The Legend of No Man's Land

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


The Legend of No Man’s Land adalah manhua karya komikus Hong Kong paling tenar, Tony Wong, yang diangkat dari novel karya Wong Yi. Versi aslinya diterbitkan pertama kali oleh Jade Dynasty Pbl. Ltd. pada tahun 2007. Seri pertama manhua ini diterbitkan versi Indonesia oleh PT. Tiga Lancar Semesta Pbl. Ltd. pada tahun 2008.

Sinopsis[sunting | sunting sumber]

Tanah tak bertuan (No Man’s Land) adalah sebuah wilayah yang ada di antara kerajaan Jing di daratan tengah dengan kerajaan Yan di utara. Wilayah ini dari dulu dikenal sebagai daerah bebas, tidak terikat pada pimpinan maupun peraturan tertentu, namun memiliki aturan yang disepakati bersama. Wilayah ini menjadi strategis karena menjadi pusat dari semua kegiatan, dari bisnis hingga politik. Itulah yang menyebabkan banyak penguasa menginginkan wilayah ini sebagai batu loncatan untuk mengangkangi seluruh daratan. Yan Fei sebenarnya hanya pemuda biasa yang secara tiba-tiba terseret dalam liku-liku permainan politik yang melibatkan seluruh daratan China. Jiwa patriotnya mendorong dia untuk berjuang mempertahankan tanah tak bertuan dari caplokan penguasa lain. Dia—bersama kekasihnya Ji Qian Qian dan sahabat baiknya Liu Yu—berupaya menegakkan wibawa tanah tak bertuan dengan pertaruhan keselamatan seluruh wilayah itu. Kisah ini diramu dengan sangat baik karena mampu menampilkan liku-liku permainan politik, roman dan strategi yang brillian dan mencengangkan.

Volume 01[sunting | sunting sumber]

Raja Da Qian dari utara, Fu Jian, mulai melaksanakan ekspansinya ke arah selatan dan bermaksud menaklukkan negara Jing. Mendengar hal itu, raja Jing, Sima Yao, berunding dengan para penasehat terbaiknya, termasuk di antaranya Xie An dan Sima Dao Zi. Dari hasil pertemuan itu, Xie An menugaskan jenderal benteng utara Xie Xuan untuk menghadang laju pasukan Fu Jian. Sementara di tanah tak bertuan, Yan Fei menyelamatkan Gao Yan dari kejaran tentara Jie, akibatnya dia mesti berhadapan dengan 2 jagoan mereka, Tufa Wu Gu dan Hao Shuai. Hanya karena adanya pertolongan dari Tuoba Gui sajalah yang membuatnya berhasil lolos. Xie Xuan akhirnya memutuskan mengutus salah satu anak buah terbaiknya, Liu Yu, untuk memimpin pasukan perintis menuju tanah tak bertuan. Sayangnya mereka mendapat hadangan si siluman dari Tian Shi Lu Dun. Meski selamat, Liu Yu memutuskan untuk melakukan pengintaian sendirian demi anak buahnya. Yan Fei yang sedang bersembunyi di hutan terkejar oleh salah satu pendekar terkuat Jie, Qifu Guo Ren. Pertempuran ini sangat tidak seimbang dan Yan Fei-pun berusaha meloloskan diri dengan membawa luka yang tidak ringan. Liu Yu yang melakukan pengintaian malah secara tidak sengaja bertemu dengan seorang gadis cantik yang dikiranya sebagai An Yu Qing, putri Raja Dan. Tapi dalam satu kesempatan, An Yu Qing malah berusaha membunuhnya.

Volume 02[sunting | sunting sumber]

Huan Xuan, panglima sakti adik dari gubernur Jing Zhou Huang Rong, menyarankan kakaknya agar memanfaatkan serangan Fu Jian untuk merebut kekuasaan, tetapi ditolak oleh kakaknya. Hal itu membuatnya geram dan malah berencana melenyapkan kakaknya dengan racun. An Yu Qing yang tidak jadi membunuh Liu Yu justru menceritakan maksudnya menunggu pertarungan perebutan giok pusaka Xian Dan. Tak lama, Fung Shan dari partai Tai Yi murid Jiang Ling Xu bertarung melawan Lu Dun dari partai Tai Ping murid Sun En. Yan Fei mencoba menghancurkan giok itu dengan pedang saat terlempar ke udara namun dihalangi An Yu Qing, Liu Yu yang paham maksud baik Yan Fei juga berusaha meremukkannya namun digagalkan oleh Qifu Guo Ren yang muncul tiba-tiba. Pertempuran segi empat itu justru membuat giok terlempar ke arah Yan Fei yang langsung membawanya lari bersama Liu Yu, tetapi di dalam hutan mereka dihadang oleh jagoan misterius berjuluk topeng setan. Xie An bersama pengawal setianya Song Bei Feng mengunjungi kediaman putri angkatnya, si jelita Ji Qian Qian, untuk menyarankannya meninggalkan kediamannya. Namun tiba-tiba Sima Yuan Xian putra Sima Dao Zi datang dan memaksa bertemu dengan Ji Qian Qian, namun gagal karena dihalang-halangi oleh Song Bei Feng. Yan Fei kalah telak melawan topeng setan, tetapi kedatangan Qifu Guo Ren justru menyelamatkan nyawanya. Dalam pelarian Liu Yu dan Yan Fei justru semakin bersahabat erat. Yan Fei kemudian mengutus Guo Yan untuk menemui panglima Xie Xuan dan menyampaikan sesuatu di dalam bungkusan.

Volume 06[sunting | sunting sumber]

Pertempuran teknik dan strategi perang antara Raja utara Fu Jian melawan pasukan benteng utara Jing yang dipimpin jenderal Xie Xuan di perbatasan tanah tak bertuan berakhir dengan kekalahan tragis di pihak Fu Jian. Murong Chui yang muncul kemudian malah menunjukkan sikap tak hormat dengan "menyarankan" Fu Jian kembali ke utara, dia sendiri akhirnya menghadang Xie Xuan dan terlibat dalam pertempuran sengit yang berakhir dengan luka parah keduanya, tetapi sebagai tanda tidak bermusuhan, Xie Xuan dengan cerdik menyerahkan stempel kerajaan Yan kepada Murong Chui. Sementara itu, Yan Fei yang sedang memulihkan kondisinya justru bertemu dengan Ren Qing Di yang tiba-tiba secara licik membokong dengan maksud membunuhnya. Dalam keadaan antara hidup dan mati, Yan Fei memutuskan menelan ramuan Tan Jie, tak dinyana, efeknya adalah ledakan tenaga panas dan dingin yang menyebabkan dia kesurupan dan berlari tak tentu arah. Ledakan tenaga itu juga mengagetkan Man Miao dan Ren Qing Di yang sedang menghadapi Jiang Ling Xu ketua partai Tai Yi, serta membuat Ren Yao keluar dari persembunyiannya dan mengejar Yan Fei. Beruntung, rombongan pasukan benteng utara lewat sesaat setelah terjadi benturan tenaga antara Yan Fei dan Ren Yao yang justru membuatnya terluka. Xie Xuan memutuskan untuk menghadapi Ren Yao sementara Liu Yu disuruhnya menolong dan melindungi Yan Fei yang koma.

Volume 08[sunting | sunting sumber]

Song Bei Feng yang terluka parah oleh keroyokan Du Bu Gai dan Wang Guo Bao malah diselamatkan oleh Yan Fei yang baru saja mendapatkan tenaganya kembali. Saat menunggu Song Bei Feng, dia diberitahu oleh Xie An bahwa biksu besar selatan Zhi Dun sebenarnya ingin berbincang dengannya. Xie An juga secara khusus mewarisinya kitab pusaka karya guru besar pengolah tan Wei Bo Yang yang berhubungan dengan Tan Jie. Xie Xuan yang bermaksud menegakkan wibawa pergi ke sarang Mi Lek selatan untuk mencari penyerang Song Bei Feng serta mengutus Liu Yu menaklukkan kota Shi Tou tanpa pertumpahan darah. Yan Fei yang ilmunya meningkat pesat menciutkan nyali musuhnya sehingga Xie Xuan berhasil menumbangkan Du Bu Gai dengan mudah, Sima Dao Zi yang melihat hal itu hanya bisa mendongkol. Dalam sebuah perbincangan Xie Xuan memberitahu rahasia tentang Tan Jie yang misterius, itu membuat Yan Fei girang karena akhirnya tahu cara mengalirkan energinya yang membludak. Xie An yang ahli dalam diplomasi berhasil membujuk Yan Fei untuk menjadi pengawal utama Wisma I di tanah tak bertuan. Yan Fei kemudian menemui An Yu Qing yang memberitahunya bahwa Du Sou sebenarnya lebih berniat membunuhnya daripada menolongnya. Liu Yu juga secara tak sengaja bertemu dengan wanita yang menggetarkan hatinya, Wang Dan Zhen. Dalam perjalanan menuju Yi Bin Dai, Yan Fei dan rombongan sempat mendapat hadangan dari Lu Dun, tetapi dia berhasil mengusirnya sekaligus menyelamatkan Guo Yan yang terluka parah terkena pukulan Lu Dun. Yan Fei baru paham bahwa tujuannya dijadikan pengawal Wisma Pertama di tanah tak bertuan oleh Xie An adalah untuk memastikan keselamatan Ji Qian Qian yang pindah ke sana. Namun saat masuk pelabuhan mereka justru dihadang oleh partai Han yang merantai semua dok, Yan Fei harus turun tangan untuk membukanya.

Volume 09[sunting | sunting sumber]

Dengan mudah Yan Fei dan Liu Yu membuat penghadangnya dari partai Han kocar kacir, bahkan Zu Tian Yun yang lebih dikenal dengan Zu Lao Da (kakak besar Zu), pimpinan partai Han, tak berkutik melawan Yan Fei hanya dalam satu serangan dan akhirnya memilih berdamai. Pang Yi yang sempat dihajar oleh Zu Tian Yun merasa senang dengan hal itu, apalagi pisau kesayangannya yang sempat hilang dikembalikan oleh Yan Fei. Yan Fei dan Pang Yi yang sedang bercengkerama tiba-tiba didatangi oleh Ji Qian Qian, Pang Yi yang tahu diri segera beranjak pergi. Ji Qian Qian dalam keadaan setengah mabuk kemudian bercerita tentang kisah pahit asmaranya dengan jenderal siluman dari partai Tai Ping, Xu Dao Fu, yang gagal dan menyakitkan hatinya. Entah kenapa Yan Fei merasa sedikit sinis dan cemburu dengan kenyataan itu. Paginya Yan Fei dan Liu Yu yang sedang merundingkan hal itu tiba-tiba didatangi oleh Tuoba Yi yang menyatakan kesanggupannya membantu Yan Fei, tetapi dia langsung pergi saat Liu Yu menyinggung soal musuh bebuyutannya, keluarga Murong. Liu Yu sendiri kemudian pamit melihat kedatangan Ji Qian Qian yang ternyata berusah mengatakan bahwa dia telah melupakan sepenuhnya Xu Dao Fu, Yan Fei yang menyadari maksud perkataan ini menjadi salah tingkah dan buru-buru pergi dengan alasan mau menemani Gao Yan di pasar lapangan lonceng kuno. Gao Yan yang usil lalu memborong lampion indah dan menyuruh penjualnya mengirim ke Ji Qian Qian atas nama Yan Fei, tetapi Yan Fei malah sibuk dengan instingnya yang menangkap keberadaan Ren Qing Di, namun saat mengejarnya dia dihadang oleh seseorang. Sementara itu partai Han kedatangan seorang tamu penting yaitu putri ketua partai Da Jiang, Jian Wen Qing yang bermaksud memberi bantuan kepada Zu Tian Yun. Tak jauh dari situ, rombongan yang dikirim oleh Huan Xuan yang kini telah menjadi gubernur membuat rencana menguasai tanah tak bertuan, dalam rombongan itu terdapat salah satu dari pendekar tingkat 9 luar yang mempunyai ilmu pedang luar biasa, Tu Fung San. Orang yang menghadang Yan Fei ternyata adalah pimpinan spiritual suku Yewo Zhuo Kuang Sheng, dia ingin mengundang Ji Qian Qian agar mau memainkan kecapinya di hadapan semua pemuka tanah tak bertuan, Gao Yan yang datang kemudian memberitahu Yan Fei tentang kabar keinginan Murong Chui menguasai tanah tak bertuan. Ji Qian Qian di perkemahan tiba-tiba mendapat kiriman hadiah-hadiah yang mahal dari seseorang yang mengaku sebagai 'pangeran tanah tak bertuan', tetapi yang membuatnya berkesan justru adalah hadiah lampion kiriman Yan Fei. Dia lalu meminta Yan Fei mengantarnya berkeliling tanah tak bertuan. Jembatan Ping Qiao menjadi saksi pertukaran kata cinta keduanya, tetapi suasana mesra itu dirusak oleh pemanah sakti yang membokong Yan Fei, meski berhasil digagalkannya. Yan Fei kemudian berinisiatif menantang jago pedang Ren Yao, tetapi Ren Yao malah mendatangi perkemahan dan terlibat pertempuran dengan Liu Yu, di detik kritis Ji Qian Qian muncul dan menyelamatkan Liu Yu dari luka yang lebih parah. Yan Fei sendiri yang menunggu di tempat pertarungan justru mendapat tantangan dari pimpinan pasukan penunggang utara Xian Bei, Murong Zhan, serta pemimpin partai Qiang, Hu Lei Fang.

