Sejarah Roma

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Negara-negara bersejarah
Roma: Puing-Puing Forum, Di Tentangan Kapitol, lukisan karya Canaletto (tahun 1742)

Sejarah Roma mencakup sejarah kota Roma maupun sejarah peradaban bangsa Romawi Kuno. Sejarah bangsa Romawi telah memengaruhi dunia modern, teristimewa dalam perjalanan sejarah Gereja Katolik, sementara tatanan hukum bangsa Romawi telah memengaruhi banyak tatanan hukum modern. Sejarah Roma dapat dibagi menjadi beberapa babak sebagai berikut:

Nama[sunting | sunting sumber]

Asal-usul kebahasaan dari nama Roma sudah sering diteliti. Menurut salah satu pendapat, nama Roma terambil dari kata Yunani Rṓmē (Ῥώμη), artinya "keberanian" atau "ketabahan",[2] mungkin sekali berasal dari akar kata *rum-, artinya "puting", yang diteorikan merujuk kepada totem serigala yang mengadopsi dan menyusui bayi kembar manusia yang nama-namanya juga masih mirip-mirip dengan akar kata tersebut. Agaknya nama Etruski dari kota ini adalah Ruma.[3] Bandingan juga dengan kata Rumon, nama lama Sungai Tiber. Etimologi lebih lanjut dari nama Roma masih belum jelas, sama seperti kebanyakan kata Etruski. Thomas G. Tucker di dalam bukunya, Concise Etymological Dictionary of Latin (terbit tahun 1931), berpendapat bahwa nama itu mungkin sekali berasal dari kata *urobsma (bdk. urbs, robur) dan bisa juga dari kata-kata lain, "tetapi kecil kemungkinannya" berasal dari kata *urosma yang berarti "bukit" (bdk. kata Sangsekerta warsman- yang berarti "tinggi, ujung," kata Slavonika Lama врьхъ yang berarti "kemuncak, mercu", kata Rusia верх yang berarti "bagian atas, ke atas", kata Lituania virsus yang berarti "sebelah atas").

Lini masa Roma Kuno[sunting | sunting sumber]

Lini masa Roma
Kerajaan Romawi dan Republik Romawi
753 SM Menurut legenda, Romulus mendirikan kota Roma.
753–509 SM Pemerintahan ketujuh Raja Roma.
509 SM Pembentukan negara Republik Roma.
390 SM Bangsa Galia menyerbu Roma. Kota Roma dijarah habis-habisan.
264–146 SM Perang-perang Punik.
146–44 SM Perang Mitra dan Perang Saudara. Marius, Sula, Pompeyus, dan Yulius Kaisar tampil mengemuka.
44 SM Yulius Kaisar tewas terbunuh.

Sejarah perdana[sunting | sunting sumber]

Prasejarah[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan bukti arkeologis, lingkungan kota Roma diperkirakan sudah didiami manusia selambat-lambatnya sejak 5.000 tahun silam, tetapi lapisan padat puing-puing yang jauh lebih muda umurnya mengaburkan keberadaan situs-situs zaman Batu Tua dan Batu Muda.[4] Bukti arkeologis tersebut mengisyaratkan bahwa cikal bakal terbentuknya kota Roma pada masa purba juga sudah dikaburkan oleh legenda pendirian kota Roma yang menampilkan tokoh Romulus dan Remus.

Menurut tradisi, kota Roma didirikan pada tanggal 21 April 753 SM, mengacu kepada keterangan Marcus Terentius Varro,[5] dan kira-kira sejak saat itu kota Roma maupun daerah Latium terus-menerus didiami manusia nyaris tanpa jeda. Usaha-usaha ekskavasi pada tahun 2014 telah menyingkap keberadaan tembok yang dibangun jauh sebelum tahun 753 SM. Para arkeolog menemukan tembok batu dan pecahan tembikar yang diperkirakan berasal dari rentang waktu abad ke-9 SM sampai permulaan abad ke-8 SM. Selain itu terdapat pula bukti kedatangan manusia ke bukit Palatin seawal-awalnya pada abad ke-10 SM.[6][7]

Situs Area Sant'Omobono sangat penting artinya bagi usaha memahami tiga proses yang saling berkaitan, yaitu monumentalisasi, urbanisasi, dan pembentukan negara di kota Roma menjelang akhir zaman Purba. Situs kuil Sant'Omobono diperkirakan berasal dari abad ke-7 sampai ke–6 SM, sehingga menjadikannya reruntuhan kuil tertua di Roma yang sudah diketahui keberadaannya.[8]

Legenda asal mula kota Roma[sunting | sunting sumber]

