Sonbai Kecil
Kerajaan Sonbai Kecil Sonba'i Ki'ik | |
---|---|
Ibu kota | Oenam, kemudian Biboki |
Bahasa | Dawan |
Agama | Marapu → Protestan |
Pemerintahan | Monarki |
Era | 1658-1910 |
Penguasa pertama | Kolo Nisnoni |
Penguasa terakhir | Nai Bau Sonbai |
Sekarang bagian dari | Nusa Tenggara Timur, Indonesia |
Sonbai Kecil (bahasa Indonesia: Kerajaan Sonbai Kecil; bahasa Tetun: Sonba'i Ki'ik) adalah sebuah kerajaan tradisional di Pulau Timor yang berdiri sebagai pecahan dari Kerajaan Sonbai pada pertengahan abad ke-17. Kerajaan ini menguasai wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Latar Belakang
[sunting | sunting sumber]Kerajaan Sonbai Kecil muncul akibat perpecahan dinasti Sonbai Besar pada tahun 1658 setelah persaingan antara Ama Besi Nisnoni (Sonbai Besar) dan adiknya Kolo Nisnoni (Sonbai Kecil).[1]
Masa Kejayaan
[sunting | sunting sumber]Pada abad ke-18, Sonbai Kecil menjadi sekutu penting VOC Belanda dalam menghadapi pengaruh Portugis di Timor. Raja Baki Nisnoni (memerintah 1732-1760) berhasil memperluas wilayah hingga Miomaffo dan Biboki.[2]
Kemunduran
[sunting | sunting sumber]Setelah Perang Timor (1911-1912), Belanda memaksa integrasi Sonbai Kecil ke dalam Hindia Belanda. Raja terakhir Nai Bau Sonbai diturunkan dari tahta pada 1910.[3]
Struktur Pemerintahan
[sunting | sunting sumber]Sonbai Kecil menganut sistem pemerintahan hierarkis khas Timor:
- Raja (Usif) - pemimpin tertinggi
- Panglima (Lio) - kepala pertahanan
- Tetua Adat (Mafefa) - penasihat spiritual
- Kepala Suku (Amaf) - penguasa wilayah[4]
Daftar Penguasa
[sunting | sunting sumber]Berikut garis keturunan penguasa Sonbai Kecil:[5]
Nama | Masa Pemerintahan | Catatan | Kolo Nisnoni | 1658-1683 | Pendiri kerajaan | Baki Nisnoni | 1732-1760 | Masa kejayaan | Nai Bau Sonbai | 1906-1910 | Raja terakhir |
---|
Warisan Budaya
[sunting | sunting sumber]Sonbai Kecil meninggalkan beberapa warisan penting:
- Sistem Lopo (rumah adat Timor)
- Tradisi Tutua (upacara penyelesaian konflik)
- Motif tenun khas Biboki[6]
Lihat Juga
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Hägerdal, Hans (2012). Lords of the Land, Lords of the Sea: Conflict and Adaptation in Early Colonial Timor, 1600-1800. Leiden: KITLV Press. hlm. 203–207. ISBN 978-90-6718-378-9.
- ^ Dietrich, Stefan (2017). "The Roots of Timor's Political Conflicts". Journal of Current Southeast Asian Affairs. 36 (3): 45–47. doi:10.1177/186810341703600303.
- ^ Farram, Steven (2004). From 'Timor Koepang' to 'Timor NTT': The Political History of West Timor, 1901-1967. Darwin: Charles Darwin University Press. hlm. 33–35.
- ^ Schulte Nordholt, H.G. (1971). The Political System of the Atoni of Timor. The Hague: Martinus Nijhoff. hlm. 118–123.
- ^ Middelkoop, P. (1963). Timorese Texts and Rituals. The Hague: Martinus Nijhoff. hlm. 78–82.
- ^ Barnes, R.H. (2015). "The Majapahit Connection". Indigenous Peoples and Religious Change. Brill. ISBN 978-90-04-28560-7.
Pranala Luar
[sunting | sunting sumber]- KITLV Collections - Arsip sejarah Timor dari Institut Kerajaan Belanda
- Menzies Library ANU - Koleksi penelitian tentang Timor
- Timor Archaeology - Situs penelitian arkeologi Timor
- East Timor Law Journal - Dokumen sejarah hukum wilayah Timor