Volume 10[sunting | sunting sumber]

Pertarungan Yan Fei melawan Murong Zhan berlangsung singkat, Murong Zhan pergi dengan gagah meski dia tahu takkan bisa menang melawan Yan Fei, Hu Lei Fang sendiri lalu menyatakan siap membantu tanah tak bertuan jika dibutuhkan, meski Yan Fei meragukan itu. Saat Ji Qian Qian dan Gao Yan sedang mengobati Liu Yu, muncul Yi Qing Ya si Walet Putih. Gao Yan segera jatuh hati dengan gadis lincah ini. Besoknya, Yan Fei kedatangan beberapa ketua perguruan yang berniat berunding dengannya, tetapi perundingannya dengan Zu Tian Yun gagal mencapai kesepakatan. Hao Zhang Ting, orang ke-2 di partai Dua Danau mengklarifikasi bahwa partainya tidak bersekutu dengan partai Huang He untuk menguasai tanah tak bertuan. Tiba-tiba ketua partai Jie, Zhang Ha Ci Xing, datang dengan raut muka sedih dan marah dan mengabarkan bahwa di tanah tak bertuan telah muncul siluman cabul dan salah satu korban adalah putrinya sendiri. Tu Fung San berjalan-jalan di kota bersama dua pengawalnya, Bo Jing Lei dan Yin Qi, dia lalu membeli sebuah toko kain dengan harga mahal dan membuka sebuah toko pembunuh. Yan Fei yang sedang mengadakan pertemuan dengan beberapa sahabat dan ketua perguruan, tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Ren Qing Di. Liu Yu yang menaruh dendam terhadapnya segera menyerang meski berakhir cepat tanpa ada yang terluka. Ren Qing Di ternyata mengabarkan bahwa pertarungan Ren Yao melawan Yan Fei ditunda satu bulan karena ada urusan. Di saat Hao Zhang Ting sedang berusah menghasut Yan Fei untuk bermusuhan dengan partai Da Jiang, toko pembunuh milik Tu Fung San kedatangan tamu misterius bernama Song Man Ji yang berani menawar mahal untuk melihat pemilik toko melakukan bunuh diri. Bo Jing Lei yang tersinggung dengan penghinaan ini segera menyerang namun dihadang oleh pengawal bernama Ren Jiu Jie, tetapi kedatangan Ji Qian Qian membuyarkan pertarungan itu. Maksud kedatangannya untuk mencari tenaga guna membangun kembali wisma utama berhasil dengan baik. Yan Fei dan Liu Yu berencana menjebak musuh terkuat mereka di tanah tak bertuan, Tu Fung San, dengan cara menyuruh Tuoba Yi datang ke toko pembunuh dam membeli nyawa Liu Yu. Tapi Tu Fung San dengan lihai mencoba memanfaatkan Sun En yang menjadi rival jenderal Xie Xuan di selatan. Di sisi lain, Sun En yang diberitahu jenderal siluman Xu Dao Fu tentang keberangkatan Liu Yu justru mempunyai rencana lain, melenyapkan Ren Yao terlebih dahulu. Liu Yu yang berangkat untuk melakukan rencana jebakannya justru dihadang oleh seorang wanita misterius dari suku Rou Ran yang secara salah menuduhnya sebagai siluman cabul.

Volume 11[sunting | sunting sumber]

Lepas dari hadangan wanita misterius yang mengiranya sebagai siluman cabul, Liu Yu ternyata telah ditunggu oleh kelompok pembunuh pimpinan Gu Qian Qiu dan Yue Ya yang jelas merupakan utusan Sima Dao Zi, untungnya Liu Yu melihat mereka terlebih dulu sehingga berhasil lolos. Di dalam sebuah kasino, Raja Judi Cheng Cang Gu dan Raja kekayaan Feng Sheng Chang bertemu dengan pangeran tanah tak bertuan yang ternyata adalah samaran dari Jiang Wen Qing. Mereka memantapkan rencana untuk membantu Zu Lao Da dan membongkar motif Hao Zhang Ting serta Tu Fung San terhadap tanah tak bertuan. Yan Fei dan beberapa pemimpin tanah tak bertuan yang sedang menyelidiki TKP kejahatan siluman cabul tiba-tiba didatangi oleh deetktif sakti muka kambing Fang Hong Tu dan Helian Bobo, lelaki kekar yang berhasil menguasai suku Xiong Nu dan suku Jie hanya dalam semalam. Malam itu, Zhuo Kuang Sheng dan Ji Qian Qian mengumpulkan seluruh suku Ye Wo di menara lonceng untuk mengadakan konsolidasi mengatasi siluman cabul. Yan Fei dan Gao Yan melakukan pertemuan dengan Fang Hong Tu untuk membahas tentang kemungkinan adanya siluman cabul palsu, tetapi dengan sedikit trik Gao Yan malah tahu mereka sedang berhadapan dengan Fang Hong Tu palsu. Zu Lao Da yang merasa kedudukannya terpojok di tanah tak bertuan sedang uring-uringan, tiba-tiba dia diserang hingga tewas oleh penasehat militernya sendiri Hu Pei yang ternyata murid Ni Hui Hui dari aliran Mi Lek. Hu Pei bermaksud mengangkangi partai Han dan menimpakan kematian Zu Lao Da pada Tu Fung San. Berhasil lepas dari sergapan utusan Sima Dao Zi, Liu Yu ternyata telah ditunggu oleh Ren Qing Di dan Ren Yao, ditambah lagi dengan kedatangan Wang Guo Bao dan anak buahnya yang juga menginginkan nyawanya. Dengan segala cara Liu Yu berusaha meloloskan diri dari keroyokan itu. Ji Qiang Qiang berhasil membuat Fang Hong Tu palsu mengaku, ternyata dia adalah adik Fang Hong Tu asli yang mendendam terhadap siluman cabul yang telah membunuh kakaknya. Dengan petunjuknya, Yan Fei dan semua pemuka tanah tak bertuan mendatangi tempat persembunyian siluman cabul di sebuah penginapan megah. Yan Fei bermaksud membuka kedok siluman cabul dengan indra keenamnya yang kian tajam. Liu Yu yang terkejar Ren Yao mati-matian bertahan, di saat kritis, tiba-tiba Sun En datang dan menyerang Ren Yao, pertarungan tak seimbang itu berakhir dengan kematian Ren Yao secara mengenaskan, memanfaatkan hal itu Liu Yu berhasil kabur meski terluka cukup parah akibat pukulan Sun En. Ren Qing Di dan Wang Guo Bao yang datang terlambat berusaha membalas kematian Ren Yao. Dengan instingnya Yan Fei berhasil membuka kedok siluman cabul yang menyamar menjadi wanita, tetapi ternyata tidak semudah itu menangkapnya. Dengan menyebarkan asap, siluman cabul berhasil membuat pengepungnya kebingungan. Sun En ternyata memilih mengejar Liu Yu daripada meladeni Ren Qing Di dan Wang Guo Bao. Sadar tak mungkin menang, mereka bertiga jadinya bersatu menyerang Sun En, tetapi tetap saja Liu Yu harus terlempar dari pertarungan dengan kondisi luka parah akibat pukulan Sun En. Pengepungan di penginapan itu berakhir dengan kematian siluman cabul di tangan Helian Bobo. Di toko pembunuh, Song Man Jie yang merupakan samaran dari Jiang Wen Qing terpancing dengan kematian Zu Lao Da dan menantang Tu Fung San bertarung. Kemalangan Liu Yu belum berakhir, lepas dari Sun En ternyata malah bertemu dengan nona misterius sebelumnya, tetapi kedatangan Ren Qing Di membuat wanita itu menyadari dia salah orang dan segera pergi. Ren Qing Di ternyata berniat membuat perjanjian dengan Liu Yu bahwa jika kelak Liu Yu berkuasa dia harus membantunya melenyapkan Sun En. Ribut-ribut antara Song Man Jie melawan Tu Fung San akhirnya dihentikan oleh Yan Fei atas desakan Ji Qian Qian, itu juga sekaligus membuka kedok Song Man Jie yang ternyata adalah Jiang Wen Qing. Tu Fung San secara terbuka menyatakan dirinya bersih dari kematian Zu Lao Da. Jiang Wen Qing lalu secara sepihak mengambil alih urusan partai Han, Han Pei yang tidak terima dengan hal itu hanya bisa merasa geram. Sun En ternyata tidak begitu saja melepaskan Liu Yu. Menyadari hal itu Liu Yu bersiap bertarung, dan Ren Qing Di akan membantunya secara tiba-tiba jika diperlukan.

Volume 12[sunting | sunting sumber]

Kaburnya Hu Pei membuat Jiang Wen Qing sadar bahwa dialah pembunuh Zu Lao Da sebenarnya. Dia lalu melakukan konsolidasi dengan tetua partai Han untuk mengetahui motif pembunuhan itu. Keroyokan Liu Yu dan Ren Qing Di terhadap Sun En tidak menghasilkan apa-apa, hanya keberuntungan yang membuat mereka menemukan tebing sungai yang curam dan memilih melompatinya daripada mati di tangan Sun En. Berkali-kali gagal menewaskan Liu Yu yang berilmu tidak seberapa bagi sun En merupakan aib yang membuatnya murka bukan kepalang. Yan Fei, atas info Gao Yan mengetahui bahwa Ji Qian Qian sedang berduaan dengan Xu Dao Fu. Hatinya yang cemburu dan panas melihat hal itu membuatnya ingin pergi namun dicegah oleh Ji Qian Qian. Xu Dao Fu yang ternyata kecewa dengan pilihan Ji Qian Qian untuk tetap di tanah tak bertuan bersama Yan Fei membuatnya geram dan berniat menghabisinya dengan alasan menguji kepantasan pilihan Ji Qian Qian. Tu Fung San tiba-tiba didatangi oleh Helian Bobo yang mengajaknya bermitra menguasai tanah tak bertuan dan melenyapkan Yan Fei sebelum didahului oleh gabungan Murong Chui dan Sun En. Saat itu, Yan Fei sedang meladeni Xu Dao Fu. Dalan sebuah serangan Yan Fei yang sebenarnya menang mengampuni nyawa Xu Dao Fu, tetapi dengan curang Xu Dao Fu membokongnya. Untung Tu Fung San yang tiba-tiba datang bersama Helian Bobo menangkis serangan itu di saat kritis dan membuka maksud jahat Xu Dao Fu. Ji Qian Qian yang mengetahui kecurangannya marah dan menyuruhnya pergi. Tu Fung San ternyata datang untuk menyampaikan tantangan terbuka kepada Yan Fei. Ternyata Liu Yu dan Ren Qing Di selamat dari tebing itu. Ren Qing Di lalu menjelaskan alasannya kenapa lebih memilih bekerja sama dengan Liu Yu yang notabene bawahan Xie Xuan daripada dengan Huan Xuan. Tapi tiba-tiba mereka mendengar ledakan tanda sebuah pertempuran telah terjadi. Yan Fei menyadari adanya persiapan penyerangan yang akan dilakukan Murong Chui ke tanah tak bertuan, dia juga tahu ada yang menyebarkan desas desus penyerangan itu sehingga menyebabkan kepanikan. Pertemuannya dengan Jiang Wen Qing justru membuat mereka tahu tugas dan fungsi mereka masing-masing. Liu Yu yang mendatangi tempat bekas pertempuran tahu bahwa bencana telah mendekati tanah tak bertuan karena dia menyadari kerjasama Murong Chui dan Sun En untuk menguasai tanah tak bertuan akan sangat sulit dibendung. Kesal dan bingung, dia naik ke sebuah kapal dan menantang semua orang, tetapi tanpa dinyana dia bertemu dengan seseorang yang berwibawa. Yi Qing Ya membujuk Gao Yan memberinya informasi. Terdorong rasa sukanya, diapun mengajak Yi Qing Ya ke tempat dimana kapal Murong Chui yang disiapkan untuk menyerang tanah tak bertuan lewat air. Saat Gao Yan berencana membakarnya, tiba-tiba dia dibokong oleh Yi Qing Ya. Di saat kritis itulah Gao Yan menyadari bahwa mata-mata Murong Chui dan Sun En di tanah tak bertuan adalah orang partai Dua Danau, Hao Zhang Ting. Yan Fei yang sedang bercengkerama dengan Tuoba Yi tiba-tiba didatangi dua konglomerat tanah tak bertuan, Hong Zhi Chun dan Raja senjata rahasia Jie Bie. Touba Yi pamit karena pernah salah paham dengan mereka. Ternyata keduanya berniat mendukung perjuangan Yan Fei mempertahankan tanah tak bertuan, Murong Zhan yang datang belakangan juga mengutarakan maksud yang sama. Liu Yu ternyata bertemu dengan pimpinan partai Da Jiang, Jiang Hailiu. Mereka lalu merundingkan kondisi gawat yang segera akan dialami oleh tanah tak bertuan. Yan Fei yang bertemu Ji Qian Qian mengutarakan keinginannya untuk tinggal di tanah tak bertuan apapun yang terjadi, hal yang bisa membuatnya pergi dari tanah tak bertuan hanyalah jika Ji Qian Qian ingin pergi dari situ, mendengar hal ini Ji Qian Qian menjadi terharu dan memutuskan tinggal menemani Yan Fei. Di luar perbatasan, Xu Dao Fu yang uring-uringan bertemu dengan kakak seperguruannya si Siluman Kelelawar Lu Dun dan merundingkan langkah berikutnya. Yan Fei yang menunggu detik pertempurannya dengan Tu Fung San dikejutkan dengan niat bunuh diri Zhuo Kuang Shen yang berhasil digagalkannya. Ternyata Zhuo Kuang Shen frustasi mendengar kematian junjungannya Ren Yao, dia juga memberitahu Yan Fei tentang kemungkinan serangan Murong Chui dan Sun En terhadap tanah tak bertuan. Yan Fei lalu meneruskan perjanjian pertarungan dengan Tu Fung San yang telah menunggunya, meski sempat terdesak, Yan Fei bisa membalikkan keadaan dan pedangnya telah mengancam leher Tu Fung San tanpa bisa dicegah. Liu Yu yang sedang bersama Jiang Hailiu dikejutkan serangan mendadak pasukan partai Dua Danau. Rute mereka dibocorkan oleh Hu Jiao Tian, kepercayaan Jiang Hailiu yang ternyata mata-mata partai Dua Danau. Jiang Hailiu segera menyuruh anak buahnya untuk mundur menyelamatkan diri. Dia sendiri dan Liu Yu ternyata telah ditunggu oleh ketua partai Dua Danau Nie Tian Huan serta ketua partai Huang He Tie Zhi Xin.