Serigala Kapitolin menyusui si kembar Romulus dan Remus

Asal mula nama kota Roma diduga berasal dari nama Romulus, tokoh legendaris yang dipercaya sebagai pendiri sekaligus raja pertamanya.[9] Konon Romulus dan Remus, anak kembar Dewa Mars dan masih terhitung keturunan Aeneas, pahlawan Troya, disusui seekor serigala betina sesudah ditelantarkan, dan sesudah dewasa berikhtiar mendirikan sebuah kota. Keduanya bertengkar, Romulus membunuh Remus, kemudian menamai kota baru itu menurut namanya sendiri. Sesudah mendirikan dan menamai kotanya sebagaimana dikisahkan dalam legenda tersebut, Romulus tanpa pandang bulu menyambut siapa saja, segala macam orang dari semua lapisan masyarakat, baik budak maupun orang merdeka, untuk menjadi warga negara kota Roma.[10] Agar rakyatnya dapat membina rumah tangga, Romulus mengundang suku-suku tetangga menghadiri sebuah perayaan yang diselenggarakan di Roma, kemudian melarikan anak-anak gadis mereka (dikenal sebagai peristiwa penculikan perempuan-perempuan Sabini). Seusai perang melawan orang Sabini, Romulus berbagi takhta dengan Titus Tatius, raja orang Sabini.[11] Romulus memilih 100 orang dari antara warga Roma yang paling berbudi untuk membentuk senatus (majelis tua-tua), dewan penasihat raja. Seratus tetua tersebut ia sapa dengan panggilan pater (bapa), dan keturunan merekalah yang kemudian hari dihormati sebagai patricius (bangsawan). Ia membentuk tiga centuria (pasukan seratus) eques (prajurit berkuda), yakni Ramni (artinya orang Romawi), Titii (menurut nama raja orang Sabini), dan Luceri (orang Etruski). Ia juga membagi rakyatnya menjadi tiga puluh curia (majelis). Nama tiap-tiap curia diambil dari nama tiga puluh perempuan Sabini yang berjasa melerai dan mengakhiri peperangan antara Romulus dan Tatius. Tiga puluh curia tersebut menjadi satuan-satuan pengambil keputusan melalui pemungutan suara di dalam comitia curiata (sidang majelis).[12]

Pembentukan kota[sunting | sunting sumber]

Cikal bakal kota Roma adalah padang-padang penggembalaan atau perkampungan-perkampungan di atas Bukit Palatin dan bukit-bukit di sekitarnya, kira-kira 30 km (19 mi) dari Laut Tirenia di tepi selatan Sungai Tiber. Mungkin sekali Bukit Kuirinal adalah pangkalan terdepan orang Sabini, salah satu kelompok masyarakat penutur rumpun bahasa Itali. Di lokasi tersebut, aliran Sungai Tiber berkelok. Di tengah kelokan sungai terdapat sebuah pulau yang menandai perairan dangkal, tempat orang dapat menyeberang dengan mudah. Dengan lokasi semacam ini, Roma berada di persimpangan lalu lintas sungai dan jalur ulang-alik utara-selatan kaum pedagang di kawasan barat Jazirah Italia.

Temuan-temuan arkeologis membuktikan bahwa pada abad ke-8 SM sudah ada dua permukiman berkubu di lokasi yang kemudian hari menjadi kawasan kota Roma, yakni permukiman orang Rumi di Bukit Palatin dan permukiman orang Titientes di Bukit Kuirinal, dibekingi orang Luceres yang mendiami hutan-hutan di sekitarnya.[13] Rumi, Titientes, dan Luceres hanyalah tiga di antara sekian banyak komunitas penutur rumpun bahasa Itali di daerah Latium, sebuah dataran luas di Jazirah Italia, pada milenium pertama SM. Masyarakat-masyarakat penutur rumpun bahasa Itali terbentuk pada zaman prasejarah sehingga asal-usulnya tidak diketahui secara pasti, tetapi rumpun bahasa India-Eropa yang mereka tuturkan datang dari timur pada seperdua akhir milenium ke-2 SM.

Menurut Dionisios dari Halikarnasos, banyak sejarawan Romawi (termasuk Porcius Cato dan Gaius Sempronius) beranggapan bahwa nenek moyang bangsa Romawi (keturunan kaum Aborigines) adalah orang Yunani, kendati anggapan itu sesungguhnya mereka dapatkan dari khazanah sastra legenda Yunani.[14] Orang Sabini, pada khususnya, adalah masyarakat yang pertama kali mengemuka di dalam uraian Dionisios dari Halikarnasos. Menurut Dionisios, orang Sabini tanpa disangka-sangka merebut Lista, kota yang dianggap sebagai ibu kota kaum Aborigines.[15]

Konteks Itali[sunting | sunting sumber]

Makam François, petilasan bangsa Etruski dari abad ke-6 SM

Masyarakat penutur rumpun bahasa Itali di lokasi tersebut terdiri atas orang Latini (di sebelah barat), orang Sabini (di sebelah hulu lembah Sungai Tiber), orang Umbri (di sebelah timur laut), orang Samni (di sebelah Selatan), orang Osci, dan lain-lain. Pada abad ke-8 SM, kelompok-kelompok tersebut mendiami Jazirah Italia bersama-sama dengan dua bangsa besar, bangsa Etruski di utara dan bangsa Yunani di selatan.

