Sengsara Membawa Nikmat (seri televisi)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sengsara Membawa Nikmat
Sampul DVD Sengsara Membawa Nikmat
PemeranSandy Nayoan
Desy Ratnasari
Septian Dwi Cahyo
Arief Rivan
Alwi AS
Roy Karyadi
Tina Melinda
Achmad Nugraha
BHR Tanjung
Enita Syahril
Edwel Yusri Datuak Rajo Gampo Alam
Negara asalIndonesia
Jmlh. episode20+
Produksi
Lokasi produksiJakarta
Durasi1 Jam
Rilis asli
JaringanTVRI
Format audioStereo
Dolby Digital 5.1
Rilis1991 –
1991

Sengsara Membawa Nikmat merupakan sebuah sinetron yang ditayangkan di TVRI pada tahun 1991. Sinetron ini diangkat dari sebuah novel mahakarya Tulis Sutan Sati yang mengambil setting lokasi di sebuah desa di Minangkabau. Pemain utama di sinetron ini ialah Desy Ratnasari, Septian Dwi Cahyo, Sandy Nayoan dan masih banyak lagi. Jumlah episodenya adalah 20+.

Sinopsis[sunting | sunting sumber]

Sinetron ini dikenal juga sebagai Film Si Midun. Berkisah seorang pemuda di salah satu desa di Minangkabau bernama Midun (Sandy Nayoan) dan sahabatnya Maun (Septian Dwi Cahyo). Midun adalah seorang pemuda yang merupakan seorang anak dari petani miskin. Ia berperangai sopan, taat beragama, dan jago silat. Karena itu ia sangat disukai oleh warga kampung. Namun ada seorang lelaki yang iri kepadanya yaitu Kacak (Arief Rivan), seorang kemenakan kepala desa yang bergelar Tuanku Laras. Kacak adalah seorang yang sangat sombong dan selalu bersikap semaunya karena merasa mamaknya adalah seorang kepala desa. Suatu hari, Midun menyelamatkan istri Kacak yang hanyut di sungai, tetapi Kacak bukannya berterima kasih malah mencaci maki Midun. Baku hantam antara Midun dan Kacak pun terjadi. Pada saat yang sama, Kacak malah melaporkan bahwa Midun hendak memperkosa istrinya. Kemudian mereka menyatakan Midun bersalah dan ia dihukum untuk melakukan ronda selama 6 hari 6 malam tanpa digaji. Ia mendapat pengawasan dari Kacak.

Tidak berhenti sampai di situ, Kacak masih gerah melihat Midun masih berkeliaran di desa mereka. Ia akhirnya merencanakan sejumlah hal dengan tujuan membunuh Midun. Usaha tersebut selalu gagal tetapi Kacak masih bisa memfitnah Midun sehingga pada akhirnya ia dijebloskan ke dalam penjara. Di dalam penjara Midun menjadi seorang yang disegani sebab ia memiliki hati yang baik dan kepandaian dalam bela diri. Dalam menjalani masa tahanannya, Midun suatu hari bertugas menyapu jalanan. Secara tidak sengaja ia melihat seorang gadis cantik yang duduk termenung sendiri. Setelah gadis itu pergi, Midun bermaksud menyapu di tempat gadis tersebut tadi duduk. Ia kaget dan mendapati sebuah kalung yang tercecer milik gadis tersebut. Akhirnya setelah mengembalikan kalung tersebut, ia bisa berkenalan dengan gadis yang ternyata bernama Halimah tersebut. Halimah hidup bersama dengan ayah tirinya. Ia merasa tidak bahagia dan berniat mencari ayah kandungnya di Bogor. Midun berjanji setelah menjalani masa hukumannya, ia akan membantu Halimah mencari ayahnya di Bogor.

Singkat cerita, Midun akhirnya keluar dari penjara dan membawa Halimah lari ke Bogor mencari ayahnya. Setelah menemukan ayah Halimah, Midun menetap di rumah tersebut selama 2 bulan. Dia merasa tak enak dan kemudian memutuskan berangkat ke Batavia mencari pekerjaan. Saat di Batavia, Midun mendapat banyak sekali cobaan dan rintangan. Ia meminjam uang pada rentenir dan memulai usahanya yang akhirnya sukses. Si renternir menjadi iri dan memfitnah Midun. Akhirnya, ia masuk ke penjara sekali lagi. Setelah bebas, ia berjalan ke pasar baru dan secara tidak sengaja menolong seorang sinyo Belanda yang diganggu penjahat. Sinyo Belanda tersebut ternyata anak seorang pejabat terkenal. Sebagai rasa terima kasih, Midun diberi pekerjaan dan akhirnya ia ke Bogor menikahi Halimah. Seiring perjalanan waktu, karier Midun menanjak dan dipercaya memimpin sebuah operasi di Medan. Hal tersebut mempertemukannya dengan sang adik bernama Manjau. Manjau bercerita bahwa keadaan keluarganya sangat menyedihkan. Akhirnya sekembali ke Batavia, Midun meminta agar ditugaskan di kampung halamannya. Ia akhirnya kembali ke sana dan bertemu dengan keluarganya juga Kacak. Kacak sangat menyesali perbuatannya dulu pada Midun. Dan pada akhirnya, mereka hidup bahagia di kampung halamannya.

Pemeran[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]