Sepuluh Perintah Allah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Sepuluh perintah Allah)
This is an image of a copy of the 1675 Ten Commandments, at the Amsterdam Esnoga synagogue, produced on parchment in 1768 by Jekuthiel Sofer, a prolific Jewish eighteenth century scribe in Amsterdam. It has Hebrew language writing in two columns separated between, and surrounded by, ornate flowery patterns.
Perkamen tahun 1768 (612×502 mm) karya Jekuthiel Sofer mengimitasi Sepuluh Perintah Allah 1675 di sinagoge Esnoga Amsterdam.[1]

Sepuluh Perintah Tuhan, dikenal pula dengan istilah Sepuluh Firman Tuhan, Dasa Firman, Dasa Titah, atau Dekalog (bahasa Yunani: δέκα λόγοι), adalah satu kumpulan prinsip biblika terkait etika dan ibadah, yang memegang suatu peranan penting dalam Yudaisme dan Kekristenan. Perintah-perintah ini berisi instruksi untuk beribadah kepada Tuhan saja, menghormati orang tua sendiri, dan memelihara hari Tuhan, serta larangan terhadap pemberhalaan, penghujatan, pembunuhan, perzinaan, pencurian, ketidakjujuran, dan hasrat akan hal-hal yang dilarang. Masing-masing kelompok keagamaan mungkin memiliki tradisi tersendiri dalam melakukan penafsiran dan penomoran perintah-perintah ini.

Disebutkan bahwa kumpulan perintah ini disampaikan oleh Allah kepada bangsa Israel melalui perantaraan Nabi Musa dan ditulis pada kedua loh batu dengan jari Tuhan.[2][3] Sepuluh Perintah Allah tercantum dua kali dalam Alkitab Ibrani (Yahudi) atau Perjanjian Lama (Kristen), pertama di Keluaran 20:2-17, kemudian di Ulangan 5:6-21.

Sebagian kalangan membedakan "Dekalog Etika" dengan seri Sepuluh Perintah dalam Keluaran 34 yang dinamakan "Dekalog Ritual".

Terminologi[sunting | sunting sumber]

The second of two parchment sheets making up 4Q41, it contains Deuteronomy 5:1–6:1
Bagian dari All Souls Deuteronomy, berisi salah satu salinan tertua Dekalog.

Dalam bahasa Ibrani Biblika, Sepuluh Perintah Allah disebut עשרת הדברים (ditransliterasikan aseret ha-d'varîm) dan dalam bahasa Ibrani Rabinik עשרת הדברות (ditransliterasikan asereth ha-dibrot), keduanya dapat diterjemahkan menjadi "kesepuluh kata", "kesepuluh firman" or "kesepuluh hal".[4]

Teks Sepuluh Perintah Allah[sunting | sunting sumber]

Sepuluh Perintah Tuhan ini terdapat juga di dalam Ulangan 5:6-21. Kitab Ulangan memuat perbedaan penandaan dengan yang dicatat Keluaran. Dalam Kitab Keluaran dikatakan bahwa perintah untuk merayakan hari Sabat untuk mengingatkan berhentinya pekerjaan Penciptaan. Allah sendiri bekerja selama enam hari dalam menciptakan langit, bumi dan segala isinya, dan pada hari yang ketujuh Allah berhenti mencipta dan memberkati hari itu (Keluaran 20:10-11). Dalam Kitab Ulangan, perayaan hari Sabat untuk mengingatkan kisah pembebasan Israel dari perbudakan di Mesir. Hari Sabat harus dirayakan untuk memberikan kesempatan beristirahat kepada setiap hewan yang ada karena bangsa Israel sendiri pun dulunya adalah bangsa budak yang kemudian diberikan kebebasan oleh Tuhan. Karena itu, sekarang Israel pun dilarang memperbudak orang lain, dan makhluk lainnya (Ulangan 5:14-15).

