudian berkembang menjadi instant mesengger (IM). Instant messenger kemudian terus berevolusi pada bentuk yang berbeda-beda.

Penggunaan instant messenger mengalami dampak yang signifikan ketika digunakan pada layar smartphones. Hampir semua orang merasa nyaman dengan berkomunikasi melalui instant messenger pada layar smartphones mereka daripada menggunakan komputer atau laptop. Beberapa layanan instant messenger bermunculan seperti Line, WhatsApp, Apple Face Time, Viber dan sebagainya. Setiap layanan instant messenger ini memiliki fitur dengan fungsi yang terus bertambah. Dengan aplikasi instant messenger ini memudahkan komunikasi manusia sehari-hari dan membuat kehidupan sehari-hari menjadi semakin menarik.

Instant messenger tidak hanya membuat orang dapat berkomunikasi antara satu dan dengan yang lain secara personal tapi juga masif seperti grup chat. Komunikasi dengan instant messenger membuat setiap orang dapat selalu terkoneksi dengan siapapun dan kapanpun hanya dengan menyentuh layar smartphone mereka.

Third Screen Pada Dunia Marketing[sunting | sunting sumber]

Saat ini ada lebih dari lima miliar orang yang menggunakan Telepon seluler, jumlah ini lebih banyak daripada orang yang menggunakan Laptop dan pertumbuhan jumlah pengguna seluler jauh lebih signifikan dibandingkan pengguna perangkat Telekomunikasi yang lain. Hal ini mengubah segala bentuk bisnis termasuk Marketing dan Advertising.

Pasar saat ini berubah menjadi lebih dinamis dan bergerak. Penggunaan first screen pada layar televisi, perusahaan dapat mencapai jutaan konsumen atau masyarakat dengan menyampaikan pesan yang telah jelas dibentuk oleh perusahaan. Pesan yang disampaikan bersifat satu arah dari satu kebanyak orang. Perusahaan memiliki kontrol atas segala pesan yang disampaikan. Sedangkan penggunaan second screen pada layar komputer dan laptop, perusahaan dapat melakukan interaksi dengan konsumen dan mendapatkan Feedback langsung. Ini adalah periode dimana marketing memiliki partisipasi aktif dan konsumen bisa mendapatkan hak untuk menyuarakan pendapat mereka mengenai produk atau layanan yang ditawarkan.

Dalam kedua layar tersebut Perusahaan dan Konsumen terkoneksi satu sama lain dengan media komunikasi massa sedangkan kedua pada layar telepon seluler konsumen tidak hanya terbatas pada layar tv dan laptop, dimana pesan yang diterima telah disesuaikan dengan maksud perusahaan. Konsumen bergerak atau Mobile consumer bergerak dinamis dalam lokasi yang berbeda sehingga perusahaan harus mengetahui bagaimana dan dimana mereka bisa menjangkau konsumen di dalam dunia digital.

Marketing dan advertising pada thrid screen berbeda dengan sebelumnya dimana penggunaan telepon seluler yang bersifat dekat, personal dan selalu aktif. Telepon seluler saat ini dianggap berhasil merevolusi masyarakat dari cara mereka berprilaku, berinteraksi dan hidup. Penggunaan telepon seluler ini menjadi sebuh gelombang baru mobile digital yang mengarah pada terciptanya konsumen yang tidak terbatas. Konsumen seperti ini dinamis selalu bergerak dan berkeinginan serta bersedia untuk menggunakan telepon seluler mereka untuk berinteraksi saat itu juga.

Konsumen yang tidak terbatas ini berevolusi pada proses membeli, dari mulai riset produk hingga transaksi yang berdasarkan pada lokasi. Prilaku seperti ini merupakan sebuah transformasi pada dunia marketing dan advertising. Dimana perusahaan dapat melakukan promosi produk mereka secara online dan mereka harus bisa berinteraksi dengan pelanggan mereka diwaktu kapanpun dan ditempat manapun. Kini pengguna telepon seluler tidak hanya sekadar bertelepon dengan orang lain, tapi juga kegiatan lain seperti membeli sesuatu, mengecek tanggal, hari dan ramalan cuaca, mendengarkan musik, meninton video dan sebagainya. Penggunaan Telepon genggam ini didukung oleh Infrastruktur lain seperi layanan internet yang menyuguhkan kecepatan tinggi, serta berbagai aplikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Konsumen yang tidak terbatas ini secara konstan akan mengkonsumsi berbagai macam informasi yang ada pada layar telepon seluler mereka dimanapun mereka berada. Mereka tidak memiliki batas untuk bisa berinteraksi dengan siapapun pada bingkai diri mereka sendiri. Dalam dunia digital yang dinamis semuanya terkoneksi dan bisa diakses dari manapun. Jika konsumen yang tidak terbatas ini menyukai atau membenci suatu produk atau Isu sosial yang berkembang dimasyarakat maka mereka akan dengan mudah memberikan tanggapan pada saat itu juga. Membeli suatu barang atau layanan jasa melalui layar telepon seluler sudah menjadi suatu kebiasaan diberbagai negara. Lebih dari 70% Eksekutif dan manager telah menggunakan layar pada telepon seluler mereka untuk berkirim dan menerima Email, lebih dari setengahnya saling berkirim pesan menurut penelitian yang dilakukan The Mobile Future Institute.

Sudah ada 45 juta pengguna telepon seluler yang menggunakan mobile internet dan semakin berkembang sebesar 25% dalam kurun waktu tiga tahun belakangan. Perusahaan dapat memanfaatkan layar telepon seluler dengan marketing dan memberikan informasi yang memiliki nilai lebih, contohnya memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat dan fakta menarik mengenai suatu produk atau perusahaan. Kegiatan ini melebihi advertising tradisional dimana para pelaku marketing harus bisa menjadi pedoman utama konsumen dalam pada saat kapanpun dan lokasi dimanapun sebelumnya.

Referensi[sunting | sunting sumber]

[1] [2]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

  1. ^ http://www.mobilefutureinstitute.com
  2. ^ Martin, C. (2011). The Third Screen: Marketing to Your Customer in a World Gone Mobile. New York: Nicholas Brealy Publishing