Singkong gajah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Singkong Gajah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Subfamili:
Tribus:
Genus:
Spesies:
Varietas:
M. e. var. gajah

Singkong gajah adalah singkong varietas unggul dari Kalimantan Timur yang dapat berproduksi hingga 40 kg per pohon.[1] Singkong gajah dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, tetapi tidak dapat tumbuh baik di daerah rawa atau yang terus menerus sering tergenang air.[1] Dengan pertumbuhan yang normal, pohon singkong gajah dapat mencapai tinggi 4 sampai dengan 5 meter.[1] Ditemukan oleh Professor Ristono, guru besar Universitas Mulawarman, pada tahun 2006.[1] lalu dikembangkan pada tahun 2008.[1] Produksi rata-rata Singkong Gajah segar jenis ini per hektar adalah 120 ton, Umur tanaman 10 bulan sudah dapat dipanen.[1]

Ciri-ciri Singkong Gajah[sunting | sunting sumber]

Ciri-ciri Singkong Gajah, antara lain:

  1. Daun muda berwarna ungu kemerahan;
  2. Hampir 99 persen pada singkong gajah umur 3-4 bulan ujung tunas akan bercabang 3 (tiga);
  3. Batang muda berwarna ungu kemerahan;
  4. Daun tampak lebih lebar dari singkong biasa.

Teknik Dasar Penanaman Singkong Gajah[sunting | sunting sumber]

Jarak Tanam pada penanaman Singkong Gajah perlu diperhatikan untuk memperoleh umbi, bibit, dan daun yang maksimal.[2] Keteraturan jarak tanam menghasilkan keindahan kebun dan juga mempermudah pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, penyiangan, dan pemeliharaan bedeng.[2] Jarak tanam pada singkong ini berdasarkan hasil penelitian yang dpimpin oleh Prof. Ristono menunjukan adanya ketergantungan pada tingkat kesuburan tanah.[2] Pada tanah yang subur justru menghendaki jarak tanaman yang longgar karena keinginan singkong ini untuk keleluasaan membangun umbinya menjadi panjang, besar serta banyak.[2] Selain itu, percabangan batang dan pertumbuhan daun dan batang juga akan leluasa bisa mencapai tingkat kerimbunan yang cukup padat.[2] Keteraturan jarak antar pohon paling tidak satu meter, bahkan ada pula yang menanam dengan model jarak satu meter kali dua meter.[2] Sebaliknya, pada tanah yang tidak subur penanaman dengan ukuran jarak yang berdekatan walaupun umbi yang diproduksinya menjadi pendek.[2] Untuk memaksilmalkan produk maka tanaman ini menginginkan tumbuh pada tanah yang digulud atau dibedeng dengan tinggi gundukan sekitar 50 cm dan lebar bedeng paling tidak 70 cm.[2] Dengan bedeng sirkulasi air yang diperlukan tumbuhan ini menjadi lebih terjamin karena Singkong Gajah tidak senang hidup pada genangan air yang berlebihan.[2] Apabila singkong gajah terpaksa ditanam secara tumpang sari maka ia adalah tanaman yang dominan dala memperoleh sinar matahari sedangkan tanaman yang lainnya harus berada dibawahnya dan umur Singkong Gajah harus lebih tua daripada tanaman yang nebeng tersebut.[2] Oleh karena itu untuk tumpang sari sebaiknya dilakukan secara bersamaan penanaman dengan jenis tanaman yang dapat mendukung pertumbuhan singkong misalnya kacang tanah, kacang hijau, atau kedelai.[2] Teknik menanam singkong oleh petani di Indonesia bervariasi.[2] Untuk Singkong Gajah disarankan mengikuti banyaknya mata benih yang yang mungkin dapat tumbuh menjadi batang tanaman yaitu antara tiga hingga lima mata.[2] Ini berarti panjang benih dari 10 cm hingga 20 cm.[2] Diameter benih yang disarankan sekitar 1,5 cm yang diambil baigan yang relatif lebih muda.[2]

Teknik Dasar Pemeliharaan Tanah[sunting | sunting sumber]