Volume 13[sunting | sunting sumber]

Ternyata, rencana persekutuan antara Huan Xuan dengan musuh bebuyutannya Nie Tian Huan untuk menguasai tanah tak bertuan dibuka dengan penyergapan Nie Tian Huan dan Tie Zhi Xing terhadap Liu Yu dan Jiang Hailiu, Huan Xuan bahkan berencana menghabisi orang kepercayaannya di tanah tak bertuan, Tu Fung San. Menyadari akan bahaya yang dihadapi, Jiang Hailiu justru menyuruh Liu Yu untuk pergi dan mencari bantuan ke Xie Xuan demi anaknya Jiang Wen Qing dan tanah tak bertuan. Jiang Hailiu juga membuka rahasia bahwa Xie An telah meramalkan Liu Yu sebagai anak langit yang akan membangun dinasti berikutnya. Tu Fung San berniat mati bersama Yan Fei setelah dia menyadari telah teracuni yang dia duga dilakukan bawahannya sendiri. Yan Fei yang menyadari gelagat bahwa musuhnya sudah kehilangan semangat hidup menyerangnya hingga masuk ke dalam menara lonceng kuno. Yan Fei yang keluar sendirian dengan pedang berlumuran darah membuat semua orang mengira dia menang dan Tu Fung San tewas. Namun tanpa disadari hadirin, Yan Fei justru menolong Tu Fung San dan menyembunyikannya di dalam menara. Jiang Hailiu yang memberikan separo tenaganya kepada Liu Yu menyadari dia takkan keluar hidup-hidup dari pertarungannya ini. Dengan tenaga tersisa dia mati-matian berusaha setidaknya membuat luka parah musuhnya. Meski dia berhasil untuk itu, tetapi dia akhirnya juga gugur dengan mengenaskan. Setelah bubar, Tu Fung San muncul kembali di hadapan semua pendekar yang setia pada tanah tak bertuan dan menyatakan diri sebagai sekutu Yan Fei, dia juga bermaksud menyelidiki siapa yang telah mengkhianatinya. Bo Jing Lei, bawahan yang telah meracuni Tu Fung San, tanpa curiga pergi ke dermaga untuk menemui Hao Zhang Ting. Yan Fei dan Tu Fung San yang membuntuti segera masuk dan berusah menangkap keduanya, tetapi dengan licin Hao Zhang Ting berhasil lolos dan bahkan menjebak Yan Fei dengan jala beracun. Liu Yu yang berusaha keluar dari kepungan bertempur habis-habisan dengan anak buah partai Dua Danau dan partai Huang He. Diapun pingsan terluka parah setelah berhasil menerobosnya. Tak dinyana dia justru ditolong oleh pujaan hatinya, Wang Dan Zhen. Di suatu tempat, Xie An menyadari bahwa waktunya telah habis dan keruntuhan dinasti Jing tinggal menunggu waktu saja. Yan Fei yang lolos dari jebakan jala beracun kembali berusaha menangkap Hao Zhang Ting namun gagal, sedangkan Tu Fung San berhasil menundukkan Bo Jing Lei dengan cepat. Yin Qi, anak buah Tu Fung San yang lain, segera membunuh Bo Jing Lei yang berusaha minta ampun. Kebersamaan dengan Wang Dan Zhen membuat cinta Liu Yu semakin dalam, tetapi perbedaan status tetap membuatnya minder. Saat tiba-tiba rombongan Wang Dan Zhen diserang, Liu Yu yang berjanji melindunginya justru mendapati kenyataan bahwa cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Pengkhianatan Hao Zhang Ting membuat semua orang menyadari bahwa Gao Yan yang jatuh cinta kepada Yi Qing Ya berada dalam bahaya besar. Jiang Wen Qing yang datang kemudian mengabarkan bahwa partai Da Jiang telah habis dan karena itu dia berniat bergabung dengan koalisi pendekar untuk membela tanah tak bertuan. Tuoba Yi juga mengutarakan maksud yang sama atas nama Tuoba Gui di utara. Tapi tiba- tiba Gao Yan muncul dan mengabarkan bahwa armada kapal Murong Chui telah dia bakar. Itu setidaknya bisa melegakan koalisi pendekar yang sedang menyusun rencana pertahanan. Ji Qian Qian yang diangkat sebagai pemimpin koalisi lalu memerintahkan para pendekar membuat desas desus terjadi kekacauan di tanah tak bertuan dan Tu Fung San berkhianat pada Yan Fei untuk memancing serangan dari Helian Bobo, dan itu berhasil. Yang menyerang rombongan Wang Dan Zhen ternyata Sima Yuan Xian. Liu Yu yang tahu hal itu segera menyusun strategi untuk melenyapkan penyerangnya, dan pasukan Sima Yuan Xian berhasil dibuat kocar kacir oleh Liu Yu yang dengan terpaksa harus dihadapi sendiri oleh Siam Yuan Xian. Pasukan Helian Bobo yang terlambat menyadari adanya jebakan dibuat mati kutu oleh koalisi pendekar. Ji Qian Qian lalu menyuruh Yan Fei melenyapkan Helian Bobo untuk meminimalisir korban. Namun saat Helian Bobo sudah tiada harapan tiba-tiba muncul wanita bertopeng yang menyerang Yan Fei dan membantunya membalik keadaan. Di luar tanah tak bertuan, Murong Chui yang sedang mempersiapkan pasukannya didatangi oleh orang terkuat selatan sekaligus mitranya, Sun En

Volume 14[sunting | sunting sumber]

Untuk menentukan siapa yang berhak lebih dulu masuk ke tanah tak bertuan, Sun En dan Murong Chui melakukan adu jurus yang ternyata dimenangkan Sun En, meski secara diam-diam Murong Chui mengurangi tenaga. Helian Bobo dan wanita misterius yang menolongnya melarikan diri setelah gagal merobohkan Yan Fei. Penyerangannya ke tanah tak bertuan gagal total. Gao Yan menjadi uring-uringan setelah Yan Fei menjelaskan bahwa kemungkinan Yi Qing Ya-lah yang telah membokongnya. Dalan strateginya, Ji Qian Qian mengutus Murong Zhan menyampaikan tantangan untuk pimpinan pasukan Tian Shi yang bersiap menyerang tanah tak bertuan, tantangan ini tak pelak membuat Xu Dao Fu panas dan segera menyanggupinya. Xie An yang merasa sudah tiba waktunya, menyerahkan wasiat yang harus diserahkan kepada Liu Yu, segera setelah itu dia pergi meninggalkan dunia dengan senyuman. Tantangan yang dimaksudkan Ji Qian Qian ternyata adalah adu simulasi strategi perang. Xu Dao Fu yang merasa di atas angin menyanggupi tanpa pikir panjang. Ji Qian Qian yang ditemani Tu Fung San beradu argumen perang dengan Xu Dao Fu yang ditemani Lu Dun. Yan Fei sendiri yang berusaha mencari tahu basis pasukan Murong Chui ternyata memergoki pertemuan antara istri pemimpin aliran Mi Lek Ni Hui Hui dengan 2 muridnya Helian Bobo dan Hu Pei, tetapi dia segera pergi setelah Ni Hui Hui merasakan kehadirannya. Liu Yu yang berusaha menjauhi Wang Dan Zhen harus menerima kenyataan pahit dikatakan sebagai pengecut oleh wanita pujaannya itu. Tujuan dari perang simulasi itu ternyata adalah untuk membuka mata pasukan Tian Shi bahwa mereka telah dimanfaatkan Murong Chui sebagai pembuka jalan dan ujungnya tentu akan dihancurkan juga olehnya. Menyadari itu, Xu Dao Fu segera memerintahkan pasukan Tian Shi untuk mundur dan mengatur ulang strategi. Yan Fei tiba-tiba dihadang oleh Sun En yang mengetahui keberadannya melalui merpati Ni Hui Hui. Sun En merasa dengan melenyapkan Yan Fei akan menutupi kegagalannya membunuh Liu Yu. Liu Yu sendiri akhirnya mengetahui mangkatnya Xie An saat memasuki kota utara Guan Ling. Sedih, kelelahan, serta sambutan Xie Xuan yang mengatakan kecewa dengannya membuatnya pingsan saat itu juga. Yan Fei mati-matian menghadapi ilmu Sun En yang nyata-nyata setingkat berada di atasnya. Meski begitu dia tetap harus menghadapi kenyataan tumbang di tangan orang tersakti di selatan itu. Alasan Xie Xuan mengatakan kecewa dengan Liu Yu ternyata untuk mengelabui seorang pengkhianat dan mata-mata yang bercokol di benteng utara, orang itu tidak lain adalah jenderal Liu Lao Zhi. Liu Yu mendapati dirinya dirawat oleh Song Bei Feng, surat dari Wang Dan Zhen yang mengajaknya kawin lari semakin membuatnya bimbang. Di menara bahwa dia telah menjadi tawanan Murong Chui. Dialah alasan sebenarnya kenapa Murong Chui ngotot menyerang tanah tak bertuan.

Volume 15[sunting | sunting sumber]

Wang Dan Zhen gelisah menunggu kedatangan Liu Yu. Di tempat lain, Ji Qian Qian yang sedih mendengar kematian Yan Fei terus memanggil namanya. Ajaib, panggilan itu membuka tenaga sebelum lahir milik Yan Fei dan menyembuhkan semua nadinya yang hancur, ilmunya juga meningkat setingkat lebih tinggi dari sebelumnya. Indranya yang menjadi lebih peka mengirim kabar ke Ji Qian Qian bahwa dia belum mati. Sun En ternyata berniat membikin dinasti baru pengganti Jing dengan Xu Dao Fu sebagai raja dan Lu Dun sebagai pemimpin aliran agama utama kerajaan. Tapi dia segera pergi begitu menyadari bahwa Yan Fei ternyata hidup kembali. Yan Fei yang mengejar arah perginya Murong Chui justru menyelamatkan Gao Yan, dia lalu meneruskan pengejaran dan bertemu dengan Tu Fung San dan Murong Zhan yang melakukan pengintaian ke armada Murong Chui. Tanpa pikir panjang Yan Fei langsung menyatroninya sendirian. Liu Yu yang putus harapan pergi memenuhi janjinya dengan Wang Dan Zhen, tetapi di tengah jalan dicegat oleh jenderal Xie Xuan yang sekali lagi mengatakannya pengecut jika lari dari tugas, diapun menyerahkan wasiat terakhir Xie An kepada Liu Yu yang berisi ramalan bahwa dialah anak langit selanjutnya. Xie Xuan lalu mengajari Liu Yu ilmu golok dan mewarisinya tenaga dalam tingkat tinggi, tetapi setelahnya Xie Xuan ambruk muntah darah tanda terluka dalam, ternyata malam sebelumnya dia dibokong oleh Zhu Fa Qing yang membuat putus nadi jantungnya sehingga hidupnya tinggal 3 bulan. Melihat kenyataan ini, dengan bulat Liu Yu memilih untuk berjuang demi negara dan meninggalkan angan percintaannya. Murong Chui sendiri turun tangan menghadang yan Fei yang berani menyerang armadanya sendirian. Pertempuran singkat menunjukkan bahwa ilmu mereka telah berimbang, tetapi Yan Fei lebih memilih menerobos kapal dan menyelamatkan Ji Qian Qian. Murong Chui yang merasa terhina mengejar Yan Fei yang terpaksa mengalihkan Ji Qian Qian ke Tu Fung San dan kembali meladeni Murong Chui. Liu Yu yang memutuskan kembali ke tanah tak bertuan seperti permintaan Xie Xuan ternyata telah dinanti oleh Zhu Fa Qing. Pertempuran tak seimbang terjadi dan hanya dalam beberapa gebrakan Liu Yu telah terluka parah. Murong Chui yang murka mengerahkan seluruh kemampuannya termasuk ilmu sesat Kiat Iblis andalannya, tetapi tetap saja tidak mampu mengalahkan Yan Fei. Akhirnya dia menggunakan cara licik dengan menyandera Xiao Shi dan mengancam akan menyiksanya, itu melemahkan Ji Qian Qian yang terpaksa kembali ke kapal. Tu Fung San yang mengagungkan kegagahan muak melihat kelakuan penguasa utara itu. Yan Fei berjanji akan mencari Ji Qian Qian setelah berhasil merebut kembali tanah tak bertuan. Liu Yu yang berada di ujung tanduk mendapat batuan dari 3 sahabatnya sekaligus; Jiang Wen Qing, Zhuo Kuang Sheng, dan Hu Lei Fang. Sementara di tanah tak bertuan, kekuasaan dibagi oleh 2 orang, Xu Dao Fu dari pihak Tian Shi dan Tie Zhi Xin dan wakilnya Zong Zhang Liang dari pihak Yan. Mereka memaksa para penduduk tanah tak bertuan untuk bekerja keras karena ternyata harta tanah tak bertuan telah dipindahkan oleh Ji Qian Qian. Meski dikeroyok 4 orang, Zhu Fa Qing ternyata tidak keder. Bahkan keempat pengeroyoknya yang dia bikin luka parah. Tapi niatnya untuk melenyapkan Liu Yu akhirnya tetap saja gagal setelah dia terpaksa harus kabur karena dibokong seseorang menggunakan jarum yang beracun ganas. Liu Yu dan Zhuo Kuang Sheng menyadari bahwa penolong mereka adalah Ren Qing Di, tetapi mereka tidak bisa berkata apa-apa. Tapi bukan perkara mudah untuk membunuh Zhu Fa Qing karena dia hanya butuh 2 jam untuk mengeluarkan racun ganas itu, tak lama kemudian istrinya Ni Hui Hui datang. Ji Qian Qian yang tidak bisa berhenti memikirkan Yan Fei akhirnya jatuh sakit. Di tempat lain, Yan Fei bertemu kembali dengan Liu Yu dan mereka saling mengagumi pengalaman masing-masing. Tiba-tiba Gao Yan datang dan mengabarkan bahwa Xu Dao Fu dan Tie Zhi Xin akan mengeksekusi 6.000 penduduk tanah tak bertuan.