Berikut isi kesepuluh perintah tersebut dari TB LAI:

20:1Lalu Allah mengucapkan segala firman ini:
20:2"Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
20:3Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
20:4Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
20:5Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
20:6tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
20:7Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
20:8Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:
20:9enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
20:10tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
20:11Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
20:12Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
20:13Jangan membunuh.
20:14Jangan berzinah.
20:15Jangan mencuri.
20:16Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
20:17Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."

Tradisi penomoran[sunting | sunting sumber]

Masing-masing tradisi keagamaan membagi ketujuh belas ayat dari Keluaran 20:1–17 dan persamaannya di Ulangan 5:4–21 menjadi sepuluh "perintah" atau "firman" dengan cara-cara berbeda, sebagaimana diperlihatkan dalam tabel di bawah. Beberapa pihak mengemukakan bahwa angka sepuluh lebih merupakan pilihan untuk membantu menghafalnya daripada persoalan teologis.[5][6]

Tradisi-tradisi:

  • LXX: Septuaginta, umumnya diikuti oleh jemaat Kristen Ortodoks.
  • F: Filo, sama seperti Septuaginta, namun larangan membunuh dan berzina terbalik nomornya.
  • S: Taurat Samaria, dengan satu perintah tambahan mengenai Gunung Gerizim sebagai perintah ke-10.
  • T: Talmud Yahudi, menjadikan "kata pengantar" sebagai "firman" atau "hal" pertama dan menggabungkan larangan beribadah kepada allah-allah lain dengan larangan pemberhalaan.
  • A: Agustinus mengikuti Talmud dalam penggabungan ayat 3–6, namun menghilangkan kata pengantar sebagai suatu perintah dan memisahkan larangan mengingini menjadi dua perintah serta mengikuti susunan kata dari Ulangan 5:21 ketimbang Keluaran 20:17.
  • K: Katekismus Gereja Katolik, sebagian besar mengikuti Agustinus.
  • L: Jemaat Lutheran mengikuti Katekismus Besar karya Martin Luther, yang mengikuti Agustinus namun menghilangkan larangan terhadap gambar atau "patung"[7] dan menggunakan susunan kata dari Keluaran 20:17 ketimbang Ulangan 5:21 untuk perintah kesembilan dan kesepuluh.
  • R: Jemaat Reformed mengikuti Institutio karya Yohanes Calvin yang mengikuti Septuaginta; sistem ini juga digunakan dalam Buku Doa Umum Anglikan.[8]
Sepuluh Perintah Tuhan
LXX F S T A K L R Artikel utama Keluaran 20:1-17 Ulangan 5:4-21
1 1 (1) Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. 2[9] 6[9]
1 1 1 2 1 1 1 1 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku 3[10] 7[10]
2 2 1 2 1 1 2 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun 4–6[11] 8–10[12]
3 3 2 3 2 2 2 3 Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan 7[13] 11[13]
4 4 3 4 3 3 3 4 Kuduskanlah hari Sabat 8–11[14] 12–15[15]
5 5 4 5 4 4 4 5 Hormatilah ayahmu dan ibumu 12[16] 16[17]
6 7 5 6 5 5 5 6 Jangan membunuh 13[18] 17[18]
7 6 6 7 6 6 6 7 Jangan berzinah 14[19] 18[19]
8 8 7 8 7 7 7 8 Jangan mencuri 15[20] 19[20]
9 9 8 9 8 8 8 9 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu 16[21] 20[21]
10 10 9 10 10 10 9 10 Jangan mengingini (rumah sesamamu) 17a[22] 21b[23]
10 10 9 10 9 9 10 10 Jangan mengingini (istri sesamamu) 17b[24] 21a[25]
10 10 9 10 10 10 10 10 Jangan mengingini (hamba, hewan, atau apapun yang dipunyai sesamamu) 17c[26] 21c[27]
10 Haruslah kamu mendirikan altar yang kuperintahkan kepadamu di atas Gunung Gerizim 17d (Samaria) 21d (Samaria)
  • Semua kutipan kitab suci di atas adalah dari Alkitab LAI Terjemahan Baru.

