Lompat ke isi

Psikologi politis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Psikologi politis merupakan suatu kelimuan yang mempelajari cara pemimpin maupun warga negara dalam membuat penilaian terhadap suatu kebijakan politik dan konsekuensinya terhadap sistem politik. Keilmuan ini muncul pada tahun 1940-an dari penelitian psikoanalitik tentang kepribadian dan politik. Pada saat ini, psikologi politis dilakukan dengan melibatkan penelitian tentang kepercayaan politik, sikap dan perilaku politik, pemrosesan dan kognisi informasi politik, emosi, dan biopolitik seperti psikologi politik evolusioner, genetika prilaku dan ilmu saraf.[1]

Secara historis, psikologi politis merupakan kelimuan muda yang baru muncul pada tahun 1940-an. Psikologi politis mulai diperbincangkan ketika para peneliti melakukan penelitian secara psikologis terkait hubungan politik dan psikologis. Penelitian tersebut dilakukan untuk menemukan penyebab dan akibat dari perilaku politik yang dilakukan para politisi, untuk itu para ahli psikologi politis memasukkan ilmu psikologi dalam dunia politik. Sehingga dapat dikatakan bahwa psikologi politis merupakan disiplin ilmu yang mempelajari aspek psikis seorang pelaku politik dan dampak psikologis ang diakibatkan oleh suatu peristiwa politik terhadap individu, kelompok kecil seperti organisasi maupun kelompok besar seperti negara. Disiplin ilmu ini kemudian bercabang menjadi disiplin ilmu lainnya seperti hubungan internasional, sosiologi, antropologi, filsafat dan ekonomi.[2]

Metode kajian

[sunting | sunting sumber]

Psikologi politis merupakan suatu kajian dengan pendekatan multi-metode dalam meneliti peristiwa politik pada tingkat individu sehingga psikologi politis memiliki peran penting untuk menjelaskan proses psikologis pada sikap, perilaku, pengambilan keputusan serta interaksi individu dan kelompok.[3]

Sebagai pendekatan multi-metode, psikologi politis memiliki beragam metode yakni,

  1. Eksperimen (Eksperiment)
  2. Survei (Survey)
  3. Analisis konten (Content analysis)
  4. Etnografi (Ethnography)
  5. Narasi sejarah (Historical narrative)
  6. Diskusi kelompok terfokus (Focused group)
  7. Analisi Wacana (Discourse analysis)
  8. Studi kasus (Case study)
  9. Wawancara (Interview)

Dengan menggunakan metode psikologi politis, baik menggunakan satu metode maupun mengkombinasikan dua atau tiga metode, maka akan didapat pemahaman dari kajian ilmu psikologi dan politik yang dapat digunakan untuk menganalisis peristiwa politik tertentu.[2]

Perilaku memilih

[sunting | sunting sumber]

Perilaku Memilih merupakan salah satu pembahasan dalam disiplin ilmu psikologi politis yang dapat didefinisikan sebagai tindakan seseorang dalam memilih atau memberikan suara kepada seorang kandidat dalam pemilihan legeslatif maupun eksekutif. Beberapa peneliti mengemukakan adanya perbedaan perilaku memilih antara individu. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor sepeti biologis, sosialisasi dan peran sosial.

  • Biologis: Perbedaan gender merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku memilih seorang individu. Secara gender terdapat perbedaan seperti perkembangan otot, kemampuan mengandung, melahirkan hingga menyusui sejak awal telah menjadi pembeda antara laki-laki dan perempuan yang tentunya mempengaruhi kepentingan politik seorang individu.
  • Sosialisasi: Perilaku yang didapat dari lingkungan sosial juga mempengaruhi seorang individu untuk memilih seorang pemimpin. Lingkungan sosial menerapkan suatu standar tersendiri pada setiap individu secara berbeda sejak dini, sehingga melahirkan pengalaman sosial yang berbeda setiap individu. Pengalaman sosial tersebutlah yang menciptakan tindakan, minat, dan perilaku memilih seseorang.
  • Peran Sosial: Peran seseorang dalan tata kelola sosial menjadi faktor lain yang mempengaruhi perilaku memilih seorang pemimpin. Peran sosial tersebut dapat berupa peran dalam anggota keluarga, peran dalam pekerjaan, peran dalam suatu komunitas sosial maupun peran dalam lingkungan masyarakat. Seperti contoh seseorang yang merupakan anggota suatu partai pasti akan mendukung seorang kandidat dari partai asalnya, berbeda dengan seorang mahasiswa yang akan memilih kandidat sesuai dengan kriteria pemimpin yang dipahaminya.[4]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "About". College of Liberal Arts (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-15. 
  2. ^ a b Saloom, Gazi; Rahmani, Ima Sri (2013). Pengantar Psikologi Politik. Jakarta: UIN Jakarta Press. hlm. 4–5. ISBN 978-602-8033-68-8. 
  3. ^ Erisen, E (2012). "An Introduction to Political Psychology for International Relations Scholars". Perception Autumn. XVII (3): 9–28. 
  4. ^ Nisa, Choirun; Rahmaturrizqi; Nuqul, Farhul Lubbain (2012). "Gender dan Perilaku Memilih: Sebuah Kajian Psikologi Politik". Jurnal Psikologi: Teori & Terapan. 3 (1): 49–57.