Volume 16[sunting | sunting sumber]

Liu Yu tidak begitu saja percaya dengan berita rencana eksekusi itu dengan beberapa alasan yang masuk akal. Dia bahkan berencana memanfaatkan berita itu untuk membangkitkan semangat para tahanan. Tapi untuk itu dia membutuhkan Yan Fei untuk bisa menangkap otak dibalik semua itu, Xu Dao Fu. Saat berhasil menyelinap ke markas musuh, tanpa dinyana Xu Dao Fu yang mabuk justru bia dengan tepat menyerang Yan Fei yang sedang bersembunyi. Ji Qian Qian yang sedang kurang sehat justru diberitahu Murong Chui tentang mangkatnya Xie An, hal ini menambah kekalutannya yang berdampak pada kesehatannya yang semakin memburuk. Apalagi belakangan dia sudah tidak bisa lagi berkomunikasi telepatis dengan Yan Fei seperti biasanya. Karena serangan Xu Dao Fu tidak mengandung hawa pembunuh, Yan Fei tidak jadi membalasnya. Ternyata Xu Dao Fu sudah tahu bahwa hanya Yan Fei yang bisa datang menangkapnya. Tapi anehnya Xu dao Fu justru memberikan semua kunci borgol para tahanan dengan sebuah syarat rahasia, dan Yan Fei menyanggupinya. Setelah memberikan kunci itu ke kepala tahanan, Yan Fei bergegas mengabari teman-temannya untuk segera bersiap menyerbu tanah tak bertuan. Xu Dao Fu dengan licin mengatakan kepada Tie Zhi Xin bahwa Yan Fei dan koalisi pendekar tanah tak bertuan telah masuk perangkapnya, dia sendiri akan segera pergi untuk mempersiapkan pasukannya. Dengan pencaya diri Tie Zhi Xin menanti serangan dari koalisi pendekar, tetapi saat serangan benar-benar terjadi, ternyata Xu Dao Fu telah pergi jauh meninggalkan tanah tak bertuan melalui jalan air. Menyadari telah disiasati oleh Xu Dao Fu, Tie Zhi Xin hanya bisa mendongkol dan berniat pergi. Tapi dia harus terlebih dahulu menghadapi Yan Fei yang menghadangnya. Kalah kelas, Tie Zhi Xin tumbang di tangan Yan Fei dengan kepala terpenggal. Melihat pemimpinnya tewas, pasukan Yan kocar kacir dan tanah tak bertuan kembali berada dalam genggaman koalisi pendekar. Tapi saat kemenangan ini dirayakan, Yan Fei memutuskan untuk langsung pergi menolong Ji Qian Qian, karena itulah satu-satunya syarat yang diajukan oleh Xu Dao Fu. Di suatu tempat, Sun En sedang berusaha meningkatkan Dafa Langit Kuningnya ke tingkatan yang lebih tinggi. Pang Yi dan Gao Yan ternyata diam-diam pergi menyusul Yan Fei. Setelah tanah tak bertuan kembali seperti semula, Liu Yu berpamitan ke Jiang Wen Qing untuk kembali ke pasukan benteng utara Jing. Yao Men, pemuda lokal berbakat yang menjadi motor serangan para tahanan, diangkat menjadi pimpinan baru suku Yewo. Di selatan, Sun En mendengar kabar dari Lu Dun bahwa Huan Xuan sedang berusaha mencari sekutu, dia antara yang diincar adalah pejabat tinggi Wang Gong dan Yin Shong Kan. Yan Fei yang sedang membantu Pang Yi meningkatkan kemampuannya mendapat kabar dari Gao Yan kalau utara sedang bergolak hebat, perebutan kekuasaan terjadi antara Fu Jian, Yao Wang dan Murong Chui. Jika perang berjalan seperti yang dibayangkan Yan Fei, maka Murong Chui akan keluar sebagai pemenang dan tentu semakin sulit merebut kembali Ji Qian Qian. Yan Fei menganggap jalan satu-satunya untuk merusak skenario adalah dengan membantu Tuoba Gui menjadi penguasa utara dan imbal baliknya bantuan untuk mengambil Ji Qian Qian. Liu Yu yang berada di benteng utara diawasi dengan ketat oleh Liu Lao Zhi, suatu hari dia mendatangi undangan salah satu hartawan terkaya kota Guang Ling, Kong Jing, siapa sangka itu ternyata jebakan untuk membunuhnya. Yan Fei yang ke utara malah secara tak sengaja mengetahui Qifu Guo Ren yang kini menjadi bawahan Murong Chui sedang berencana menyergap Tuoba Gui. Meski serangan itu sempat melukai Touba Gui tetapi bantuan Yan Fei mampu mengubah keadaan. Qifu Guo Ren yang belum menyadari perkembangan pesat Yan Fei terpaksa harus rela tewas dengan tangan dan kaki lepas. Liu Yu ternyata mendapat pertolongan dari Kong Jing, sadarlah dia bahwa penyerangnya adalah sesama orang benteng utara. Kong Jing lalu mengajak kerjasamanya menjalin hubungan bisnis dengan tanah tak bertuan, tetapi Liu Yu memberinya proposal lebih baik, dia akan menjadikan Kong Jing sebagai perwakilan tanah tak bertuan di selatan, dengan gembira Kong Jing menerimanya. Liu Yu sendiri otomatis maju selangkah dalam usahanya memperkuat persekutuan. Yan Fei yang berhasil menolong Tuoba Gui merencanakan cara menolong Ji Qian Qian yang ditawan di kota Yin Min Yang. Tuoba Gui rencananya akan menyerang kota sebelahnya Ping Cheng untuk menarik Murong Chui keluar dari Min Yang, lalu Yan Fei akan masuk dan mengambil Ji Qian Qian. Ren Qing Di tiba-tiba muncul di hadapan Liu Yu dan membeberkan kekeruhan politik negeri Jing, dia juga terus menggoda birahi Liu Yu. Tapi godaan itu buyar saat Wei Yong Zhi mengabarkan pada Liu Yu bahwa jenderal besar Xie Xuan telah mangkat. Dalam perjalanan, rombongan Yan Fei tiba-tiba diserang oleh segerombolan orang gila. Yan Fei yang merasakan ketidakberesan berusaha mencari tahu sebabnya, benar saja, Ni Hui Hui tiba-tiba muncul dan menyerangnya.

Volume 17[sunting | sunting sumber]

Serangan Ni Hui Hui terhadap Yan Fei ternyata hanyalah ilusi. Menyadari takkan mampu melindungi Pang Yi dan Gao Yan dari musuh yang hebat ini, dia menyuruh mereka berdua untuk kembali ke tanah tak bertuan. Ni Hui Hui sendiri meneruskan pengejarannya terhadap Yan Fei dan menyuruh Hu Pei untuk menghancurkan partai Tai Yi. Liu Yu dipanggil oleh Liu Lao Zhi dan menjelaskan keadaan benteng utara, rupanya usaha terakhir jenderal Xie Xuan untuk meredakan kecurigaan Liu Lao Zhi terhadap Liu Yu berhasil baik. Liu Yu lalu menemui Song Bei Feng yang secara mengejutkan diamanati Xie Xuan untuk menjadi pelindung Liu Yu jika dia meninggal, tiba-tiba Song Bei Feng mengetahui adanya penyusup dan menyerangnya, ternyata penyusup itu adalah putri tunggal raja pengolah Tan, An Yu Qing. Yan Fei yang menutup jalan tenaganya terus masuk ke hutan untuk memancing Ni Hui Hui, siapa sangka dia justru masuk ke wisma kosong hancur berantakan puing markas besar partai Tai Yi dan bertemu dengan legenda hidup, raja pengolah Tan nomor satu An Shi Qing. Dia lalu menyerang Yan Fei tanpa alasan yang membuatnya terpojok dan jatuh ke jurang. Kedatangan An Yu Qing ternyata berniat baik, dia memperingatkan tentang kelicikan Ren Qing Di musuh besarnya yang kini tampaknya akan bergabung dengan Huan Xuan. Dia juga memberitahu bahwa topeng setan sebenarnya adalah ayahnya sendiri. Yan Fei menggunakan segenap kemampuannya untuk tidak jatuh dan kembali ke atas. Mereka berdua lalu bertarung hingga sama-sama terluka parah. Duel itu baru terhenti setelah Yan Fei memberitahu bahwa pertarungan mereka hanya akan menjadi keuntungan pihak ketiga yakni Ni Hui Hui. Yan Fei lalau memotong jembatan gantung satu-satunya jalan masuk untuk mencegah Ni Hui Hui. Saat berunding mencari jalan keluar, An Shi Qing ingat ada goa di bawah tebing. Namun saat berhasil mencapainya dia kembali membokong Yan Fei yang anehnya diselamatkan lagi setelah tak sengaja berteriak Tan Jie. Mereka lalu menemukan jalan keluar yang dibuat oleh Jiang Ling Xu. Ni Hui Hui yang berhasil mengejar hanya menemukan gua kosong melompong. Di persembunyian, Yan Fei justru membantu penyembuhan An Shi Qing yang mengaku keracunan Tan hingga watak dan sifatnya berubah. An Shi Qing pergi setelah berjanji akan menjadi sekutu yang berguna bagi Yan Fei yang tanpa sadar telah naik satu tingkat lagi ilmunya. Song Bei Feng bisa menangkap sebab keresahan Liu Yu dalam perjalanan mereka menuju tanah tak bertuan. Dia menyarankan Liu Yu untuk menjadi besar dulu, baru kemudian mengejar Wang Dan Zhen. Liu Yu mafhum bahwa perbedaan status mereka memang hanya bisa diatasi dengan cara itu. Yan Fei yang telah sampai di Min Yang ternyata berbarengan dengan Ni Hui Hui dan rombongannya. Yan Fei lalu menyusup ke barang hadiah yang dikirim ke Murong Chui dan terbawa masuk ke dalam kota. Malamnya dia segera mendatangi Ji Qian Qian. Menyadari tidak akan bisa membawa mereka pergi, Yan Fei mengajari Ji Qian Qian ilmu kontak batin bernama Ilmu Membangun Dalam 100 Hari. Tapi karena menggunakan tenaga, keberadaannya segera diketahui oleh Ni Hui Hui yang dengan beberapa pengikutnya serta bawahan terbaik Murong Chui dia menunggu Yan Fei di luar kediaman Ji Qian Qian. Liu Yu yang membawa Kong Jing sampai di tanah tak bertuan, tak lama dia lalu ditemui oleh orang terakhir dari partai Tai Yi, Feng Shan, yang bermaksud untuk bergabung dengan kolisi pendekar dan menceritakan bahwa partainya dibantai habis oleh agama Mi Lek dan sasaran Zhu Fa Qing selanjutnya adalah tanah tak bertuan. Liu Yu dan beberapa tokoh melakukan konsolidasi untuk membentuk pasukan tempur yang lebih mumpuni. Tahu telah dicegat, tak ada pilihan lain bagi Yan Fei selain melakukan konfrontasi langsung menghadapi 3 jagoan terbaik bawahan Murong Chui; Feng Niang, Na Lan Yuan Hao dan Ah Lu Huan, ditambah Ni Hui Hui dan 3 dari 4 pelindung hukum agama Mi Lek; Zhu Wu Wei, Zhu Ban Dou dan Zhu Shu Sheng. Tak pelak dirinya segera menjadi bulan-bulanan, tetapi dalam keadaan setengah sadar, tenaga sebelum lahir mengambil alih gerakannya yang bahkan mampu menewaskan Zhu Shu Sheng. Feng Shan yang gembira diterima di tanah tak bertuan bermaksud mengabari anggota Tai Yi yang tersisa di kota, tetapi ternyata semuanya telah tewas di tangan murid terakhir Zhu Fa Qing, Yao Xing. Karena geram Feng Shan berniat adu jiwa dengan musuhnya itu tetapi kalah kelas membuatnya tewas dengan cepat. Masih setengah sadar Yan Fei bangun di tengah hujan salju di luar Min Yang, tiba-tiba Feng Niang datang dan mencengkeram lehernya serta menanyakan apa hubungannya dengan ketua partai iblis terdahulu, Mo Yi Ming.