Penafsiran keagamaan[sunting | sunting sumber]

Kekristenan[sunting | sunting sumber]

Kebanyakan tradisi dalam Kekristenan berpegang pada pandangan bahwa Sepuluh Perintah Tuhan memiliki otoritas ilahi dan terus berlaku sampai kapan saja, kendati masing-masing tradisi mungkin memiliki penafsiran berbeda dan pemanfaatan tersendiri.[28] Dalam hampir sepanjang sejarah Kekristenan, dekalog ini dipandang sebagai suatu ringkasan hukum Tuhan dan tolok ukur perilaku, pusat kehidupan Kristen, kesalehan, serta ibadah.[29]

Referensi dalam Perjanjian Baru[sunting | sunting sumber]

Dalam Khotbah di Bukit, Yesus secara eksplisit merujuk larangan terhadap pembunuhan dan perzinaan. Dalam Matius 19:16-19, Yesus mengulang kembali lima perintah dari Sepuluh Perintah Tuhan, diikuti oleh perintah yang disebut "hukum yang kedua" (Matius 22:34-40) setelah "hukum yang terutama dan yang pertama".

Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

— Matius 19:16-19

Dalam Surat Roma, Rasul Paulus juga menyebutkan lima perintah dari Sepuluh Perintah Tuhan dan menghubungkannya dengan perintah mengasihi sesama.

Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.

— Roma 13:8-10

Katolik[sunting | sunting sumber]

Dalam pandangan Gereja Katolik, Yesus membebaskan umat Kristen dari seluruh hukum Yahudi, tetapi tidak dari kewajiban mereka untuk memelihara Sepuluh Perintah Tuhan.[30] Dikatakan bahwa perintah-perintah ini diberikan untuk tatanan moral, sementara kisah penciptaan adalah untuk tatanan alam atau kodrati.[30]

Menurut Katekismus Gereja Katolik, yang adalah pemaparan resmi keyakinan Kristiani Gereja Katolik, Sepuluh Perintah Tuhan dipandang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan rohani yang baik,[31] serta berfungsi sebagai dasar bagi keadilan sosial.[32] Ajaran Gereja mengenai Sepuluh Perintah Tuhan utamanya didasarkan pada Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan tulisan-tulisan dari para Bapa Gereja awal.[33] Dalam Perjanjian Baru, Yesus mengakui keabsahan perintah-perintah ini dan menginstruksikan murid-murid-Nya untuk melangkah lebih jauh, mensyaratkan suatu kebenaran yang melebihi daripada para ahli kitab dan Farisi.[34] Perintah-perintah ini dirangkum oleh Yesus menjadi dua "hukum kasih" yang mengajarkan untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama,[35] menginstruksikan setiap individu untuk mempertahankan relasi yang baik dengan keduanya.

Sepuluh Perintah Tuhan

(Nabi Musa)

Akulah YHWH Tuhan-mu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir dari tempat perbudakan.

1. Jangan menyembah ilah lain.

2. Jangan membuat bagimu patung patung yang menyerupai apapun yang ada di langit atau di bumi di bawah atau didalam air di bawah bumi.

3. Jangan menyebut Nama YHWH Tuhan-mu dengan sembarangan Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut namanya dengan sembarangan.

4. Ingatlah dan Kuduskanlah hari Sabat 6 hari lamanya engkau akan bekerja tetapi hari ke tujuh adalah hari Sabat.

5. Hormatilah Ayahmu dan Ibumu supaya lanjut umurmu ditanah yang diberikan tuhan Allah-mu kepadamu.

6. Jangan membunuh.

7. Jangan berzina.

8. Jangan mencuri.

9. Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu

10. Jangan mengingini rumah sesamamu istrinya atau hambanya atau lembunya atau keledainya atau apapun yang dipunyai sesamamu.

