Simian retrovirus Type D (SRV)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Simian retrovirus Type D
Simian retrovirus
Taksonomi
SuperdomainBiota
DomainVirus
DuniaRiboviria
KerajaanPararnavirae
FilumArtverviricota
KelasRevtraviricetes
OrdoOrtervirales
FamiliRetroviridae
SubfamiliOrthoretrovirinae
GenusBetaretrovirus
SpesiesSimian retrovirus

Simian Retrovirus (SRV) adalah virus dari famili Retroviridae yang umum menyerang primata. Virus ini ditemukan pertama kali antara tahun 1981-1983 sebagai penyebab sindrom imunosupresif yang diderita banyak primata di New England Primate Research Center (NEPRC) dan California Regional Primate Centres (CRPC), Amerika Serikat. Sampai saat ini telah ditemukan tiga jenis SRV, yaitu SRV-1, SRV-2, dan SRV-3. Virus SRV-1 tidak berkerabat dekat dengan HIV-1, namun memiliki kemiripan dengan Mason Pfizer monkey virus (MPMV) yang diisolasi dari sel tumor payudara monyet betina. Sementara itu, SRV-2 ditemukan pada spesies primata M. nemestrina dan memiliki kekerabatan yang cukup jauh dibandingkan dengan SRV-1 dan MPMV (SRV-3).

Struktur SRV[sunting | sunting sumber]

Virus ini berbentuk sferis hingga pleomorfik dan berdiameter 80-100 nm. Pada bagian terluar dari strukturnya terdapat sampul virus dan di bagian bawahnya diikuti dengan bagian matriks, kapsid, dan nukelokapsid yang melindungi materi genetik virus tersebut. Keluarga Retroviridae termasuk ke dalam kelompok virus IV yang bereplikasi dengan mentranskrip balik RNA yang dimilikinya, karena itu golongan ini memiliki enzim reverse transcriptase. Selain itu, SRV juga memiliki enzim proteasedan integrase.

Penyakit yang ditimbulkan[sunting | sunting sumber]

SRV-2 tidak hanya menyebabkan imunosupresi fatal, namun juga diikuti dengan proliferasi sel vaskuler dan mesenkimal yang disebut fibromatosis retroperitoneal (RF). Infeksi SRV tidak menunjukkan aktivasi imunitas yang tinggi pada awal terjadinya infeksi, namun virus ini menyerang berbagai sel pertahanan tubuh seperti Sel T CD4, sel T CD8, sel B, makrofaga, dan sel epitelial di saluran pencernaan, kelenjar saliva, dan pleksus koroid. Pada tahap akhir infeksi SRV, terjadi penurunan limfoid pada kelenjar limfoid dan infeksi oportunistik seperti yang juga terjadi pada tahap akhir dari infeksi HIV. Infeksi SRV pada primata menjadi model studi mekanisme supresi sistem imun yang menarik para ahli karena kemampuan reproduksi virus yang tinggi, transmisinya cepat, dan waktu turnover yang diperlukan relatif pendek (7-10 hari).

Deteksi[sunting | sunting sumber]

Untuk mendeteksi keberadaan virus ini yang bersifat onkogenik ini, dapat digunakan uji serologis seperti ELISA dan western blot, analisis PCR, ataupun isolasi virus secara langsung dengan menumbuhkan sel mononuklir darah tepi (PBMC) asal primata dan sel raji secara bersamaan.