Suku Lani

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Suku lani)
Suku Lani
Ap Lani
Suku Lani dengan kobewak (koteka dengan diameter lebih besar) di Kampung Dugu-Dugu, Kuyawage, Lanny Jaya
Daerah dengan populasi signifikan
 Indonesia (Papua Tengah dan Papua Pegunungan)
Bahasa
bahasa Lani, bahasa Indonesia
Agama
Kristen, Animisme
Kelompok etnik terkait
YaliDaniWalak

Lani adalah suku asli di Ilaga, Puncak, Papua Tengah hingga Lanny Jaya, Papua Pegunungan. Suku Lani sering disebut Dani Barat oleh para misionaris asing untuk mengelompokan suku tersebut dengan suku Dani yang tinggal di Lembah Baliem di sebelah timur. Ini dikarenakan kemiripan bahasa yang mereka gunakan yaitu bahasa Lani sehingga disebut juga bahasa Dani Barat. Wilayah Ilaga ini merupakan suatu lembah luas dan indah, yang dibelah oleh aliran Sungai ll arong. Daerah dengan ketinggian di alas 1.500 meter ini bersuhu 6-2 Celcius. Disepanjang aliran sungai, lereng bukit, bahkan sampai ke puncak bukit.[1]

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Lani artinya "kamu pergi". Istilah ini memiliki hubungan dengan cerita yang dikisahkan dalam suku Walak (Lani Barat). Dalam cerita tersebut, kata Walak lani artinya "kamu pergi". Istilah ini berkaitan dengan nama suku Lani lainnya yang disebut Loma. Loma adalah orang-orang yang tinggal di Kabupaten Puncak Jaya di Dataran Tinggi Pusat. Mereka berbicara menggunakan bahasa Lani dan bahasa Moni, dan terkadang juga memakai bahasa Amung.

Budaya[sunting | sunting sumber]

Busana[sunting | sunting sumber]

Aksesori[sunting | sunting sumber]

seni lukis mini

Suku Lani biasa menggunakan aksesori kepala yang disebut luki, dibuat dari bulu burung cendrawasih berwana putih atau kuning, bulu ayam, dan bulu kelinci, namun karena kelangkaan sumber daya bulu cendrawasih, hanya digunakan untuk acara penyambutan tamu atau oleh orang penting (big man), dan diganti dengan noken. Wajah juga biasanya akan dilukis dan seni ini dinamakan dengan mini, biasa menggunakan warna merah, putih, dan hitam. Warna merah berasal dari biji kesumba; sedangkan warna hitam berasal dari arang, oli, dan biji kopi; sedangkan warna putih berasal dari getah petiol singkong atau odol. Pada lengan biasa digunakan aksesori berupa gelang di lengan yang dibuat dari rotan, dan disebut tenggen, dan bisa diselipkan dedaunan. Aksesori lainnya adalah taring babi yang disebut wam eyak yang bisa dipakai di hidung atau digantung sebagai mata kalung.[2]

Pakaian adat[sunting | sunting sumber]

sali koe

Sama seperti beberapa suku lain di Pegunungan Papua, orang Lani juga menggunakan koteka yang disebut Kobewak atau Kobeba yang dibuat dari Labu air yang dibuang isinya dan dikeringkan. Koteka orang Lani berbeda dari suku lain karena berdiameter besar dan relatif pendek, dan multiguna, seperti untuk menyimpan rokok atau receh.[3] Arah Koteka bergantung pada status penggunanya, jika tegak lurus berarti penggunanya adalah lelaki sejati atau pejaka yang artinya belum pernah berhubungan intim. Jika miring ke kanan, artinya penggunanya adalah pria yang gagah dan berani, memiliki kekayaan yang berlimpah, dan berkedudukan bangsawan; sedangkan jika miring ke kiri artinya penggunanya berasal dari golongan menengah atau merupakan keturunan Panglima Perang (Apendabogur). Rok perempuan orang Lani berupa sali yang dibuat dari kulit kayu. Terdapat dua jenis sali, yaitu sali keragi yang berwarna coklat dan ujungnya berwarna ungu tua, dan sali koe yang berwarna beragam dari hijau, kuning, merah, lalu ujungnya berwarna ungu tua.[2]

Senjata tradisional[sunting | sunting sumber]

Yigin[sunting | sunting sumber]

Yigin adalah busur panah senjata tradisional orang lani untuk berburu dan berperang. Busur panah biasa terbuat dari kayu bumbu, kayu malelo, kayu nanguri, dan kayu kalinggirak. Tali busur atau disebut yigin engale dibuat dari telop dan brin. Anak panah yang disebut male dibuat dari kayu kalum dan kayu libu. Bahan khusus tersebut digunakan agar panah tidak mudah patah dan putus.[2]

Woluwak[sunting | sunting sumber]

Tombak orang Lani disebut woluwak yang dibuat dari kayu yang diasah menjadi tajam. Digunakan untuk berburu dan berperang.[2]

Populasi suku Lani[sunting | sunting sumber]

Festival Budaya Lani 2023 di Tiom, Lanny Jaya

Jumlah populasi suku Lani pada 1980an dikabarkan oleh Douglas Hayward dalam bukunya The Dani of Irian Jaya, Before and After Conversion yang mengatakan bahwa jumlah mereka sekitar 200.000 orang (termasuk suku Dani).[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Melalatoa, M. Junus (1995). Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 
  2. ^ a b c d Weya, Teku; Kiwo, Diko; Bogum, Ika; Kogoya, Resalina; Yikwa, Nelson; Bogum, Yerni. "Namendek Budaya An Pigagin (Saya Punya Budaya Saya Yang Pegang), E-Katalog Budaya Suku Lani". Diakses tanggal 2024-01-07. 
  3. ^ "Lani Dani Yali". detikTravel. 2011-03-16. Diakses tanggal 2024-01-07. 
  4. ^ Douglas James Hayward (1980). The Dani of Irian Jaya Before And After Conversion. Regions Press. ASIN B0007AW6B4.