Ortodoks[sunting | sunting sumber]

Kebenaran-kebenaran moral yang dipegang Gereja Ortodoks Timur utamanya terkandung dalam Sepuluh Perintah Tuhan.[36] Pengakuan dosa diawali dengan pembacaan Sepuluh Perintah Tuhan oleh bapa pengakuan (imam yang mendengarkan pengakuan dosa), dan ia menanyakan peniten perintah apa saja yang telah dilanggar.[37]

Protestan[sunting | sunting sumber]

Kendati menolak teologi moral Katolik Roma, dengan memberi penekanan lebih pada hukum alkitabiah dan injil, para teolog Protestan awal tetap mempertahankan Sepuluh Perintah Tuhan sebagai titik awal kehidupan moral Kristen.[38] Masing-masing denominasi Kristen memiliki keragaman dalam hal bagaimana mereka menerjemahkan prinsip-prinsip dasar ini ke dalam hal-hal spesifik yang membentuk suatu etika Kristen yang sepenuhnya.[38] Sementara kalangan Katolik menekankan tindakan untuk melaksanakan Sepuluh Perintah Tuhan, kalangan Protestan menggunakan Sepuluh Perintah Tuhan dengan maksud menguraikan kehidupan Kristen kepada setiap orang, dan membuat setiap orang menyadari, melalui kegagalan mereka menjalani kehidupan tersebut, bahwa mereka tidak mampu melakukannya sendiri.[38]

Sebuah sekolah Kristen di India memajang Sepuluh Perintah Allah.

Dalam teks Sepuluh Perintah Tuhan yang banyak digunakan kalangan Protestan, bagian pertama sampai keempat mengatur tentang hubungan manusia dengan Tuhan, sedangkan perintah kelima sampai kesepuluh mengatur hubungan manusia dengan sesama:

  1. Jangan ada padamu Tuhan lain di hadapan-Ku
  2. Jangan membuat patung untuk disembah
  3. Jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan
  4. Kuduskanlah hari Sabat
  5. Hormatilah Orang tua mu
  6. Jangan membunuh
  7. Jangan berzinah
  8. Jangan mencuri
  9. Jangan berdusta
  10. Jangan mengingini milik orang lain.
Lutheran[sunting | sunting sumber]

Pembagian perintah-perintah ini oleh Lutheran mengikuti yang ditetapkan oleh St. Agustinus, menyusul yang kelak menjadi pembagian para ahli kitab dalam sinagoge saat ini. Tiga perintah pertama mengatur hubungan antara Tuhan dengan manusia, perintah keempat sampai kedelapan mengatur hubungan bermasyarakat antar manusia, dan dua perintah terakhir mengatur pikiran-pikiran personal. Lihat Katekismus Kecil[39] dan Katekismus Besar Martin Luther.[7]

Islam (Al-Qur'an)[sunting | sunting sumber]

Dalam Al-Qur'an Allah membuat Perjanjian dengan Bani Isra'il yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW secara khusus dan tentunya kepada Nabi Musa As sebelumnya. Hal ini tertulis dalam surat Al-Baqarah 83-84 , antara lain sebagai berikut  :

  1. Janganlah kamu beribadah kecuali hanya kepada Allah saja.
  2. Berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu secara Ihsan (seolah2 engkau melihat Allah Swt.)
  3. Berbuat baiklah kepada kerabatmu
  4. Berbuat baiklah (peduli) terhadap anak yatim
  5. Berbuat baiklah (peduli) kepada orang miskin
  6. Berkatalah kamu dengan bahasa yang baik (santun/halus)
  7. Dirikanlah shalat
  8. Tunaikan zakat
  9. Janganlah kamu menumpahkan darah saudaramu
  10. Janganlah engkau mengusir saudaramu dari tempatmu