Bangsa Etruski (Etrusci atau Tusci dalam bahasa Latin) diketahui berdiam di sebelah utara dari Roma, di Etruria (kawasan utara daerah Lazio, daerah Toskana, dan sebagian daerah Umbria sekarang ini). Bangsa ini mendirikan kota-kota seperti Tarquinia, Veii, dan Volterra. Budaya mereka pun sangat mempengaruhi budaya bangsa Romawi, mengingat beberapa Raja Roma menurut mitos adalah orang Etruski. Lantaran ketiadaan peninggalan pustaka, sastra keagamaan atau filsafat, sebagian besar pengetahuan tentang peradaban Etruski didapatkan para sejarawan dari barang-barang bekal kubur dan temuan-temuan makam.[16]

Bangsa Yunani sudah mendirikan banyak koloni di kawasan selatan Jazirah Italia antara tahun 750 sampai 550 SM (kemudian hari disebut daerah Magna Graecia oleh bangsa Romawi), antara lain Kumai, Napoli, Regio Kalabria, Kroton, Sibaris, dan Taranto, demikian pula di sepertiga bagian Sisilia, yakni di bagian timur pulau itu.[17][18]

Zaman daulat Etruski[sunting | sunting sumber]

Kuil Yupiter Aditama Mahabesar, tahun 526-509 SM[19]
Tembok Servius, tembok pertama kota Roma, sebutannya terambil dari nama Raja Servius Tullius

Sesudah tahun 650 SM, bangsa Etruski kian berkuasa dan memperluas wilayah kedaulatannya sampai ke tengah kawasan utara Jazirah Italia. Menurut tradisi bangsa Romawi, tujuh orang raja silih berganti memerintah kota Roma dari tahun 753 sampai tahun 509 SM, mulai dari Romulus, yang konon mendirikan kota Roma bersama-sama saudara kembarnya, Remus. Konon tiga raja terakhir adalah orang Etruski (sekurang-kurangnya peranakan Etruski), yakni Tarquinius Priscus, Servius Tullius, dan Tarquinius Superbus (menurut sumber-sumber sastrawi kuno, ayah Tarquinius Priscus adalah seorang pengungsi Yunani, sementara ibunya berkebangsaan Etruski). Nama-nama mereka merujuk kepada Tarquinia, kota bangsa Etruski.

Livius, Plutarkhos, Dionisios dari Halikarnasos, dan pujangga-pujangga kuno lainnya mengklaim bahwa Roma silih berganti diperintah tujuh orang raja pada abad-abad permulaan sejarah kota itu. Menurut kronologi tradisional yang dibakukan pujangga Varro, rentang waktu pemerintahan ketujuh raja tersebut adalah 243 tahun, rata-rata satu orang raja memerintah selama kurang lebih 35 tahun. Pandangan tradisional ini sudah diketepikan dunia kesarjanaan modern sejak terbitnya karya tulis Barthold Georg Niebuhr. Orang-orang Galia memusnahkan sebagian besar catatan sejarah Roma ketika menyerang kota itu seusai Pertempuran Allia tahun 390 SM (menurut Polibios, pertempuran itu terjadi pada tahun 387 atau 386 SM), dan catatan sejarah yang masih tersisa pada akhirnya sirna ditelan waktu atau hilang dicuri orang. Karena tidak ada catatan sejarah yang berasal dari zaman Kerajaan Roma, semua keterangan mengenai raja-rajanya tidak boleh ditelan mentah-mentah begitu saja.[20] Daftar raja-raja Roma pun masih diragukan nilai kesejarahannya, kendati raja-raja terakhir mungkin saja adalah tokoh-tokoh nyata.

