Lompat ke isi

Sampah plastik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sampah plastik merupakan salah satu permasalahan lingkungan terbesar di dunia saat ini. Plastik sendiri adalah bahan sintetis yang banyak digunakan karena sifatnya yang ringan, fleksibel, kuat, dan tahan lama. Namun, sifat tahan lama inilah yang menjadikan plastik sulit terurai secara alami. Dalam kondisi lingkungan biasa, plastik dapat membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai sempurna. Hal ini menimbulkan dampak serius, baik terhadap ekosistem darat maupun laut.[1]

Produksi plastik yang terus meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan volume sampah plastik semakin besar. Banyak produk sehari-hari, mulai dari kantong belanja, botol minuman, sedotan, hingga kemasan makanan, berbahan dasar plastik sekali pakai. Setelah digunakan, sebagian besar plastik ini berakhir di tempat pembuangan akhir, sungai, bahkan lautan. Data global menunjukkan jutaan ton plastik mengalir ke laut setiap tahunnya, mengancam kehidupan biota laut. Hewan seperti ikan, penyu, dan burung laut sering kali mengira plastik sebagai makanan. Akibatnya, terjadi kerusakan organ dalam, gangguan pertumbuhan, hingga kematian.

Selain berdampak pada satwa, sampah plastik juga menimbulkan bahaya bagi manusia. Plastik yang terpecah menjadi partikel sangat kecil, dikenal sebagai mikroplastik, dapat masuk ke rantai makanan. Mikroplastik telah ditemukan dalam air minum, garam, bahkan udara. Jika dikonsumsi secara tidak langsung, mikroplastik dapat berpotensi mengganggu kesehatan manusia, meskipun penelitian lebih lanjut masih terus dilakukan untuk memahami dampak jangka panjangnya.

Upaya mengurangi sampah plastik memerlukan peran bersama dari individu, masyarakat, pemerintah, dan dunia industri. Langkah sederhana seperti membawa tas belanja sendiri, menggunakan botol minum isi ulang, serta mengurangi penggunaan plastik sekali pakai merupakan tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Pemerintah dapat mendorong kebijakan pembatasan plastik sekali pakai, serta meningkatkan sistem daur ulang yang lebih efektif. Sementara itu, industri dapat berinovasi dalam menciptakan bahan kemasan ramah lingkungan yang mudah terurai.

Kesadaran akan bahaya sampah plastik harus terus ditingkatkan melalui pendidikan dan kampanye lingkungan. Dengan kerja sama yang berkesinambungan, diharapkan permasalahan sampah plastik dapat dikendalikan sehingga keberlanjutan lingkungan dan kesehatan manusia tetap terjaga.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. Aromi, Zazam; Putri, Oktavia Andini; Rahayu, Rina (2024-12-06). "Pengelolaan Sampah Plastik di Kota-kota Indonesia: Tantangan Lokal dan Pendekatan Partisipatif untuk Solusi Berkelanjutan Bagi Masyarakat". Jurnal Ekologi, Masyarakat dan Sains. 5 (2): 251–255. doi:10.55448/5f7d0846. ISSN 2720-9717.
  2. Aromi, Zazam; Putri, Oktavia Andini; Rahayu, Rina (2024-12-06). "Pengelolaan Sampah Plastik di Kota-kota Indonesia: Tantangan Lokal dan Pendekatan Partisipatif untuk Solusi Berkelanjutan Bagi Masyarakat". Jurnal Ekologi, Masyarakat dan Sains. 5 (2): 251–255. doi:10.55448/5f7d0846. ISSN 2720-9717.