Tanah yang telah dibuka untuk lahan penanaman singkong ini harus diberi kesempatan memperoleh sinar matahari yang cukup agar semua bagian dipermukaan tanah memperoleh oksigen yang diperlukan oleh mikrob tanah.[2] Penyuburan tanah menggunakan pupuk kandan atau pupuk organic berupa Bokasi atau kompos memerlukan sekitar 2 ton/hektar.[2] Akan lebih baik apabila pupuk ini bersamaan dengan proses penggemburan tanah, proses ini akan lebih cepat dan efisien apabila dibantu dengan input pupuk hayati.[2] Penggunaan Biotonik yang berkualitas pada awal penanaman diperlukan 2-4 liter/hektar yang berati pencampurannya 200–400 liter air.[2] Penambahan pupuk hayati ini perlu diulangi lagi ketika tanaman telah tumbuh dan berumur 1 bulan dan berikutnya setelah berumur 3 bulan dan 5 bulan.[2] Pada Awal tanam biasanya banyak terdapat tumbuhan rumput pengganggu ata gulma.[2] Untuk mengatasi gangguan ini sebaiknya dilakukan secara manual pada waktu tanaman umur satu bulan yaitu dengan menggunakan tangan karena tanah masih lentur dan rumput juga masih muda dan mudah dicabut.[2] Langkah selanjutnya dilakukan penyiangan secara manual pada umur tanam 2 bulan dan 4 bulan.[2] Pada singkong umur lebih dari 3 bulan rumput akan otomatis mati disekitar pohon karena ternaungi oleh daun singkong yang semakin rimbun.[2] Hasil penyiangan rumpt secara manual berupa rumput atau serasah lainnya yang sangat baik untuk bahan pupuk organik.[2] Pada waktu pemeliharaan tanah secara manual dilakukan, petani juga harus memeriksa ada tidaknya gangguan hama penyakit dan bahkan serangan hama tikus atau babi hutan.[2]

Pemberian Pupuk Organik[sunting | sunting sumber]

Kunci keberhasilan pertanian Sinkong Gajah terlihat dari pengolahan lahan sejak awal dan pemberian pupuk organik secara teratur.[2] Apabila dirasakan memang biaya yang diperlukan cukup tinggi, tetapi hasil yang diperoleh tinggi pula.[2] Apabila pemberian pupuk hanya menggunakan pupuk organik dan pupuk hayati dalam artian tidak menggunakan pupuk kimia sama sekali maka umbi yang dihasilkan paling tepat untuk bahan industri pangan rasa Singkong Gajah yang istimewa.[2]

Penggemburan Tanah[sunting | sunting sumber]

Penggemburan tanah akan lebih efektif dengan sekaligus menaburkan pupuk organik atau pupuk kandang sehingga percampuran bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sedini mungkin telah dilakukan.[2]

Teknik Dasar Pemanenan Singkong Gajah[sunting | sunting sumber]

Dalam memanen singkong tergantung pada teknik pemanenan dan dalam hal ini bagaimana keberhasilan mencabut umbi tersebut dari dalam tanah .[2] Pada tanah yang bersifat liat atau keras biasanya berusaha mencengkram umbi sehingga banyak yang tertinggal di dalam tanah karena putus dan bahkan apabila tercabut pun dalam keadaan rusak.[2] Oleh karena itu teknik panen umbi singkong perlu dipelajari.[2] Dengan tanaman berada pada gulud atau bedeng maka proses pemanenan akan lebih mudah karena umbi yang dihasilkan sebagian besar berada di atas permukaan tanah utama dan gundukan tersebut relatif gembur.[2] Apabila waktu panen ternyata lahan kering atau keras maka dilakukan penggemburan tanah dengan menyiram tanah denga pompa air dan dibiarkan selama 1 (satu) malam agar pengemburan sampai ke ujung umbi/perakaran.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f Pemkot Tarakan Dinas Peternakan dan Tanaman Pangan Kota Tarakan. 2014. Budidaya Singkong Gajah. Tarakan
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai budidaya singkong gajah Diarsipkan 2015-04-15 di Wayback Machine. diakses 6 April 2015