Skadron Udara 8

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Skadron Udara 8
Lanud Atang Sendjaja
Lambang Skadud 8
Dibentuk25 Mei 1965
NegaraIndonesia Indonesia
Cabang TNI Angkatan Udara
Tipe unitSatuan Helikopter
Bagian dariWing Udara 4
MarkasLanud Atang Sanjaya
Moto“Cipta Sila Sancaya Dharma”
MaskotGajah Terbang
Ulang tahun25 Mei
AlutsistaSA-330 Puma, EC-725 Caracal
Situs webwww.tniau.mil.id

Skadron Udara 8 disingkat (Skadud 8) adalah Skadron Udara Helikopter dibawah Komando Wing Udara 4, Lanud Atang Sendjaja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.[1] Skadron 8 dibentuk bersamaan dengan diresmikannya Wing Operasi 004 pada 25 Mei 1965 dan ber-home base di Lanud Atang Senjaya, Bogor. mengoperasionalkan jenis Helikopter MI-6. Karena keterbatasan suku cadang, maka akhirnya Skadron Udara 8 dibekukan. Berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor Skep/22/V/1981 tanggal 20 Mei 1981 dan Instruksi Kasau Nomor Ins/12/VI/1981 tanggal 14 Juni 1981, Skadron Udara 8 dihidupkan lagi dengan kekuatan pesawat SA-330 Puma.[2]

Sejarah Perjalanan Skadron Udara 8[sunting | sunting sumber]

Skadron Udara 8 berdiri seiring dibentuknya Wing Operasi 004 (Wingops 004) yang membawahi Skadron 6 dengan pesawat Mi-4 dan Skadron Udara 7 pesawat Mi-4 dan SM-1. sedangkan Skadron 8 pertama kali menggunakan pesawat jenis Mi-6 buatan USSR (Soviet). Pesawat Helikopter angkut berat dengan kemampuan muat barang seberat 12.000 kg, dengan rekor muat barang mencapai 20.117 kg dan mempunyai 120 tempat duduk terpasang serta memiliki kecepatan jelajah 250 km/jam dengan jumlah awak lima orang. Helikopter Mi-6 datang ke Indonesia tahun 1960-an diangkut menggunakan kapal laut dan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara dalam bentuk tidak utuh. Dari Tanjung Priok diangkut ke Pangkalan Angkatan Udara (PAU) Cililitan (Lanud Halim Perdanakusuma) untuk dirakit ulang dan siap diterbangkan yang dipimpin oleh Kapten Udara Atang Sendjaja. Seiring dengan waktu dan penggunaan jam terbang serta kesulitan pengadaan suku cadang, maka semua jenis pesawat helikopter buatan Eropa Timur, akhirnya lumpuh tidak dapat dioperasikan lagi yang berujung dengan dibekukannya Skadron Udara 8.[3]

Pada Mei 1978 TNI AU merealisasikan pengadaan pesawat SA-330 Puma buatan Prancis sebanyak enam unit untuk menggantikan pesawat-pesawat buatan Eropa Timur. Pada tahun 1980 sebanyak lima unit yang langsung diterbangkannya dari Prancis dengan rute (Paris-Abu Dhabi-Islamabad-Colombo-Medan-Jakarta). Sesuai Skep/22/V/1981 tanggal 20 Mei 1981, diambil keputusan mengaktifkan kembali Skadron Udara 8 Angkut Berat yang lebih satu dasawarsa mengalami pembekuan dan ditunjuk Letkol Pnb Suparman menjadi Komandan Skadron. Pada tahun 1982 bertambah lagi lima pesawat SA-330 Puma Puma buatan Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN), serta Februari 1985 didatangkan dua unit Puma yang kemudian dimodifikasi menjadi Helikopter VIP, dengan nomor registrasi (HT-3317 dan HT-3318).[4]

Pengembangan Fasilitas[sunting | sunting sumber]

Seiring reorganisasi TNI AU, pada tanggal 28 Maret 1985 Wingops 004 dibubarkan berdasarkan instruksi Kasau Nomor: Ins/03/III/1985 tanggal 12 Maret 1985, seluruh fasilitas dan personel Skadron Udara 8 diserahkan kepada Pangkalan Udara Atang Senjaya diikuti juga oleh Skadron Udara 6 dan Skadron Udara 7. Dan dengan sendirinya Skadron Udara 6, 7 dan 8 menjadi bagian dari satuan pelaksana tugas Lanud Atang Sendjaja. Perkembangan global mengharuskan TNI khususnya TNI AU menyempurnakan struktur organisasinya, yang setelah hampir dua windu organisasi Wing tidak ada di jajaran TNI AU, maka berdasarkan Instruksi Kasau Nomor: Ins/2/II/2000 tentang pembentukan Wing jajaran Koopsau. Mengaktifkan kembali fungsi dan organisasi Wing 004 di lingkungan Lanud Atang Sendjaja dengan nama Wing Udara 4 yang bertugas dibidang latihan sekaligus membawahi Skadron Udara 6 dan 8 dengan Komandan Wing pertama dipercayakan kepada Kolonel Pnb Sujono. Pada awal berdirinya Skadron Udara 8 sudah melaksanakan penerbangan VIP maupun VVIP, bahkan Presiden Soekarno mempercayakan penerbangan Istana kepada Letnan Udara II Joem Soemarsono dengan menggunakan pesawat Helikopter jenis Bell-47 J Ranger. Dengan semakin intensifnya penerbangan Istana maka T-58 Sikorsky dan Mi-4 dijadikan pula pesawat VIP. Dengan semakin bertambahnya kekuatan pesawat, maka semakin banyak pula tugas-tugas yang harus dilaksanakan, baik yang bersifat operasi militer maupun non-militer. Tugas tersebut adalah melaksanakan penerbangan mendukung kegiatan Presiden dan Wakil Presiden.