Volume 19[sunting | sunting sumber]

Yan Fei dan koalisi pendekar perhasil menggerebek Zhu Fa Qing dan Ni Hui Hui, tetapi keduanya berhasil kabur dan dikejar oleh Yan Fei. Sementara itu pasukan tanah tak bertuan yang di atas angin terus mengejar pasukan Mi Lek yang kocar kacir dan berusaha melarikan diri. Namun saat pengejaran telah sampai di kamp musuh, koalisi pendekar baru menyadari bahwa mereka dipancing keluar oleh musuh. Jalan untuk kembali telah tertutup karena tanah tak bertuan telah jatuh ke tangan Yao Xing. Pelarian Zhu Fa Qing pun sebenarnya tipuan karena begitu telah jauh dia berbalik menyerang Yan Fei dengan sekuat tenaga, akibatnya Yan Fei terluka parah dan tercebur ke sungai. Liu Yu karena geram dan putus asa bermaksud bunuh diri namun berhasil dicegah oleh Jing Wen Qing. Dalam semalam, separo penduduk tanah tak bertuan habis dibantai oleh pasukan Mi Lek. Yan Fei yang selamat menyadari bahwa giok inti hati yang dibawanya ternyata berhubungan dengan giok hati langit dan bumi di tangan Zhu Fa Qing. Yan Fei berencana memancing Zhu Fa Qing ke suatu tempat melalui ketiga giok itu. Sisa-sisa koalisi pendekar tanah tak bertuan berkumpul untuk merundingkan langkah berikutnya. Song Bei Feng dan Tu Fung San berencana mencari Liu Yu untuk kembali ke benteng utara dan mencari bantuan. Tuoba Yi kembali ke utara untuk konsentrasi membantu Tuoba Gui sebelum kembali lagi kelak. Sementara sisanya akan berusaha mengumpulkan kembali pasukan tanah tak bertuan yang tercerai berai. Yan Fei menunggu kedatangan Zhu Fa Qing sambil menyembuhkan luka dalamnya, dia dengan cepat bisa sembuh karena pengetahuannya yang tinggi tentang Tan serta pil ajaib yang diberi oleh An Shi Qing. Benar saja Zhu Fa Qing datang dan sempat terheran-heran dengan kondisi Yan Fei yang segar bugar. Yan Fei berniat menghancurkan giok inti hati namun dihalang-halangi oleh Zhu Fa Qing. Meski berhasil mendapatkan giok itu tetapi dilepaskan lagi karena saling menolak dengan tenaganya. Diapun lalu berusaha mengenyahkan Yan Fei secepat mungkin dengan menggunakan ilmu terbaiknya tetapi semakin heran karena setiap kali Yan Fei selalu berhasil lolos. Ji Qian Qian yang sedang melatih ilmu barunya ternyata dipergoki oleh Feng Niang. Ji Qian Qian yang takut Feng Niang akan melenyapkan ilmunya memohon sampai menangis. Tapi herannya Feng Niang justru pura-pura tidak tahu dia sedang melatih apa dan pergi meninggalkannya. Di Jing Zhou, Huan Xuan yang sedang ditemani penasehatnya Hou Liang Sheng didatangi oleh Ren Qing Di yang menawarinya kerjasama, Ren Qing Di berjanji akan memberinya hadiah yang pasti disukai Huan Xuan, kepala raja Jing Sima Yao. Pertarungan Yan Fei melawan Zhu Fa Qing memasuki tahap penentuan. Karena terlihat lemah, serangan Yan Fei kurang ditanggapi serius, akibatnya dia harus meregang kehilangan nyawa dengan kepala terpenggal. Ni Hui Hui yang mengetahui hal itu bersumpah untuk menuntut hutang darah, tetapi Yan Fei sudah keburu pergi dengan membawa kepala Zhu Fa Qing. Para pendekar tanah tak bertuan yang tersisa justru mendapat bantuan dari hartawan Kong Jing untuk bisa bangkit kembali, mereka merencanakan membangun kekuatan secara sembunyi di alur sungai pengantin. Ni Hui Hui membawa mayat Zhu Fa Qing ke tanah tak bertuan untuk mendapatkan penghormatan terakhir, siapa sangka dia justru dibokong oleh Yao Xing meski akhirnya sama-sama terluka hebat, tetapi nyawa Ni Hui Hui selamat karena dia dibawa kabur oleh putrinya Zhu Wu Xia. Tapi Yao Xing berhasil mengambil kitab utuh ilmu 10 Tapak Mahayana yang tertato di badan Zhu Fa Qing. Rencana dijalankan, Tu Fung San dan Song Bei Feng pergi menemui biksu besar Zhi Dun, sedangkan Liu Yu menemui jenderal Hu Bin untuk mengetahui situasi. Hu Bin yang memberitahunya bahwa Zhu Fa Qing telah mati di tangan Yan Fei menganggap inilah saat yang tepat bagi Liu Yu untuk tampil, tetapi Liu Yu sempat kaget saat Hu Bin memberitahu bahwa syarat bagi Wang Gong untuk bisa bersekutu dengan Huan Xuan adalah menjadikan Wang Dan Zhen putrinya sebagai selir Huan Xuan. Yan Fei pergi ke Jian Jang untuk menemui biksu Zhi Dun, di sana dia mendengar kabar bahwa raja Jing Sima Yao telah mangkat serta Sima Dao Zi yang akan mengeksekusi orang-orang tanah tak bertuan. Yan Fei lalu bermaksud menemui dua sahabatnya Tu Fung San dan Song Bei Feng yang juga berada di sana dan bersembunyi, tetapi saat mendatangi persembunyian mereka, Yan Fei justru menyaksikan mereka berdua dipermainkan hingga terluka parah oleh seseorang.

Volume 20[sunting | sunting sumber]

Tu Fung San dan Song Bei Feng ternyata diserang oleh orang bertopeng yang memakai ilmu Cakar Iblis Langit,]. Yan Fei yang tidak bisa tinggal diam langsung menyerang orang itu. Dalam beberapa gebrakan orang itu mundur dan mengaku hanya ingin menjajal Yan Fei yang mampu menumbangkan Zhu Fa Qing, orang itu ternyata adalah pengawal terkuat Sima Dao Zi, Chen Gong Gong yang segera pergi setelah itu. Saat berdiskusi, Tu Fung San mendapat ide untuk bisa menyelamatkan orang-orang tanah tak bertuan yang akan dieksekusi Sima Dao Zi. Ren Qing Di memaksa Liu Yu untuk menemuinya di kuil tua, ternyata dia ingin mendapat kepastian bahwa 3 giok akan dikembalikan kepadanya. Tapi Liu Yu menjadi waspada saat menyadari Ren Qing Di punya keinginan untuk membunuhnya yang dianggap tidak lagi berguna karena sudah mendapat Huan Xuan sebagai beking. Liu Yu lolos dengan alasan akan mencari Yan Fei dan memintakan giok itu padanya. Dia lalu merundingkan keadaan yang terjadi dengan 3 sahabatnya plus biksu Zhi Dun. Ternyata rencana Tu Fung San adalah menculik Sima Yuan Xian dan menukarnya dengan tawanan dari tanah tak bertuan. Sayangnya rencana ini bocor dan Yan Fei mendapati dirinya telah terkepung oleh Chen Gong Gong dan anak buahnya saat memasuki kediaman Sima Yuan Xian, tetapi keduanya menarik diri karena menyadari tak akan ada pemenang dalam pertempuran mereka. Sima Yuan Xian sendiri sedang bersembunyi di sebuah kapal mewah, siapa sangka Liu Yu dan Tu Fung San menyatroninya karena ternyata bisa menebak hal itu dan punya rencana ganda. Dengan mudah mereka menawan Sima Yuan Xian. Yan Fei yang lolos dari kepungan bertemu dengan An Yu Qing yang memberitahunya tentang liku-liku perebutan 3 giok hati langit antara ayahnya, Jiang Ling Xiu, dan Sun En yang ternyata saudara seperguruan. Ketiga giok itu diperebutkan karena disebut-sebut menjadi pintu untuk menjadi dewa. Tapi An Yu Qing sedikit kecewa karena Yan Fei kelihatan kurang tertarik, dia lalu pergi dengan alasan membantu Song Bei Feng. Yan Fei lalu diberi tugas oleh Tu Fung San untuk mengantarkan pedang Sima Yuan Xian ke Sima Dao Zi sebagai tanda bahwa anaknya telah ditawan. Di tengah jalan dia tiba-tiba diserang oleh nyonya Man Miao yang dalam keadaan sekarat, di ujung ajal dia bercerita telah meracuni Sima Yao tetapi kemudia dikhianati oleh Huan Xuan. Setiba di kediaman Sima Dao Zi dia justru ditawari kerjasama oleh tuan rumah dengan jaminan kebebasan tanah tak bertuan beserta penduduknya dan melepaskan status hukuman mati Liu Yu, imbal baliknya Yan Fei harus memastikan tanah tak bertuan tidak direbut oleh partai Dua Danau dan pasukan benteng utara mampu menahan laju pasukan Huan Xuan. Berkat bimbingan Tu Fung San, Sima Yuan Xian justru menyadari kebodohan dan kesombongannya selama ini dan bertekad menjadi pendekar besar tanpa mengandalkan namanya. Yan Fei yang menelusuri jejak Song Bei Feng justru harus menghadapi Sun En meski pertarungan mereka akhirnya digagalkan oleh tentara kerajaan. Dengan mengandalkan kepekaan giok, dia lalu mendatangi tempat Ni Hui Hui berada meski tahu Sun En terus menguntitnya. Liu Yu dan Jiang Wen Qing yang sedang bercengkerama didatangi Gao Yan yang mengabarkan bahwa armada partai Dua Danau yang dipimpin Hao Zhang Ting sedang menuju tanah tak bertuan. Liu Yu tiba-tiba mendapatkan ide brilian untuk melakukan penyergapan 3 hari kemudian di sungai Huai. Yan Fei bergerak mengikuti instingnya menuju kuil tempat Ni Hui Hui dan menemuinya di sana. Ni Hui Hui lalu membeberkan rahasia dirinya yang ternyata putri dari mahaguru Tao yang menjadi guru Sun En, Jiang Ling Xu, dan An Shi Qing. Dia juga membuka rahasia munculnya pintu dewa Dong Tian Fu Tie melalui 3 giok pusaka. Demi membantu keinginan Ni Hui Hui menuju ruang hampa, dia mencoba menggabungkan 3 giok pusaka itu untuk memunculkan pintu dewa. Kejadian itu juga dirasakan oleh Sun En yang menunggu di luar.

Volume 21[sunting | sunting sumber]