Dalam informasi yang dibawa Nabi Muhammad SAW dijelaskan bahwa Nabi Musa As merupakan salah satu Rasulullah yang diperintahkan untuk menyampaikan Risalah yang juga berasal nenek moyangnya yaitu Nabi Ibrahim As. Perjanjian Allah dengan Bani Israel sebenarnya merupakan millah dari Nabi Ibrahim. QS 3:95. Dan teladan yang baik bagi Nabi Muhammad SAW dan umatnya (QS 60:4). Bahkan merupakan ajaran yang ditunggu tunggu dan diridhoi oleh kaum Yahudi dan Nasrani, bila umat Nabi Muhammad SAW telah menggunakannya (QS 2:120 (Tidak akan ridho kepada mu (Muhammad SAW dan umatnya) kaum Yahudi dan Nasrani, sehingga engkau mengikuti millahnya)

Sebagai pelengkap 10 perjanjian Allah dengan Bani Israel berikut beberapa ayat-ayat Al-Qur'an yang mendukung rincian keterangan di atas.

1. Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu. (Surah Muhammad :19)

2. وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُم بِاللَّهِ إِلَّا وَهُم مُّشْرِكُونَ

Dan sebagian besar manusia tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan-Nya (dengan sembahan-sembahan lain). (Yusuf 12:106)

3. Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang dari berbuat baik, bertakwa, dan menciptakan kedamaian di antara manusia. Allah maha mendengar lagi maha mengetahui (Surah Al Baqarah :224)

4. Wahai orang-orang yang telah diberi Kitab, berimanlah pada apa yang telah Kami turunkan (Al Qur'an) yang membenarkan Kitab yang ada padamu sebelum Kami mengubah wajah-wajah(-mu), lalu Kami putar ke belakang (sebagai penghinaan) atau Kami laknat mereka sebagaimana Kami melaknat orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabat (Sabtu). Ketetapan Allah pasti berlaku. (An Nisā 4:47)

5. "Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya "Uf" dan janganlah kamu membentak keduanya" [Al-Isra/17 : 23]

6. Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.(Surah Al Maidah 5:32)

7. "Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji dan jalan terburuk." (Surah Al Isra' 17:32)

8. Laki laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Alah Maha perkasa lagi Maha bijaksana. (Surah Al Maidah 5:38)

9. Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta. (An Nahl 16:105)

10. Janganlah sekali kali engkau tujukan pandangan matamu pada kenikmatan yang telah kami anugerahkan kepada beberapa golongan dari mereka, bunga kehidupan dunia agar kami uji mereka dengan itu. Karunia tuhanmu lebih baik dan lebih kekal. (Surah Tāhā 20:131)

Juga boleh diperhatikan dalam surah ke-17, "Al-Israa" ("Perjalanan Malam"), ayat 22-37, Qur'an memberikan satu set ketetapan moral bahawa "antara ajaran yang bijaksana, yang Tuhanmu telah berikan kepada kamu" boleh dikategorikan dalam sepuluh bilangan. Hendaklah diingat ayat ini tidak dianggap oleh sarjana Islam sebagai bahagian lain daripada ajaran akhlak dalam al-Qur'an, mahupun sebagai ganti kepada yang lain.