Pada tahun 1984 dua unit pesawat SA-330 Puma (H-3304 dan H-3306) dipindahkan dari Skadron Udara 8 Lanud Atang Sendjaja ke Skadron Udara 17 VIP Lanud Halim Perdanakusuma beserta beberapa personel Penerbang dan Teknisi menjadi kekuatan penuh organik Skadron Udara 17 VIP Lanud Halim Perdanakusuma. Meskipun secara administratif kedua pesawat menjadi kekuatan Skadron Udara 17 VIP, tetapi dalam pelaksanaan penerbangannya apabila mendukung penerbangan VIP/VVIP Presiden maupun Wakil Presiden ditunjuk Komandan Skadron Udara 8 sebagai komandan flight dalam penerbangan tersebut. Tahun 1992 bertambah kekuatan dengan kedatangan dua unit pesawat helikopter jenis NAS-332 Super Puma dengan nomor register (H-3321 dan H-3323) yang langsung diserahkan ke Skadron Udara 17 VIP untuk mendukung kegiatan penerbangan VVIP Presiden dan Wakil Presiden. Sesuai tugas dan fungsinya Skadron Udara 8 beserta personelnya sudah memberikan tugas dan bhaktinya kepada bangsa dan negara melalui operasi-operasi baik yang bersifat militer maupun non-militer seperti SAR, ambulans udara, olahraga, penanggulangan bencana alam, dan komando pengendali (Kodal) serta operasi-operasi lainnya yang membutuhkan kehadiran Helikopter.

Komandan[sunting | sunting sumber]

  1. Mayor Udara Imam Suwongso (1965—1967)
  2. Mayor Udara Soekono K. (1967—1970)
  3. Mayor Pnb Soekanta (1970—1971)
  4. Mayor Pnb Pramono Adam (1971—)

Dibekukan dan Diaktifkan Lagi Pada 1984


  1. Letnan Kolonel Pnb Suparman (1984)
  2. Letnan Kolonel Pnb E. Kosasih (1984—1986)
  3. Letnan Kolonel Pnb Hernes Hutabarat (1986—1987)
  4. Letnan Kolonel Pnb HR. Gamdani (1987—1989)
  5. Letkol Pnb Mutanto Yuwono (1989—1990)⭐
  6. Letkol Pnb Wardjoko (1990—1993)⭐⭐⭐
  7. Letkol Pnb Teuku Djohan Basyar, S.Ip. (1993—1996)⭐⭐
  8. Letkol Pnb Modjo Basuki (1996—1997)⭐
  9. Letkol Pnb Dwi Djatmiko BS., S.E., M.M. (1997—1999)⭐⭐
  10. Letkol Pnb Supriharsanto (1999—2001)⭐⭐
  11. Letkol Pnb Wahyu Amirudin Djaja, S.Sos. (2001—2002)⭐
  12. Letkol Pnb Trisno Hendradi (2002—2004)⭐⭐⭐
  13. Letkol Pnb Timbang Sembiring Meliala (2004—2005)⭐⭐
  14. Letkol Pnb Muhammad Fadjar Sumarijadji, M.Sc. (2005—2007)⭐⭐
  15. Letkol Pnb I Wayan Sulaba, S.Sos. (2007—2008)⭐⭐
  16. Letkol Pnb Tarjoni, S.Sos. (2008—2009)⭐
  17. Letkol Pnb Djohn Amarul, S.A.B. (2009—2011)⭐
  18. Letkol Pnb Iwan Tahandi, S.Sos. (2011—2012)
  19. Letkol Pnb M. Tufiq Arasj, S.Sos. (2012—2013)
  20. Letkol Pnb A.F. Picaulima, S.Sos. (2013—2014)
  21. Letkol Pnb Hilman Zaeni (2014—2015)
  22. Letkol Pnb Antonius Adi Nur Wahyono, S.E. (2015—2017)
  23. Letkol Pnb Sigit Gatot Prasetyo, M.MOS. (2017—2018)
  24. Letkol Pnb Asep Wahyu Wijaya (2018)
  25. Letkol Pnb David Dwi Martin W (2018—2020)
  26. Letkol Pnb Betya Lukman M (2020
  27. Letkol Pnb Zulhamdi Lubis, S.E., M.I.Pol. (2020—2022)
  28. Letkol Pnb Immanuel Simarmata, S.E., MMDS. (2022—Sekarang)

Referensi[sunting | sunting sumber]