Telepon mobil

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Koleksi Museum Sejarah Teknik NTT.
Telepon Mobil Model 100 (Telepon Bahu Tipe 100) oleh Nippon Telegraph and Telephone Public Corporation, Jepang.

Telepon mobil merupakan salah satu bagian dari sistem telepon bergerak. Telepon mobil pada mulanya berfungsi menghubungkan telepon mobil yang satu dengan telepon mobil lainnya dan menghubungkan telepon rumah secara otomatis. Telepon mobil memiliki prinsip yang sama dengan telepon rumah. Telepon mobil tersambung pada sentra-sentra telepon tertentu dan juga memiliki nomor pelanggan khusus yang dapat melakukan percakapan dua arah yaitu melakukan panggilan dan menerima panggilan. Pada telepon mobil, pelanggan yang menggunakan pesawat telepon ini dapat berpindah-pindah (mobile) tidak seperti telepon rumah yang pelanggannya tetap di suatu tempat.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Tahun 1800-an[sunting | sunting sumber]

Komunikasi menggunakan gelombang radio mulai berkembang di masyarakat. Hal ini memungkinkan masyarakat melakukan komunikasi secara bergerak (mobile). Karena dinilai sangat efisien dan menguntungkan, maka komunikasi bergerak komersial ini mulai terus dikembangkan.

Tahun 1920-1946[sunting | sunting sumber]

Pada tahun ini mulai dikembangkan perangkat-perangkat untuk sambungan telepon bergerak yang dimungkinkan untuk kendaraan bermotor. Setelah perang dunia kedua, Bell Telephone mulai menjadikan sistem komunikasi bergerak menjadi bisnis komersial pada tahun 1946.

Tahun 1949-1970[sunting | sunting sumber]

Komunikasi antarmobil terus mengalami perkembangan dan pada tahun 1949, telepon mobil pun mulai diproduksi dengan menggunakan tiga ban frekuensi. Ban frekuensi yang dipakai yaitu, 3-50 MHz, 15—174 MHz, dan 450-512 MHz. Pada tahun 1970, telepon mobil mengalamai perkembangan yang sangat signifikan karena dapat beroperasi dengan menggunakan teknik full duplex, yaitu melakukan komunikasi tanpa memerlukan bantuan dari tenaga operator yang berasal dari kantor telepon.

Perkembangan Telepon Mobil di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Telepon mobil sendiri berkembang di Indonesia sejak tahun 1986, dengan menggunakan perangkat NMT-450 buatan Erricson Swedia. Pada awal berkembangnya di Indonesia, telepon mobil menggunakan frekuensi kerja 450 MHz. Saat pertama kali digunakan, telepon mobil beroperasi pada jalur Jakarta-Puncak-Bandung. Sebuah MTX ( mobile telephone exchange) diletakkan di Jakarta dan Sembilan buah RBS (radio base station) diletakkan disepanjang jalur Jakarta-Bandung. Telepon mobil masih jarang ditemukan di Indonesia.

Sistem Telepon Mobil[sunting | sunting sumber]

Sitem telepon mobil terdiri dari tiga bagian, yaitu:

  • Jaringan telepon
  • Sentral telepon mobil berfungsi sebagai pusat sambungan dan juga tempat untuk mengontrol telepon mobil
  • Jalur radio yang terbagi atas Stasiun induk dan stasiun mobil.

Prinsip Kerja[sunting | sunting sumber]

Telepon mobil menggunakan saluran perangkat radio yaitu stasiun induk dan stasiun mobil melalui transmisi radio. Frekuensi yang digunakan telepon mobil terletak dalam jalur frekuensi UHF(Ultra High Frekuensi) dengan menggunakan ban frekuensi sekitar 350 MHz. Sistem hubungan yang digunakan dalam telepon mobil yaitu sistem dupleks penuh yang memungkinkan pelanggan untuk mengirim dan menerima pembicaraan secara bersamaan tanpa harus menunggu sang lawan bicara selesai seperti pada cara kerja walkie talkie.

Telepon mobil tidak memerlukan sentral telepon yang khusus, karena penggunaannya dapat dihubungkan dengan sentral telepon umum yang ada atau disebut juga STO. Telepon mobil juga dapat melakukan komunikasi panggilan dan memanggil oleh pelanggan telepon biasa yang memakai telepon tetap seperti telepon rumah, tetapi tidak dapat dipakai berkomunikasi jika menggunakan telepon umum yang menggunakan koin. Karena nomor yang digunakan oleh telepon mobil memakai angka depan nol sebagai kode areanya, maka telepon mobil belum dapat digunakan memakai telepon koin yang umum ada di pinggir jalan.

Komponen utama[sunting | sunting sumber]

Sistem Telepon mobil mempunyai dua komponen utama perangkat radio dalam berkomunikasi yaitu stasiun induk dan stasiun mobil.