Dua kutub giok ternyata saling menolak untuk digabungkan, Yan Fei lalu berusaha sekali lagi dengan sekuat tenaga tetapi digagalkan oleh serangan Sun En yang membokongnya dari belakang. Ternyata yang dimaksud ide brilian itu adalah penyergapan dengan menggunakan panah penghancur naga milik raja senjata Ji Bie untuk menenggelamkan kapal terkuat milik Hao Zhang Ting. Tapi itu saja tidak cukup, dibutuhkan ketepatan serta keberuntungan besar untuk melakukan rencana ini, hanya saja Liu Yu berhasil menjalankannya dengan sangat baik sehingga armada partai Dua Danau dalam sekejap hancur dimakan api. Armada Jiang Wen Qing yang sudah bersiap segera memberesi sisanya. Sun En yang menyerang mendadak berhasil merampas salah satu kutub giok, tetapi Yan Fei yang kepalang basah justru melempar giok satunya yang telah dilambari kekuatan Tan Jie ke arah Sun En yang menerimanya dengan menghadangkan giok satunya. Tapi keajaiban terjadi, benturan dua kekuatan besar justru menyatukan giok dan memunculkan ruang hampa pintu dewa Dong Tian Fu Tie meski hanya sekejap. Penyatuan itu menimbulkan ledakan besar yang mampu menciptakan lubang besar di tanah dan meratakan kuil, Yan Fei dan Sun En terluka parah, Ni Hui Hui meninggal dunia setelah sempat berwasiat ke Yan Fei untuk dikuburkan di tempat itu juga. Tak lama, Yao Xing dan kelompoknya muncul terpancing oleh bunyi ledakan, Yan Fei yang terluka parah tidak mampu melawan Yao Xing dan berhasil dirobohkan. Koalisi pendekar di persembunyian merayakan keberhasilan menghancurkan armada Dua Danau. Liu Yu bahkan semakin diyakinkan oleh Jiang Wen Qing dan Zhuo Kuang Sheng bahwa dirinyalah anak langit yang sebenarnya dengan keberuntungan itu. Tapi rencana penyerbuan ke tanah tak bertuan menemui kendala saat Ji Bie memberitahu mereka bahwa Yao Xing telah membuat senjata jebakan kabut beracun Dao Re Feng. Yao Xing membuat kesalahan dengan tidak membunuh Yan Fei dan hanya mengurungnya. Akibat kejadian terbukanya pintu dewa, kemampuan Yan Fei bertambah lagi setingkat. Dalam kurungan dia justru berhasil menciptakan satu tahap baru ilmu tanpa tanding bernama Rahasia Pintu Dewa. Dengan mudah dia meloloskan diri dari tempat itu dan Yao Xing hanya bisa marah dan menyesalinya. Yan Fei lalu mendapat ide dan mengabari koleganya untuk segera menyerang tanah tak bertuan dalam 3 hari ke depan. Di Jing Zhou, Huan Xuan marah besar pada Nie Tian Huan atas kekalahan armadanya tetapi berhasil ditenangkan penasehatnya Hou Liang Sheng. Sepeninggal Nie Tian Huan, Huan Xuan lalu berbicara pendek dengan orang misterius di dalam ruangan itu yang memperkenalkan diri sebagai ketua partai iblis yang kabarnya telah musnah. Saat menuju kamarnya, Huan Xuan syok melihat selir kesayangannya, Wang Dan Zhen, menggantung diri karena tak tahan atas penghinaan yang dideritanya. Yan Fei pura-pura mabuk dan memancing Yao Xing untuk menyerangnya, saat itu terjadi dia berkelit dan segera pergi dari tempat itu. Ternyata serangan Yao Xing diarahkan Yan Fei untuk mengenai bangunan di belakangnya yang penuh dengan Dao Re Feng, akibatnya sangat mengerikan, pasukan Yao Xing bertumbangan di mana-mana. Koalisi pendekar yang menyaksikan dari jauh terkesima dengan ide Yan Fei, apalagi setelah itu hujan turun dan menghilangkan kabut racun, mereka menganggap Yan Fei layaknya dewa karena tahu gerakan alam. Penyerbuan untuk merebut tanah tak bertuan kali ketigapun berjalan dengan sangat mudah. Setelah bereuni dengan koleganya di menara lonceng kuno, Yan Fei memutuskan untuk mengejar Yao Xing demi menuntaskan duri agar tidak menjadi onak kelak. Markas partai Dua Danau mandi darah. Seluruh penghuninya habis di tangan satu orang saja, ketua partai iblis Xiang Yu Tian. Ternyata bisikan Huan Xuan adalah tentang ini. Hao Zhang Ting yang tidak mengira adanya serangan ini harus terima kenyataan mati dalam satu jurus. Nie Tian Huan yang lari bersama Yi Qing Ya dihadang oleh Wan Qi Ming Yao, meski sempat menitipkan lambang partai dan menyuruh Yi Qing Ya kabur sejauh mungkin, Nie Tian Huan akhirnya tumbang di tangan wanita cantik misterius itu. Yan Fei yang berhasil mengejar Yao Xing dihadang oleh 3 tetua partai iblis yang sudah berusia seratusan tahun dan sepertinya ada hubungan guru murid dengan Zhu Fa Qing. Pertempuran hidup mati tak terelakkan. Sebenarnya Yan Fei sudah hampir patah semangat, tetapi kedatangan Ji Qian Qian melalui ilmu telepati membangkitkan semangatnya, dengan susah payah dia berhasil menumbangkan ketiganya meski dia sendiri terluka parah. Keder dengan kenyataan itu Yao Xing buru-buru minggat secepatnya. Liu Yu yang sedang mengawasi pembangunan kembali tanah tak bertuan bagai disambar petir mendengar kematian Wang Dan Zhen dengan cara memilukan dari Jiang Wen Qing. Di selatan, dengan wajah pucat Xu Dao Fu keluar dari tempat pertapaan Sun En dan mengabarkan bahwa sang guru telah tiada.

Volume 22[sunting | sunting sumber]

Sun En ternyata belum mati, tetapi ambisinya lenyap tak berbekas, kini keinginannya hanya melatih ilmu saktinya Dafa Langit Kuning ke tingkat sempurna lalu menantang Yan Fei sekali lagi untuk memunculkan ruang hampa yang akan menjadi jalan baginya menjadi dewa. Dia menitipkan seluruh urusan duniawi kepada kedua muridnya. Di tempat lain, Yan Fei juga sedang menempa dirinya selain pemulihan setelah bertarung melawan 3 tetua partai iblis. Telepatinya dengan Ji Qian Qian membuatnya bergerak menuju utara untuk memberikan bantuan pada Tuoba Gui yang sedang dalam bahaya karena secara diam-diam akan diserbu dengan kekuatan besar oleh Murong Bao atas perintah ayahnya, Murong Chui. Gao Yan datang bersama Yi Qing Ya yang menyatakan niatnya untuk bergabung dengan koalisi pendekar serta meminta maaf atas kesalahan mendiang guru dan kakak seperguruannya pada Jiang Wen Qing. Ketulusan Jiang Wen Qing memaafkan kekasihnya membuat Gao Yan membalasnya dengan menelurkan ide brilian cara singkat menormalkan perekonomian tanah tak bertuan yang berantakan, yaitu dengan menjadikannya tempat wisata yang aman. Setelah memastikan ide itu berjalan sempurna, Liu Yu dan dua koleganya, Tu Fung San dan Song Bei Feng, berpamitan untuk kembali ke benteng utara dan menjalankan amanat mendiang jenderal Xie Xuan. Saat itulah dia mengetahui bahwa Jiang Wen Qing sangat mencintainya, begitu juga dengan dirinya. Sima Dao Zi memaksa Liu Lao Zhi yang telah melenyapkan saingannya He Jian, berbagi kekuasaan dengan Liu Yu. Meski dengan pasukan seadanya, kemampuan strategi perang Liu Yu membuatnya tak terkalahkan di medan perang. Dalam beberapa kali pertempuran melawan pasukan Tai Ping pimpinan Xu Dao Fu serta Huan Xuan yang juga memberontak, dia berhasil memperoleh kemenangan gemilang. Namanya semakin terangkat dan rumornya sebagai anak langit berikutnya bertambah kuat. Yan Fei berhasil membantu Tuoba Gui selamat dari serangan Murong Chui dan bahkan menguasai beberapa kawasan utara. Namun dia akhirnya memutuskan pergi karena muak dengan kebengisan Tuoba Gui yang tidak pernah mengampuni musuh-musuhnya sedikitpun. Kepergiannya diceritakan begitu rupa oleh Zhu Wu Xia yang kini telah menjadi wanitanya dan menimbulkan perasaan murka di hati Tuoba Gui yang menganggap Yan Fei tidak setia kawan. Yan Fei sendiri langsung menuju lubang besar yang timbul akibat kemunculan ruang hampa, ternyata Sun En juga telah di sana menunggunya. Tapi sebelum terjadi apa-apa, muncullah ketua partai iblis Xiang Yu Tian yang bermaksud menagih darah kepada Yan Fei atas kematian 3 tetuanya. Sun En tahu benar tidak mudah bagi Xiang Yu Tian untuk bisa mengalahkan Yan Fei sehingga mempersilahkan mereka berdua bertanding, dia sendiri pergi setelah membuat janji tarung dengan Yan Fei satu bulan ke depan. Xiang Yu Tian dengan senjatanya cambuk Sarira Suci bertarung sengit dengan Yan Fei, tetapi dalam beberapa bentrokan dia menyadari butuh waktu sangat lama untuk menentukan pemenang. Mereka sepakat menghentikan pertarungan itu. Xiang Yu Tian yang menanyakan asal mula lubang besar itu terperangah mendengar penjelasan Yan Fei. Yan Fei sendiri yang mencoba mengorek misteri Mo Yi Ming tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Memaklumi keadaan, Xiang Yu Tian membuat janji tarung ulang setelah Yan Fei menyelesaikan urusannya dengan Sun En dan pergi meninggalkan tempat itu. Yan Fei lalu pergi menemui biksu besar Zhi Dun, darinya dia memperoleh keterangan panjang lebar mengenai Mo Yi Ming, partai iblis, serta suku rahasia di gurun pasir. Dia berpamitan untuk memancing keluar penguntitnya yang ternyata cinta masa lalunya, Wan Qi Ming Yao yang mencoba merayunya untuk tidak berkonfrontasi dengan partai iblis. Tapi gadis itu tiba-tiba menyerang Yan Fei meski dengan mudah dipatahkan. Yan Fei sebelum pargi dengan tegas mengatakan bahwa urusannya dengan Xiang Yu Tian akan tetap diselesaikan sedangkan urusannya dengan gadis itu dianggapnya selesai malam itu juga. Armada Huan Xuan yang disokong jagoan partai iblis dengan mudah menghancurkan armada Sima Dao Zhi, Wang Guo Bao yang memimpin armada itu turut menjadi korban. Liu Yu sendiri di selatan berhasil menumpas pemberontakan Tai Ping dan menewaskan pemimpinnya, Xu Dao Fu. Perkembangan itu memojokkan posisi Liu Lao Zhi yang dengan terpaksa menyerahkan kepemimpinan benteng utara kepada Liu Yu sepenuhnya, dengan begitu dia telah memenuhi harapan mendiang gurunya jenderal besar Xie Xuan. Tanah tak bertuan telah kembali tenteram, Yan Fei menyepi untuk menyempurnakan ilmu sakti Rahasia Pintu Dewa-nya. An Yu Qing yang misterius datang dan mengajaknya berdiskusi mengenai penembusan ruang hampa, siapa sangka percakapan itu justru membuka isi hati masing-masing. Yan Fei bahkan berjanji jika memang kelak bisa terus bersama, maka hanya akan ada 3 orang, dia, Ji Qian Qian, dan An Yu Qing. An Yu Qing lalu pergi lagi dengan wajah gembira dan puas. Ji Qian Qian yang mendengar pembicaraan ini melalui telepati justru gembira dan menyetujuinya. Dengan hati lapang Yan Fei berangkat memenuhi janji tarungnya dengan Sun En yang telah menunggunya. Pertarungan keduanya berlangsung sengit namun dalam nuansa yang damai. Hingga akhirnya keduanya berhasil membuka pintu ruang hampa untuk kedua kalinya, dan dengan penuh rasa terima kasih kepada Yan Fei, Sun En-pun memasukinya seperti yang selama ini dia dambakan. Lenyapnya ruang hampa kembali membuat Yan Fei terluka tidak ringan. Xiang Yu Tian yang secara diam-diam berada di situ terkesima dengan apa yang barusan disaksikannya. Tapi mengetahui calon lawannya terluka, dengan jantan dia menunda pertarungan mereka selama sebulan. Sima Dao Zhi terpojok di istana Jian Kang sambil menggendong raja baru yang masih bayi. Tak dinyana, Chen Gong Gong yang selama ini menjadi pengawalnya justru membelot ke Huan Xuan dan membunuh anaknya, Sima Yuan Xian. Kalap melihat kenyataan itu, Sima Dao Zhi justru membunuh bayi dalam gendongannya dan menantang Huan Xuan bertanding. Tapi dengan mudah Huan Xuan membunuhnya dan kemudian menduduki tahta yang diidam-idamkan. Kecongkakannya muncul seketika saat merasa kekuasaan seluruh negeri telah berada di genggamannya. Tak jauh dari situ, Xiang Yu Tian yang sedang bersama kekasihnya Wan Qi Ming Yao sedang risau dengan perkembangan Yan Fei yang di luar nalar.

