Sekolah virtual

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Foto murid sekolah dasar

Sekolah daring (sekolah virtual)[1] adalah proses pembelajaran yang menggunakan metode daring secara menyeluruh atau sebagian besar. Sekolah virtual dilakukan tanpa adanya tatap muka dalam sebuah ruang pertemuan fisik antara murid dan guru. Sekarang tidak semua sekolah melakukan pembelajaran secara virtual, beberapa masihmelakukan tatap muka secara langsung. Sekolah virtual memungkinkan murid untuk memperoleh kredit atau ujian yang diakui untuk dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Proses belajar di sekolah virtual dapat menggunakan komputer atau ponsel cerdas yang terhubung dengan jaringan internet.[2]

Model pembelajaran[sunting | sunting sumber]

Model pembelajaran yang digunakan dalam sekolah virtual bervariasi, mulai dari pembelajaran jarak jauh yang menyediakan bahan pembelajaran untuk belajar mandiri, sampai dengan kelas interaktif yang secara langsung memungkinkan mahasiswa belajar dengan pengajar dalam satu grup kelas (sinkron).

Asumsi kurangnya komunikasi dan interaksi sosial pada sekolah virtual menjadi perhatian utama pada para pelajar. Satu-satunya interaksi antar manusia dalam model pembelajaran ini adalah antara mahasiswa dengan pengajar, tetapi sebenarnya pelajaran sekolah virtual dibangun secara sosial.

Para pelajar dan pengajar berada dalam satu kontak bersama, seperti dalam aplikasi yang disediakan oleh sekolah virtual, melalui surel (e-mail), maupun dalam kelas daring yang telah disediakan. Jika diizinkan, siswa juga dapat berkomunikasi melalui telepon. Melalui metode ini diharapkan pembelajaran virtual dapat membantu perkembangan pribadi pelajar. Beberapa sekolah virtual secara khusus menangani pelatihan dalam keterampilan sosial para siswa , baik untuk dirinya sendiri maupun untuk pelajaran yang lebih efektif.

Sekarang ini komputer telah berkembang, baik dari perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware). Perubahan ini disebabkan oleh faktor brainware (pengguna komputer) yang terus berubah. Pesatnya perkembangan mampu menciptakan dunia maya yang banyak digemari oleh anak-anak, orang dewasa bahkan orang tua sehingga masyarakat tertarik mengikuti sekolah virtual. Komputer merupakan bagian dari teknologi yang mampu membawa perubahan besar pada kehidupan manusia. Komputer dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu komputer digital dan komputer analog.

Saat ini, perangkat lunak yang dapat mendukung proses belajar-mengajar agar lebih efektif berbentuk aplikasi, yang kemudian bisa kita sebut dengan Learning Management System, ([3]).

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sekolah virtual muncul di pertengahan 1990-an.[1] sedangkan saat ini banyak sekolah virtual yang merupakan adaptasi dikarenakan pandemi covid-19. Pada awalnya sekolah virtual dimulai dari Australia, Selandia baru, Amerika utara dan Amerika serikat. Secara umum sekolah virtual terdapat di area yang kepadatan penduduknya rendah dengan kondisi sekolah konvensional sulit didapat dan mahal.[1][4] Tahun 2008 menjadi tahun dengan angka tertinggi anak yang putus sekolah.

Pada proses komputerisasi dan saat program MOOC pembelajaran jarak jauh mulai berkembang, sekolah dengan koresponden menawarkan murid sebuah alternatif tradisional dengan pertemuan di dalam gedung sekolah. Gedung ini dimanfaatkan untuk menjadi pos layanan bagi interaksi murid dan guru, atau menggunakan dua jalur transmisi radio, namun terkadang pula melalui penyiaran di televisi. Siswa diharapkan dapat mempelajari pembelajaran secara mandiri, dan dalam beberapa kasus, bertemu dengan pengawas untuk diujikan. Sekolah virtual sekarang sudah ada di seluruh dunia. Dalam satu dekade terakhir, instruksi secara virtual mengalami peningkatan di Kanada dan Amerika Serikat.[5] Beberapa sekolah virtual mempunyai hubungan dengan sekolah lainnya (terutama di Amerika serikat), dimana siswa dapat duduk di lab komputer dan dapat mengerjakan tugas mereka secara daring. Siswa dapat menyelesaikan sekolah di rumah atau mereka dapat memilih belajar secara bermasyarakat.

Biaya dan lokasi[sunting | sunting sumber]

Metode virtual sudah terintegrasi dengan ketentuan negara, dengan biaya mengikuti standar sekolah negeri. Dengan kata lain, biaya harus dipenuhi oleh siswa atau orang tua. Banyak sekolah di Amerika serikat menciptakan layanan virtual sendiri untuk menghindari membayar penyedia jasa dari pihak ketiga. Sebagai contoh, siswa dapat lulus dari daerah mereka sendiri tanpa harus meninggalkan daerah mereka. Dalam kebanyakan kasus, siswa diberikan buku elektronik, serta layanan internet untuk menyelesaikan sekolah di rumah. Dengan sumber daya dari internet sebagai perpustakaan, dan kemudahan dalam membuat bahan pembelajaran secara virtual, diharapkan dapat memberikan proses belajar dan mengajar semaksimal mungkin.

Kelebihan dan kekurangan[sunting | sunting sumber]

Pembelajaran secara daring mempunyai kelebihan antara lain:

  1. Lebih hemat biaya.
  2. Banyak murid yang mempunyai kondisi atau kesehatan pribadi yang menghalangi mereka untuk bertemu secara langsung di sekolah, dan hal ini bisa teratasi dengan sekolah virtual.
  3. Individu atau keluarga yang sering berpindah lokasi, akan sangat terbantu dengan sekolah virtual dikarenakan pelajaran dapat di akses dimanapun dan kapanpun, selama pelajar terhubung ke dalam jaringan.
  4. Sekolah virtual bisa menjadi alat untuk siapapun tanpa melihat latar belakang seseorang.
  5. Siswa atau murid mendapatkan keuntungan dari pemaparan pada budaya lain yang ada di dunia yang memiliki sejarah, geografi, kepercayaan dan politik
  6. Para pelajar yang harus bekerja paruh waktu, tetap bisa bersekolah karena fleksibilitas yang dimiliki sekolah virtual.

Sekolah virtual seringkali tidak dianggap sebagai program pembelajaran secara langsung, karena murid tidak berinteraksi dengan guru secara tatap muka, oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk murid yang terdaftar di sekolah virtual terlibat kegiatan sosial di luar sekolah, terutama untuk anak-anak yang sekolah di rumah. Kekurangan sekolah virtual antara lain:

  1. Biaya pembangunan infrastruktur serta kesenjangan daerah terpencil berdasarkan akses digital.
  2. Tidak semua orang memiliki alat dan teknologi untuk terhubung ke progam sekolah virtual.
  3. Belum adanya standarisasi dan metode yang efektif untuk mengevaluasi kinerja dari sekolah virtual.

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Barbour, Michael K.; Reeves, Thomas C. (February 2009).
  2. ^ Clark & Berge, "Virtual Schools", 2012
  3. ^ Learning Management System
  4. ^ "ICT Assisted Project Based Learning: eLearning in Aviation". doi:10.13140/rg.2.1.4472.3043. 
  5. ^ "Learning in a Virtual World for Real Life". doi:10.13140/rg.2.1.5029.3602.