Beberapa sejarawan meyakini (sekali lagi, keyakinan mereka masih dipermasalahkan) bahwa Roma berada di bawah pengaruh bangsa Etruski kira-kira seabad lamanya. Pada kurun waktu ini, dibangun sebuah jembatan yang dinamakan Pons Sublicius untuk menggantikan jalur penyeberangan Sungai Tiber. Cloaca Maxima juga dibangun pada kurun waktu ini. Konon bangsa Etruski sangat piawai dalam mengerjakan bangunan-bangunan semacam itu. Dari segi kebudayaan dan teknik, boleh dikata bangsa Etruski adalah bangsa kedua yang besar berpengaruhnya terhadap perkembangan Roma, sesudah Bangsa Yunani.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

Keterangan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Prokopius, Perang Goth, III.xxii. "Di Roma, tidak ia sisakan seorang pun, kota itu ditelantarkan sama sekali, semua bagiannya, terbengkalai sepenuhnya."
  2. ^ Bdk. Jean-Jacques Rousseau di dalam bukunya, "Kontrak Sosial", Jilid IV, Bab IV, ditulis pada tahun 1762, menerangkan pada bagian catatan kaki bahwa kata Roma berasal dari bahasa Yunani dan berarti daya. "Ada penulis-penulis yang mengatakan bahwa nama 'Roma' berasal dari 'Romulus'. Sebenarnya nama itu adalah kata Yunani yang berarti daya."
  3. ^ Pendapat ini disimpulkan dari tulisan Etruski pada lukisan sosok manusia di situs Makan François di Vulci, yaitu tulisan Cneve Tarchunies Rumach, yang ditafsirkan berarti Gnaeus Tarkuinius orang Roma. http://www.mysteriousetruscans.com/francois.html Diarsipkan 22 April 2009 di Wayback Machine.
  4. ^ Heiken, G., Funiciello, R. dan De Rita, D. (2005), The Seven Hills of Rome: A Geological Tour of the Eternal City. Penerbit Universitas Princeton.
  5. ^ Potter, D.S. (2009). Rome in the Ancient World: From Romulus to Justinian. London: Thames & Hudson. hlm. 10. ISBN 9780500251522. 
  6. ^ Hooper, John (13 April 2014). "Archaeologists' findings may prove Rome a century older than thought". The Guardian. 
  7. ^ "Science: Rome: Older Than Ever". Time. 21 November 1960. 
  8. ^ URBANUS, JASON M. "A Brief Glimpse into Early Rome – Archaeology Magazine". archaeology.org. 
  9. ^ Livius, Ab Urbe Condita I, 7
  10. ^ Livius, Ab urbe condita, 1:8
  11. ^ Livius, Ab urbe condita, 1:9–13
  12. ^ Livius, Ab urbe condita, 1:8, 13
  13. ^ Ismarmed.com (2011). "History of Rome (Italy)". ismarmed.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-09. Diakses tanggal 2022-06-14. 
  14. ^ Dionisios dari Halikarnasos. "Buku 1.11". Purbakala Romawi. Namun yang paling terpelajar di antara sekalian sejarawan Romawi, antara lain Porsius Kato yang secara saksama menuliskan "asal mula" kota-kota di Italia, Gayus Sempronius, dan banyak lagi sejarawan lain, mengatakan bahwa mereka [para Aborigines] adalah orang-orang Yunani, yakni orang-orang yang dahulu kala berdiam di Akhaya, dan bahwasanya mereka berpindah dari sana beberapa lapis turunan ke belakang sebelum Perang Troya. Tetapi tidak mereka sebut dari suku atau kota Yunani yang mana, tarikh atau nama pemimpin orang-orang yang berpindah itu, maupun sebab-musabab kepindahan mereka dari negeri asal; dan kendati berpatokan kepada sebuah legenda Yunani, sejarawan-sejarawan itu tidak menyebut satu pun nama sejarawan Yunani yang mereka rujuk. Oleh karena itu keterangan tersebut tidak dapat dipastikan kebenarannya. 
  15. ^ Dionisios dari Halikarnasos. "Jilid I.14". Purbakala Romawi. Dua puluh stadion jauhnya dari kota yang sudah disebutkan di atas, berdiri Lista, ibu kota kaum Aborigines, yang dulu direbut orang Sabini dengan serangan mendadak, sesudah malam-malam bergerak dari Amiternum. 
  16. ^ Larissa Bonfante:Etruscan Inscriptions and Etruscan Religion in The Religion of the Etruscans – University of Texas Press 2006, halaman 9
  17. ^ Guerber, H. A. (2011). "Heritage History eBook Reader". heritage-history.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Oktober 2011. 
  18. ^ Roman-Empire.net (2009). "Religion". roman-empire.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Mei 2016. 
  19. ^ The Architecture of Roman Temples: The Republic to the Middle Empire, hlm. 6, di Google Books
  20. ^ Asimov, Isaac. Asimov's Chronology of the World. New York: HarperCollins, 1991. hlm. 69.

Kepustakaan[sunting | sunting sumber]

Atribusi[sunting | sunting sumber]

Bahan bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]

Zaman Kekaisaran[sunting | sunting sumber]

Abad Pertengahan, Renaisans, Awal Zaman Modern[sunting | sunting sumber]