Volume 23[sunting | sunting sumber]

Keberhasilannya menduduki ibu kota Jian Kang dan mendirikan dinasti baru membuat Huan Xuan lupa diri. Dia bahkan dengan bengis menghabisi semua pejabat dinasti lama dan mengusir semua orang yang tidak disukainya. Dengan cepat pamornya merosot dan dukungan rakyat justru beralih ke Liu Yu yang semakin kuat dan kini dengan pasukannya bahkan telah berada di luar ibu kota untuk bersiap melakukan pertempuran penentuan dengan Huan Xuan. Yan Fei bereuni kembali dengan sahabat-sahabatnya itu di barak, mereka lalu membahas bagaimana cara terbaik menumbangkan Huan Xuan. Ren Qing Di yang sebelumnya menjadi sekutu Huan Xuan ternyata ada di tempat itu dan mengutarakan maksudnya bergabung, sebagai tanda ketulusan, dia membeberkan semua rencana dan kelemahan pasukan mantan sekutunya itu. Tetap saja ganjalan terbesarnya adalah keberadaan jagoan-jagoan tingkat tinggi partai iblis di dalam pasukan Huan Xuan. Di tengah diskusi mendadak terjadi serangan dari pasukan bertopeng utusan partai iblis, tetapi dengan mudah Yan Fei melumpuhkan mereka semua hanya dalam satu serangan. Menyadari bahwa tidak ada yang bisa menangani keberadaan partai iblis kecuali dirinya, dia memutuskan mengambil alih tugas berat itu. Xiang Yu Tian memutuskan untuk berlatih tingkat terakhir dari ilmu sakti Dafa Hati Iblis meski dia menyadari risikonya, karena baginya tak ada lagi cara lain untuk bisa menumbangkan Yan Fei saat ini selain dengan jurus terlarang itu. Dia berhasil dan dengan penuh percaya diri mendatangi tempat tarung yang dijanjikan. Pertarungan keduanya berlangsung dengan sangat seru dan mematikan, Yan Fei bahkan sampai perlu mengeluarkan ilmu sakti Rahasia Pintu Dewa untuk bisa mengimbangi Xiang Yu Tian. Dalam satu benturan puncak Xiang Yu Tian menyadari bahwa kemampuannya ternyata belum sanggup menumbangkan Yan Fei yang sebenarnya juga terluka parah. Tak disangka Wan Qi Ming Yao tiba-tiba muncul dan menyerang Yan Fei yang tanpa pertahanan sekuat tenaga, akibatnya Yan Fei langsung terlempar meregang nyawa dengan organ dalam hancur. Tapi serangan itu sepertinya membuka mata Wan Qi Ming Yao bahwa yang dicintainya adalah Yan Fei. Dia lalu berusaha bunuh diri dengan menusuk dadanya sendiri dengan pisau. Xiang Yu Tian seperti kalap menyaksikan kekasihnya bunuh diri, dengan kekuatan tersisa dia berusah membangkitkan kembali kekasihnya itu, tetapi bukannya selamat dia justru kerasukan karena tidak mampu mengendalikan tenaga dalamnya. Sesaat sebelum pingsan dia melihat ada seseorang mendatangi mereka. Setelah sadar Xiang Yu Tian terperangah menyadari bahwa luka dalamnya sudah sembuh dan melihat Yan Fei yang dikiranya sudah mati ternyata sedang berkonsentrasi menyembuhkan Wan Qi Ming Yao. Setelah selesai Yan Fei menjelaskan bagaimana dia bisa bangkit kembali dari kematian dengan menggunakan ilmunya. Sadar bahwa di atas langit masih ada langit Xiang Yu Tian akhirnya mengetahui bahwa ambisinya akan sia-sia belaka, dia lalu memutuskan untuk menarik dukungannya terhadap Huan Xuan dan kembali ke gurun pasir. Huan Xuan murka mengetahui sekutunya ternyata menarik dukungan, dan berita itu dimanfaatkan dengan baik oleh Liu Yu yang segera menyerbu Jian Kang dan menguasainya dengan mudah. Huan Xuan yang berusaha melarikan diri sebisanya justru akhirnya terkepung, terjepit, dia memutuskan untuk adu jiwa dengan Liu Yu. Terbakar dendam pribadi, Liu Yu menyanggupi permintaan itu dan dengan segera terjadi pertempuran sengit. Sebenarnya ilmu Huan Xuan berada di atas Liu Yu, tetapi tekana psikologis membuat kemampuannya menurun drastis, Liu Yu yang melihat celah itu berhasil memanfaatkannya dan menewaskan Huan Xuan, terbalas sudah penghinaan yang diterima Wang Dan Zhen. Liu Yu telah menggenapi ramalan mendiang Xie An sebagai pendiri dinasti berikutnya. Yan Fei kembali ke tanah tak bertuan untuk melaksanakan kewajiban terberatnya, membebaskan Ji Qian Qian dari tangan Murong Chui. Kabar dari utara menyebutkan bahwa Murong Chui telah membentuk pasukan terkuat guna menghadapi Tuoba Gui. Meyakini bahwa jika Murong Chui benar-benar menggempur Tuoba Gui maka posisi Ji Qian Qian akan tanpa pengawalan, koalisi pendekar merencanakan serangan mendadak guna membebaskan Ji Qian Qian. Yan Fei-pun berangkat duluan untuk membuka jalan, tetapi tak disangka dia justru dihadang oleh Xiang Yu Tian yang memberitahu bahwa pasukan tanah tak bertuan tak akan menang melawan Murong Chui.

Karakter[sunting | sunting sumber]

Tanah Tak Bertuan[sunting | sunting sumber]

  • Yan Fei
    Yan Fei adalah pemuda pendatang di tanah tak bertuan (No Man’s Land). Nama kecilnya adalah Tuoba Han. Berjiwa lembut dan berhati lurus. Mempunyai senjata pusaka Pedang Bunga Asmara. Semula dia hanya pemuda tanggung pengawal bayaran yang kemudian menjadi sakti mandraguna setelah tanpa sengaja menelan intisari ramuan ajaib Tan Jie dan membaca kitab ramalan Zhou Yi pemberian perdana menteri Xie An. Dengan lantaran 3 giok pusaka Dong Tian dia justru mampu menciptakan ilmu sakti tanpa tanding bernama Ilmu Sakti Rahasia Pintu Dewa. Terombang-ambing di dalam konflik perebutan kekuasaan, tetapi dia lebih memilih untuk membela tanah tak bertuan atas bujukan perdana menteri Jing Xie An dari rongrongan banyak pihak yang menginginkannya. Pria ini lebih beruntung lagi karena mendapatkan cinta sepenuh hati Ji Qian Qian dan An Yu Qing. Pemuda ini disebut-sebut sebagai putra tunggal ketua partai iblis terdahulu Mo Yi Ming karena banyaknya kemiripan yang dimiliki.
  • Liu Yu
    Tokoh ini sangat unik mengingat dari segi kemampuannya yang biasa-biasa saja, kecuali memang wataknya yang patriotik dan setia kawan. Menjadi orang kepercayaan dari perdana menteri kerajaan Jing Xie An yang meramalkan bahwa dirinya adalah putra langit yang akan mendirikan dinasti berikutnya. Ajaran strategi perang serta ilmu pedang yang didapatnya dari Xie Xuan serta keberuntungannya mempunyai banyak sahabat setia membuatnya menjadi orang terakhir yang berdiri dalam perebutan kekuasaan pasca runtuhnya dinasti Jing.
  • Ji Qian Qian
    Wanita ini digambarkan sangat cantik, cerdik, dan bersahaja, sehingga tidak heran jika dia digilai banyak pria, tetapi hanya Yan Fei-lah pria yang bisa mengikat hatinya. Dia merupakan anak angkat dari perdana menteri Xie An. Bahu-membahu menjadi dua sejoli yang membela kepentingan tanah tak bertuan.
  • Gao Yan
    Tokoh bertubuh kecil ini memiliki keahlian untuk mendapatkan informasi betapapun sulitnya, asal dengan harga yang tepat. Sejalan dengan perjuangan Yan Fei sehingga banyak memberikan bantuan informasi penting kepadanya, tidak jarang hal itu dilakukannya gratis. Wataknya yang periang dan supel memudahkannya bergaul dengan banyak kalangan. Jatuh hati pada si Walet Putih Kecil Yi Qing Ya.
  • Jiang Wen Qing
    Gadis ini adalah putri ketua partai Da Jiang, Jiang Hailiu, selain itu dia juga mengepalai partai Han tinggalan Zu Lao Da. Selain mendapat bimbingan orang tuanya dia juga murid kesayangan bikhuni sakti Qing Jing, kemampuannya tidak di bawah ayahnya. Salah satu pendekar yang menjadi ujung tombak bagi kemerdekaan tanah tak bertuan. Menaruh hati pada Liu Yu.
  • Tu Fung San
    Sebelumnya dia adalah pelayan keluarga Huan yang paling loyal, namun akhirnya beralir menjadi sahabat setia Yan Fei karena dikhianati majikannya sendiri. Kesaktiannya sudah sangat tinggi karena dia termasuk salah satu pendekar tingkat 9 luar, apalagi ditambah dengan pedang pusaka Bai Mu Han di tangannya. Perannya sangat penting dalam perjuangan mempertahankan tanah tak bertuan.
  • Murong Zhan
    Orang ke-2 di suku Xian Bei. Gagah dan berjiwa terbuka, kemampuannya setara dengan Ren Yao. Dia merupakan pimpinan salah satu pasukan berkuda terbaik bernama Pasukan Penunggang Utara. Salah satu pendekar yang memperjuangkan tanah tak bertuan.
  • Zhuo Kuang Sheng
    Pimpinan spiritual suku Yewo, penduduk asli tanah tak bertuan. Dia sebenarnya adalah abdi setia Ren Yao karena sama-sama keturunan dinasti Wei, tetapi memutuskan berjuang untuk tanah tak bertuan sepeninggal majikannya itu.
  • Hu Lei Fang
    Ketua partai Qiang ini salah satu pendekar muda yang mengabdikan dirinya bagi kejayaan tanah tak bertuan. Pendiam dan tenang, sahabat baik bagi Murong Zhan.
  • Xiao Shi
    Pelayan Ji Qian Qian, meski tidak terlalu bisa silat namun kecakapannya bisa diandalkan. Selalu mengikuti kemanapun perginya majikannya.
  • Ji Bie
    Lelaki tinggi kurus ini berjuluk raja senjata rahasia karena keahliannya menciptakan senjata perang yang mematikan, seperti panah pembunuh naga dan Dao Re Feng. Salah satu konglomerat tanah tak bertuan yang menyokong perjuangan koalisi pendekar mempertahankan tanah kelahirannya.
  • Tuoba Yi
    Orang paling menonjol di suku Xian Bei, julukannya adalah Sepasang Golok Penghancur. Ilmu silat dan memanahnya dari atas kuda sedikit di atas sepupu sekaligus atasannya, Tuoba Gui. Salah satu pendekar yang menyumbangkan kemampuannya membela tanah tak bertuan.

Benteng Utara[sunting | sunting sumber]

  • Xie An
    Berjuluk An Gong. Dia adalah perdana menteri kerajaan Jing yang sedang dalam masa suram terancam runtuh. Namun kesetiaan orang ini tiada duanya meski hal itu menimbulkan banyak musuh bagi kariernya. Sangat cerdas dan teliti. Merasa bahwa hidupnya tidak lama lagi sehingga mempersiapkan Liu Yu sebagai tokoh yang kelak bisa menjaga kedamaian negeri. Ayah angkat Ji Qian Qian ini meninggal setelah memberikan wasiat terakhirnya untuk Liu Yu.
  • Xie Xuan
    Generasi terakhir dari keluarga bangsawan Xie, jenderal besar pemimpin pasukan benteng utara. Kesaktiannya bisa disejajarkan dengan penguasa utara Murong Chui ataupun pendekar nomor satu di selatan Sun En. Jenderal patriotik ini mati-matian mempertahankan kedaulatan Jing. Karena dia merasa hidupnya tidak akan melewati umur 45, dia menggembleng ilmu pedang dan strategi kepada Liu Yu dengan harapan kelak muridnya akan mampu lebih baik daripada dia.
  • Song Bei Feng
    Pengawal pribadi keluarga Xie, mempunyai ilmu pedang yang sulit dicari tandingannya. Jujur, pendiam, dan sangat loyal. Salah satu sahabat yang disegani oleh Yan Fei. Xie Xuan mengutusnya untuk menjadi pelindung utama Liu Yu sepeninggalnya. Kontribusinya besar dalam upaya kemerdekaan tanah tak bertuan.
  • Liu Lao Zhi
    Panglima pasukan benteng utara bawahan jenderal besar Xie Xuan, namun dia adalah mata-mata yang ditanam oleh Sima Dao Zi. Menjadi panglima utama benteng utara sepeninggal Xie Xuan setelah menang bersaing melawan He Jian. Pada akhirnya dia harus terima menjadi bawahan Liu Yu karena kalah pamor.
  • He Jian
    Salah satu panglima benteng utara bawahan jenderal Xie Xuan, kedudukannya setara dan secara aktif terus melakukan persaingan dengan Liu Lao Zhi. Sepeninggal Xie Xuan, dia kalah dan tewas saat berebut menjadi panglima tertinggi benteng utara melawan saingannya itu.

Aliran Budha Mi Lek[sunting | sunting sumber]

  • Zhu Fa Qing
    Pemimpin besar agama Budha aliran Mi Lek yang tergolong sesat, berperawakan gendut namun kesaktiannya disebut-sebut setara dengan Sun En. Mendalami ilmu sakti Sepuluh Tapak Mahayana. Tapi suami dari Ni Hui Hui ini meremehkan kemampuan Yan Fei saat bertarung satu lawan satu yang membawanya pada kematian yang mengenaskan.
  • Ni Hui Hui
    Salah satu pemimpin agama Budha Mi Lek, guru dari Helian Bobo dan Hu Fei. Ayahnya adalah mahaguru Tao yang menjadi guru SunEn, Jiang Ling Xu, dan An Shi Qing. Kesaktiannya hanya setingkat di bawah suaminya, terkenal dengan Ilmu Sakti Pelacak Roh-nya yang bisa mengetahui keberadaan seseorang dalam radius tertentu. Istri dari Zhu Fa Qing ini akhirnya meninggal oleh ledakan besar akibat penyatuan 3 giok pusaka Dong Tian.
  • Wang Guo Bao
    Salah satu punggawa aliran Budha Mi Lek. Licik dan penuh perhitungan. Dia sebenarnya adalah menantu Xie An. Membelot menjadi bawahan Sima Dao Zi setelah kematian Zhu Fa Qing. Berseteru dengan para pendekar tanah tak bertuan. Tewas saat armada Sima Dao Zhi yang dipimpinnya diluluhlantakkan armada Huan Xuan yang memberontak.
  • Helian Bobo
    Murid dari Ni Hui Hui ini diselundupkan ke dalam tanah tak bertuan untuk menjadi mata-mata dan melakukan pengacauan, namun penyamarannya terbongkar oleh para pendekar tanah tak bertuan.
  • Hu Pei
    Salah satu murid Ni Hui Hui yang disusupkan ke tanah tak bertuan dengan tujuan merebut partai Han dari dalam. Tapi ulahnya membunuh Zhu Tian Yun (Zu Lao Da) dibongkar oleh Jiang Wen Qing yang justru menjadi pimpinan partai Han berikutnya.
  • Zhu Wu Xia
    Dia adalah putri semata wayang pasangan pemimpin aliran Mi Lek Zhu Fa Qing dan Ni Hui Hui. Watak dan kemampuannya tidak berbeda jauh dengan ibunya. Menjadi pasangan Tuoba Gui sepeninggal kedua orang tuanya.
  • Yao Xing
    Murid tunggal Zhu Fa Qing ini sebenarnya putra dari salah satu jenderal utara bawahan Fu Jian, Yao Chan. Menguasai aliran Mi Lek dengan cara mengkudeta ibu gurunya Ni Hui Hui serta mengambil kitab 10 Tapak Mahayana dari mayat gurunya. Kejam dan penuh perhitungan.