  1. Sembah hanya satu Tuhan: Janganlah engkau adakan tuhan yang lain bersama Allah (dalam ibadatmu), kerana akibatnya engkau akan tinggal dalam keadaan tercela dan kecewa dari mendapat pertolongan.. (17:22)
  2. Berbaiklah, hormati dan merendah diri kepada ibu bapa: Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah melainkan kepadaNya semata-mata dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sekali, sampai kepada umur tua dalam jagaan dan peliharaanmu, maka janganlah engkau berkata kepada mereka (sebarang perkataan kasar) sekalipun perkataan "Ha" dan janganlah engkau menengking menyergah mereka, tetapi katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang bersopan santun). (17:23) Dan hendaklah engkau merendah diri kepada keduanya kerana belas kasihan dan kasih sayangmu dan doakanlah (untuk mereka, dengan berkata): "Wahai Tuhanku! Cucurilah rahmat kepada mereka berdua sebagaimana mereka telah mencurahkan kasih sayangnya memelihara dan mendidikku semasa kecil." (17:24)
  3. Janganlah kedekut atau membazir dalam perbelanjaan: Dan berikanlah kepada kerabatmu dan orang miskin serta orang musafir akan haknya masing-masing dan janganlah engkau membelanjakan hartamu dengan boros yang melampau. (17:26) Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara Syaitan, sedang Syaitan itu pula adalah makhluk yang sangat kufur kepada Tuhannya. (17:27) Dan jika engkau terpaksa berpaling tidak melayani mereka, kerana menunggu rezeki dari Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka kata-kata yang menyenangkan hati. (17:28) Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu di lehermu dan janganlah pula engkau menghulurkannya dengan sehabis-habisnya, kerana akibatnya akan tinggallah engkau dengan keadaan yang tercela serta kering keputusan. (17:29)
  4. Jangan terlibat dalam 'pembunuhan' kerana takut menjadi miskin: Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu kerana takut miskin; Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kamu. Sesungguhnya perbuatan membunuh mereka adalah satu kesalahan yang besar. (17:31)
  5. Jangan lakukan perzinaan: Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah satu perbuatan yang keji dan satu jalan yang buruk (yang membawa kerusakan). (17:32)
  6. Jangan membunuh sesuka hati: Dan janganlah kamu membunuh diri seseorang manusia yang diharamkan oleh Allah membunuhnya kecuali dengan alasan yang benar dan sesiapa yang dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan warisannya berkuasa menuntut balas. Dalam pada itu, janganlah dia melampau dalam menuntut balas bunuh itu, kerana sesungguhnya dia adalah mendapat sepenuh-penuh pertolongan (menurut hukum Syarak). (17:33)
  7. Prihatin terhadap anak-anak yatim: Dan janganlah kamu menghampiri harta anak yatim melainkan dengan cara yang baik (untuk mengawal dan mengembangkannya), sehingga dia baligh (dewasa, serta layak mengurus hartanya dengan sendiri)...(17:34)
  8. Mengotakan janji: ...dan sempurnakanlah perjanjian (dengan Allah dan dengan manusia), sesungguhnya perjanjian itu akan ditanya. (17:34)
  9. Berlaku jujur dan adil dalam perhubungan: Dan sempurnakanlah sukatan apabila kamu menyukat dan timbanglah dengan timbangan yang adil. Yang demikian itu baik (kesannya bagi kamu di dunia) dan sebaik-baik kesudahan (yang mendatangkan pahala di akhirat kelak). (17:35)
  10. Janganlah congkak: Dan janganlah engkau mengikut apa yang engkau tidak mempunyai pengetahuan mengenainya; sesungguhnya pendengaran dan penglihatan serta hati, semua anggota-anggota itu tetap akan ditanya tentang apa yang dilakukannya. (17:36) Dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan berlagak sombong, kerana sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembusi bumi dan engkau tidak akan dapat menyamai setinggi gunung-ganang. (17:37)

