Sumbergirang, Lasem, Rembang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

s

Sumbergirang
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenRembang
KecamatanLasem
Kode pos
59271
Kode Kemendagri33.17.14.2003
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²

Sumbergirang adalah desa di kecamatan Lasem, Rembang, Jawa Tengah, Indonesia.

Desa Sumbergirang merupakan salah satu dari beberapa desa lainnya yang tepat berada di tengah-tengah Kota Lasem. Mengingat bekas alun-alun peninggalan masa keemasan Lasem zaman dulu ada di wilayah ini. Kawasan yg tepat di depan masjid jami' Lasem ini kini berubah fungsi menjadi ruko (rumah toko). Sampai detik ini belum ada sejarah yang menjelaskan secara detail siapa yang membangun wilayah Sumbergirang ini dan kenapa dinamakan Sumbergirang. Setidaknya kita akan bisa mengetahui bahwa ada beberapa 'artefak" sejarah yang bisa kita lihat sampai saat ini. Pertama adalah keberadaan beberapa pesantren yang ada di Sumbergirang. Dari 16 pesantren yang terdata di kota Lasem, 6 pesantren terletak di Sumbergirang. 4 diantaranya merupakan pesantren tertua yang ada di Lasem yaitu Al-Fakhriyyah, Al-Wahdah, As-Sholatiyah, dan Nailunnajah. Banyak Ulama besar yang lahir di desa ini. Sebut saja KH. Baidlowi bin Abdul aziz (Al-Wahdah) dan KH. Hamid Pasuruan (Al-Fakhriyah). Keduanya merupakan tokoh besar NU yang pernah hidup di zamannya. Secara genealogis, keduanya masih keturunan Mbah Sambu (Abdurrahman Basyaiban) yang oleh masyarakat lasem dianggap sebagai penyebar agama Islam pertama di Lasem.

Kedua adalah keberadaan rumah-rumah khas Tionghoa. Jika diperhatikan secara rinci ada nilai-nilai toleransi yang ada di desa Sumbergirang. Di satu sisi terdapat pesantren yang menjadi basis Islam, di sisi lainnya terdapat etnis Tionghoa yang tinggal di sana. Bahkan jika dilihat, antara bangunan pesantren dengan bangunan rumah Tionghoa sangat berdekatan dan hanya dibatasi oleh tembok. Jika di kota lain (Semarang, jakarta, Surabaya) terdapat segregasi (pemisahan) sosio-kultural masyarakat sebagai akibat kebijakan politik kolonial, berbeda dengan Lasem karena di sana antara rumah Tionghoa dengan pribumi saling berdekatan.

Tidak mengherankan jika Lasem dikenal sebagai kota santri . Salah satu yang mendukung julukan itu adalah keberadaan desa Sumbergirang.

Ditulis oleh M. Nilzam Aly (nilzamsvarna@gmail.com)

Tulisan ini masih sangat sederhana dan masih diperlukan penyempurnaan.