Partai Dua Danau[sunting | sunting sumber]

  • Nie Tian Huan
    Ketua partai Dua Danau, salah satu dari 3 partai terkuat penguasa sungai. Musuh besar Tu Fung San dan Jiang Wen Qing. Berjuluk Gelang Cahaya Langit Bumi. Partainya ditumpas habis oleh ketua partai iblis Xiang Yu Tian dan dia sendiri meregang nyawa di tangan Wan Qi Ming Yao.
  • Yi Qing Ya
    Gadis mungil lincah ini berjuluk si Walet Putih Kecil. Dia merupakan salah satu murid kesayangan ketua partai Dua Danau Nie Tian Huan dan adik seperguruan Zhao Hang Ting. Dia terpaksa mengikuti kemampuan partainya berusaha mengangkangi tanah tak bertuan, tetapi belakangan malah menjadi sekutu setelah melihat ketulusan cinta Gao Yan.
  • Hao Zhang Ting
    Kakak seperguruan Yi Qing Ya dan orang nomor 2 di partai Dua Danau. Dia adalah mata-mata yang ditanam partainya untuk mengacaukan tanah tak bertuan meski akhirnya berhasil dibongkar kedoknya oleh Yan Fei dan Tu Fung San. Berkali-kali lolos dari kematian di tanah tak bertuan tetapi justru tewas mengenaskan di markasnya sendiri saat partai Dua Danau dilenyapkan oleh ketua partai iblis Xiang Yu Tian seorang diri.

Partai Tai Ping[sunting | sunting sumber]

  • Sun En
    Bangsawan sakti luar biasa berjuluk Tian Shi, pemimpin aliran Tai Ping yang berjaya di selatan. Sebenarnya dia berambisi menumbangkan dinasti Jing dan menjadi penguasa mutlak kawasan selatan, tetapi ambisinya pupus saat berhasil mengetahui rahasia giok pusaka Dong Tian bersama Yan Fei. Dengan bantuan Yan Fei dia berhasil masuk ke alam ruang hampa untuk menjadi dewa.
  • Lu Dun
    Murid Tian Shi Sun En. Kakak seperguruan jenderal siluman Xu Dao Fu. Julukannya adalah siluman kelelawar.
  • Xu Dao Fu
    Murid Tian Shi Sun En dari partai Tai Ping, adik seperguruan Lu Dun. Julukannya adalah jenderal siluman. Orang pertama yang mendapat cinta Ji Qian Qian sebelum Yan Fei. Digadang-gadang akan menjadi raja dinasti selanjutnya oleh gurunya, tetapi harus terima kenyataan tewas saat kisruh perebutan kekuasaan melawan Liu Yu.

Partai Tai Yi[sunting | sunting sumber]

  • Jiang Ling Xu
    Ketua partai Tai Yi yang kesaktiannya setara dengan Ren Yao, rivalnya. Dia dan partainya mempunyai rivalitas yang rumit dengan partai Tai Ping dan pemimpinnya, Sun En. Adik seperguruan raja pengolah Tan nomor satu An Shi Qing. Partainya dihancurkan oleh Ni Hui Hui beserta kelompoknya dari aliran Mi Lek.
  • Feng Shan
    Salah satu jagoan dari partai Tai Yi ini adalah murid utama sang ketua Jiang Ling Xu. Berusaha bergabung dengan tanah tak bertuan setelah markas partainya dilumat oleh aliran Mi Lek, tetapi dihabisi oleh Yao Xing.

Partai Iblis[sunting | sunting sumber]

  • Xiang Yu Tian
    Pria ini adalah ketua partai iblis yang disegani. Dengan ilmunya Dafa Hati Iblis bisa dikatakan dia setara dengan Sun En maupun Yan Fei. Memegang senjata legendaris cambuk Sarira Suci. Semasa muda mempunyai hubungan cinta segitiga yang rumit dengan Wan Qi Ming Yao dan Yan Fei. Dia merupakan murid tunggal legenda misterius Mo Yi Ming, ketua partai iblis terdahulu. Ambisinya adalah menegakkan asa partai untuk menjadi agama resmi negara.
  • Wan Qi Ming Yao
    Gadis ini dikatakan memiliki kecantikan yang menggetarkan, tidak heran jika dialah cinta pertama Yan Fei meski akhirnya memilih Xiang Yu Tian, kakak seperguruannya. Salah satu anggota partai iblis.
  • Chen Gong Gong
    Pendekar tua ini sebaya dengan Zhu Fa Qing dan Sun En. Dengan ilmunya Cakar Iblis Langit hanya sedikit dibawah Sun En. Salah satu orang yang disusupkan partai iblis ke dalam istana dan menyaru sebagai pengawal terkuat Sima Dao Zi yang akhirnya dikhianatinya.
  • Mo Yi Ming
    Mantan ketua partai iblis sekaligus guru Xiang Yu Tian. Dia konon ayah dari Yan Fei karena kemiripan yang dimiliki. Sepertinya memiliki hubungan spesial dengan pengawal Murong Chui Feng Niang.

Partai Xiao Yao[sunting | sunting sumber]

  • Ren Yao
    Ketua partai Xiao Yao ini ahli dalam ilmu pedang, kejam dan sadis. Dia berusaha mengembalikan lagi kejayaan kerajaan Wei yang telah runtuh. Namun ambisinya pupus saat dia terbunuh Sun En dalam sebuah pertarungan. Partainya bubar setelah itu.
  • Ren Qing Di
    Gadis cantik ini adalah adik Ren Yao, pembawaannya halus namun kejam dan cerdas. Sikapnya yang sebentar lurus sebentar sesat membingungkan banyak pihak. Dengan akal liciknya dia berusaha menghabisi Yan Fei dan Liu Yu dengan berbagai cara, namun tidak pernah berhasil. Demi ambisinya dia tidak segan-segan pindah kubu berkali-kali.
  • Man Miao
    Wanita ini adalah istri Ren Yao dengan watak yang tidak begitu berbeda dengan suaminya. Sepeninggal suaminya dia dimanfaatkan Huan Xuan untuk meracuni raja Jing Sima Yao, meski berhasil, dia sendiri juga terluka parah hingga akhirnya tewas karena bantuan Huan Xuan tak pernah datang.

Wilayah Utara[sunting | sunting sumber]

  • Tuoba Gui
    Sejak kecilnya dia merupakan salah satu sahabat terbaik bagi Yan Fei. Namun wataknya berubah sadis saat dia sukses menancapkan kekuasaannya di utara dengan keberhasilannya menandingi musuh bebuyutannya, keluarga Murong. Pernikahannya dengan putri tunggal Zhu Fa Qing, Zhu Wu Xia, menjadi salah satu alasan perubahan wataknya itu.
  • Murong Chui
    Salah satu jendral terkuat dari utara berjuluk Raja Tombak Utara. Ambisius, kejam, tetapi bervisi luar biasa. Bercita-cita menyatukan seluruh wilayah utara dalam satu bendera di bawahnya. Rival utama jendral santun Xie Xuan karena memiliki tingkat kesaktian yang sebanding. Berseteru dengan Yan Fei akibat 2 hal: tanah tak bertuan dan Ji Qian Qian.
  • Murong Bao
    Putra Murong Chui. Berkarakter hampir sama persis dengan ayahnya.
  • Tie Zhi Xin
    Ketua partai Huang He, salah satu 3 besar penguasa sungai utara, musuh besar partai Da Jiang pimpinan Jiang Hailiu. Dia sebenarnya adalah informan sekaligus bawahan tepercaya Murong Chui. Terbunuh oleh Yan Fei setelah dikelabui oleh sekutunya sendiri Xu Dao Fu saat menjadi wakil Murong Chui menguasai tanah tak bertuan.
  • Jiang Hailiu
    Ketua partai Da Jiang, sangat ahli dalam ilmu tombak. Ayah dari ketua partai Han Jiang Wen Qing. Partainya habis akibat jebakan dan penyergapan yang dirancang Huan Xuan, dia sendiri terbunuh saat berusaha menyelamatkan Liu Yu dari keroyokan Tie Zhi Xin dan Nie Tian Huan.
  • Fu Jian
    Dia adalah raja Da Qin yang berhasil menyatukan 5 suku besar Hu. Kesombongannya menyebabkan dia berani menyerang ke selatan, meski akhirnya harus menanggung kegagalan akibat pengkhianatan dan kacaunya strategi.
  • Qifu Guo Ren
    Bertampang aneh tetapi kemampuan tempurnya di atas rata-rata. Pada awalnya dia adalah pengawal Fu Jian, namun menyeberang ke kubu Murong Chui. Tewas di tangan Yan Fei dengan tubuh terpotong saat berusaha menyergap Tuoba Gui.

Wilayah Selatan[sunting | sunting sumber]

  • Huan Xuan
    Pria ini menjadi gubernur Jing Zhou dengan jalan meracuni kakaknya sendiri, terkenal kejam namun berotak cerdas. Memegang golok pusaka Duan Yu Huan. Menjadi kepanjangan tangan dari Partai Iblis yang dikabarkan telah hilang. Mengkhianati anak buahnya sendiri Tu Fung San yang akhirnya membelot ke Yan Fei. Memberontak dan berhasil menumbangkan dinasti Jing, tetapi kalah dan tewas mengenaskan dalam perebutan kekuasaan melawan Liu Yu.
  • Wang Dan Zhen
    Putri dari pejabat tinggi Wang Gong. Sangat mencintai Liu Yu yang berasal dari kalangan rendah. Kebimbangan Liu Yu dan kemauan ayahnya untuk menjodohkannya dengan penguasa bengis Huan Xuan membuatnya memilih mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Kematiannya membuat Liu Yu sangat terpukul.
  • Sima Dao Zi
    Dia merupakan adik kaisar Jing Sima Yao, kedudukannya sangat tinggi sederajat dengan Xie An sebagai penasehat kerajaan. Sejak semula memang mendengki dengan kesuksesan Xie An di mata rakyat, tidak heran jika dia selalu berusaha melenyapkannya dengan berbagai cara. Berusaha mempertahankan kekuasaan dinasti Jing tetapi akhirnya tewas di tangan Huan Xuan.
  • Sima Yuan Xian
    Putra Sima Dao Zi. Mulanya pemuda ini angkuh, sombong dan semaunya sendiri. Tapi setelah tertawan dan mendapat pengarahan dari Tu Fung San dia berbalik menjadi sadar dan bertekad untuk menjadi besar. Tapi kandas karena dirinya terbunuh oleh pengawal ayahnya sendiri yang ternyata antek partai iblis, Chen Gong Gong, saat kisruh perebutan kekuasaan.
  • Zhi Dun
    Pimpinan utama Shaolin. Kharismatik dan penuh kewibawaan. Berusaha sepenuh hati mencegah meluasnya pengaruh aliran Mi Lek hingga rela pindah ke utara dan mendukung perjuangan koalisi pendekar tanah tak bertuan.
  • Qing Wang Shi
    Dia merupakan jenderal bawahan Liu Yu setelah dirinya resmi memegang kekuasaan penuh di benteng utara. Memegang peranan penting dalam kemenangan Liu Yu melawan Huan Xuan.

Karakter Lain[sunting | sunting sumber]

  • An Yu Qing
    Gadis ini mempunyai kecantikan yang tidak kalah dengan Ji Qian Qian, tetapi mempunyai aura kharisma yang lembut dan menentramkan. Putri tunggal dari raja pengolah Tan nomor satu An Shi Qing. Kemunculannya selalu misterius sehingga tidak banyak yang tahu wajahnya, itulah kenapa Ren Qing Di, musuh bebuyutannya, pernah mengaku sebagai dirinya untuk mengelabui Liu Yu. Dia, dan juga Ji Qian Qian, adalah 2 wanita yang berjanji sehidup semati dengan Yan Fei.
  • An Shi Qing
    Lelaki misterius ini terkenal sebagai raja pengolah Tan nomor satu, merupakan kakak seperguruan ketua partai Tai Yi Jiang Ling Xiu serta ketua partai Tai Ping Sun En, mereka bertiga bermusuhan karena memperebutkan 3 giok pusaka Dong Tian. Ayah dari An Yu Qing ini pernah keracunan Tan hingga meninggalkan keluarganya dan hampir mencelakai Yan Fei, namun akhirnya bersahabat setelah dengan tulus Yan Fei membantu menyembuhkan keracunannya itu. Sering menggunakan topeng sehingga terkenal dengan sebutan topeng setan.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]