Telanjang kaki

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Seseorang yang berjalan tanpa alas kaki.

Telanjang kaki adalah suatu aktvitas seseorang yang dilakukan tanpa menggunakan alas kaki. Aktivitas ini biasanya dilatarbelakangi oleh faktor sosial, agama, kebersihan, dan kesehatan.

Kesehatan[sunting | sunting sumber]

Beberapa keuntungan atau manfaat kesehatan yang bisa dilakukan dengan berjalan tanpa menggunakan alas kaki yaitu:

  • Pada musim panas, berjalan tanpa alas kaki bisa menjadi efek pendinginan bagi tubuh jika dilakukan di atas rumput hijau saat pagi hari.
  • Berjalan tanpa alas kaki bisa meningkatkan fungsi sirkulasi karena mengaktifkan otot-otot di kaki yang nantinya membantu memompa darah kembali ke jantung.
  • Mencegah terjadinya pengumpulan darah di kaki, mengurangi stres pada sistem kardiovaskular secara menyeluruh dan mengurangi tekanan darah serta masalah pada pembuluh darah vena.
  • Berjalan tanpa alas kaki memberikan efek relaksasi pada kaki yang lelah.
  • Membantu meluruskan jari-jari kaki, mencegah perubahan bentuk kaki (deformitas), mencegah masalah pada kaki datar serta meningkatkan kekuatan fleksor.
  • Memberikan kesempatan untuk membangun kontak langsung dengan alam sehingga menghilangkan ketegangan pikiran akibat tekanan sehari-hari, tubuh menjadi rileks, meremajakan pikiran serta meningkatkan energi tubuh.[1]


Meski memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, tetapi masyarakat sebaiknya melakukan kegiatan ini dengan cermat dan hati-hati agar tetap aman dan tidak menimbulkan masalah atau cedera.

Ada beberapa tips agar bisa dilakukan jika ingin berjalan kaki tanpa menggunakan alas dengan aman yaitu:

  • Selalu waspada mengenai jalan yang akan dilewati
  • Hindari jalan-jalan yang berpotensi bahaya seperti banyak percabangan pohon, ada pecahan kaca, paku atau berisiko terdapat limbah industri
  • Saat pulang, maka segera cuci kaki dengan menggunakan sabun dan air mengalir untuk membersihkan kaki dari kotoran yang menempel serta memastikan bahwa tidak ada serangga yang masih menempel di kulit.

Faktor agama[sunting | sunting sumber]

Dalam beberapa agama dan kepercayaan, bertelanjang kaki dianggap sebagai perwujudan rasa rendah hati dan rasa hormat. Di Thailand, Guru Jinshen, seorang bhikshu Budha berjalan 20 kilometer per hari tanpa alas kaki sebagai pengingat kepada orang lain yang mengejar kehidupan material melindungi dan prihatin terhadap alam . Dia juga menyatakan bahwa ia melakukan hal ini untuk mengikuti aturan Buddha.

Setiap orang memasuki masjid ataupun candi diharuskan untuk melepas sepatu untuk menjaga kesucian di tempat ibadah tersebut.

Dalam Kekristenan, pembasuhan kaki atau upacara mencuci kaki orang lain dianggap sebagai perwujudan kerendahan hati. Dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus tercatat melayani dan membasuh kaki para murid-muridnya sebagai cara untuk melayani mereka selama masa Perjamuan Terakhir.

Catatan Kaki[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]