Stasiun Induk[sunting | sunting sumber]

Stasiun induk memiliki kegunaan sebagai perantara yang menghubungkan sentral telepon umum dengan pesawat telepon pelanggan yang ada di mobil. Stasiun induk ini meneruskan sinyal-sinyal percakapan yang ada pada sentral telepon ke telepon pelanggannya dan kemudian memancarkannya melalui pemancar radio. Stasiun induk ini juga memiliki beberapa unit perangkat yang semuanya bekerja dalam satu kesatuan. Satuan induk memakai system pemasok daya dengan no break system (tidak boleh putus) yang berasal dari PLN. Besarnya tegangan yang digunakan adalah 13,5 volt.

Stasiun Mobil[sunting | sunting sumber]

Stasiun mobil juga terdiri dari unit-unit yang bekerja secara bersama. Unit-unit yang ada antara lain:

  • Perangkat radio transceiver (perangkat radio penerima)

unit ini dilengkapi dengan antena duplexer dan juga sebuah antena pecut (whip antenna). Perangkat penerima atau transceiver ini berfungsi untuk menangkap dan kemudian memancarkan sinyal dari radio kepada stasiun induk dan begitu juga sebaliknya. Frekuensi transciever dapat berubah, dan perubahan frekuensi tersebut diatur oleh pengontrol secara otomatis.

  • Pesawat telepon juga memiliki sistem pendialan tombol-tekan

Pendialan tombol-tekan ini berfungsi untuk melakukan perubahan atau pemilihan nomor yang dituju, dan juga dilengkapi sebuah pengeras suara yang berguna untuk memantau adanya panggilan masuk.

Cara kerja[sunting | sunting sumber]

Kondisi Diam[sunting | sunting sumber]

Dalam kondisi diam, telepon mobil akan tetap meneruskan idle signal (signal yang tetap) yang telah dikirim oleh sumber-sumber radio yang sedang tidak aktif atau kosong. Sinyal ini merupakan sinyal yang berasal dari pesawat pengontrol. Walaupun dalam keadaan diam stasiun mobil akan tetap mencari idle signal tersebut. Bila memperoleh sinyal tersebut, lampu sibuk (busy lamp) yang ada pada stasiun mobil akan mati. Hal tersebut menandakan stasiun mobil telah siap melakukan ataupun menerima panggilan.

Kondisi Memanggil[sunting | sunting sumber]

Jika stasiun mobil sedang mengalami panggilan, gagang telepon yang diangkat menandakan pemancar saat itu telah memancarkan sinyal panggil menuju stasiun induk. Sinyal yang secara cepat terdeteksi oleh stasiun induk kemudian diartikan sebagai tanda bahwa terdapat pelanggan yang hendak melakukan panggilan. Pada saat pelanggan menekan tombol dial, maka sesuai dengan nomor yang dituju, nada-nada tertentu yang dihasilkan akan secara cepat terkirim. Nada yang diterima oleh stasiun induk diterjemahkan sebagai pulsa dial yang kemudian diteruskan ke sentral telepon umum yang selanjutnya menuju kepada pelanggan yang dipanggil. Setelah percakapan selesai dan gagang telepon kembali diletakkan ke posisi semula, stasiun mobil mengirim sinyal ke stasiun induk, yang oleh stasiun induk diartikan bahwa hubungan telah terputus.

Kondisi Panggilan[sunting | sunting sumber]

Dalam keadaan dipanggil, stasiun induk akan mendeteksi sinyal yang menandakan adanya panggilan dan memancarkannya. Saat sinyal yang dipancarkan oleh stasiun induk diterima oleh pelanggan stasiun mobil yang mengalami pemanggilan, nada-nada panggilan tertentu akan diterima oleh pelanggan stasiun mobil tersebut melalui pengeras suara pada telepon mobil dan saat gagang telepon diangkat, maka secara otomatis terbentuklah sirkuit percakapan.

Kelebihan[sunting | sunting sumber]

  • Komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi yang tidak terputus

Cara kerjanya tidak seperti cara kerja walkie talkie. Walaupun pelanggan telepon mobil berpindah ke area yang berbeda maka secara otomatis sentral telepon akan memperbaharui catatan tentang posisi pengguna telepon mobil yang baru. Dengan menggunakan telepon mobil maka para pelanggan pemakai dimungkinkan untuk melakukan perpindahan lokasi tempat atau pergerakan tempat tidak seperti pada pengguna telepon rumah yang bersifat tetap.

Kekurangan[sunting | sunting sumber]

  • Jarak jangkauan yang terbatas.

Jarak jangkauan yang dimiliki oleh telepon mobil sangat terbatas yaitu hanya 30 km, sehingga pengunaanya masih terbatas. Jarak jangkauan stasiun induk membuat para pelanggan yang berada di luar jarak tersebut mengalami kesulitan dalam melakukan komunikasi. Keterbatasan telepon mobil dalam jarak ini membuat telepon seluler yang biasa lebih banyak digunakan dibandingkan dengan telepon mobil. Telepon mobil juga memerlukan antena dengan pengarahan yang tinggi agar mendapatkan frekuensi yang bagus untuk berkomunikasi dengan baik.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  • Syadam,Gouzali. 2005. Teknologi Komunikasi Perkembangan dan Aplikasi. Penerbit Alvabeta: Bandung.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]