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ (Belanda) "UBA: Rosenthaliana 1768". Diakses tanggal 26 April 2012. 
  2. ^ (Inggris) Addis, William Edward; Arnold, Thomas (1884). A Catholic Dictionary. Princeton University Press. hlm. 195. 
  3. ^ Ulangan 4:13
  4. ^ (Inggris) Rooker, Mark (2010). The Ten Commandments: Ethics for the Twenty-First Century. Nashville, Tennessee: B&H Publishing Group. hlm. 3. ISBN 0-8054-4716-4. Diakses tanggal 2011-10-02. The Ten Commandments are literally the "Ten Words" (ăśeret hadděbārîm) in Hebrew. The use of the term dābār, "word," in this phrase distinguishes these laws from the rest of the commandments (mişwâ), statutes (hōq), and regulations (mišpāţ) in the Old Testament. 
  5. ^ (Inggris) Chan, Yiu Sing Lúcás (2012). The Ten Commandments and the Beatitudes. Lantham, MA: Rowman & Littlefield. hlm. 38, 241. 
  6. ^ (Inggris) Block, Daniel I. (2012). "The Decalogue in the Hebrew Scriptures". Dalam Greenman, Jeffrey P.; Larsen, Timothy. The Decalogue Through the Centuries: From the Hebrew Scriptures to Benedict XVI. Westminster John Knox Press. hlm. 1–27. ISBN 0-664-23490-9. 
  7. ^ a b (Inggris) Luther's Large Catechism Diarsipkan 2013-11-05 di Wayback Machine. (1529)
  8. ^ (Inggris) Fincham, Kenneth; Lake, Peter (editors) (2006). Religious Politics in Post-reformation England. Woodbridge, Suffolk: The Boydell Press. hlm. 42. ISBN 1-84383-253-4. 
  9. ^ a b Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
  10. ^ a b You shall have no other gods before me.
  11. ^ Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
  12. ^ Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
  13. ^ a b Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
  14. ^ Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
  15. ^ Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu yang manapun, atau orang asing yang di tempat kediamanmu, supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga. Sebab haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat.
  16. ^ Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
  17. ^ Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
  18. ^ a b Jangan membunuh.
  19. ^ a b Jangan berzinah.
  20. ^ a b Jangan mencuri.
  21. ^ a b Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
  22. ^ Jangan mengingini rumah sesamamu;
  23. ^ dan jangan menghasratkan rumahnya,
  24. ^ jangan mengingini isterinya,
  25. ^ Jangan mengingini isteri sesamamu,
  26. ^ atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.
  27. ^ atau ladangnya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya, atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.
  28. ^ (Inggris) Braaten, Carl E.; Seitz, Christopher (2005). "Preface". I Am the Lord Your God. Grand Rapids, MI: William B. Eerdmans. hlm. x.  – via Questia (perlu berlangganan)
  29. ^ (Inggris) Turner, Philip (2005). "The Ten Commandments in the Church in a Postmodern World". Dalam Braaten, Carl E.; Seitz, Christopher. I Am the Lord Your God. Grand Rapids, MI: William B. Eerdmans. hlm. 3.  – via Questia (perlu berlangganan)
  30. ^ a b (Inggris) Peter Kreeft, Catholic Christianity: A Complete Catechism of Catholic Beliefs Based on the Catechism of the Catholic Church, ch. 5. Ignatius Press (2001). ISBN 0-89870-798-6
  31. ^ (Inggris) Kreeft, Peter (2001). Catholic Christianity. Ignatius Press. ISBN 0-89870-798-6.  pp. 201–203 (Google preview p.201)
  32. ^ (Inggris) Carmody, Timothy R. (2004). Reading the Bible. Paulist Press. ISBN 978-0-8091-4189-0.  p. 82
  33. ^ (Inggris) "Paragraphs 2052–2074", Catechism of the Catholic Church, Second Edition, Libreria Editrice Vaticana, 2012 
  34. ^ (Inggris) Kreeft, Peter (2001). Catholic Christianity. Ignatius Press. ISBN 0-89870-798-6.  p. 202 (Google preview p.202)
  35. ^ Schreck, Alan (1999). The Essential Catholic Catechism. Servant Publications. ISBN 1-56955-128-6.  p. 303
  36. ^ (Inggris) Sebastian Dabovich, Preaching in the Russian Church, p. 65. Cubery (1899).
  37. ^ (Inggris) Alexander Hugh Hore, Eighteen Centuries of the Orthodox Church, p. 36. J. Parker and Co. (1899).
  38. ^ a b c (Inggris) Timothy Sedgwick, The Christian Moral Life: Practices of Piety, pp. 9–20. Church Publishing (2008). ISBN 1-59627-100-0
  39. ^ (Inggris) Luther's Small Catechism Diarsipkan 2011-09-27 di Wayback Machine. (1529)

Bacaan tambahan[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]