Program Let's Talk!

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Program Bahasa Inggris Let’s Talk! [1] merupakan proyek komunitas nirlaba yang dikembangkan Yayasan Bunda Siti Banun (YBSB),[2] sebuah organisasi filantropi yang berkedudukan di Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

Tujuan dari program ini adalah mendorong masyarakat untuk menciptakan individu yang kompetitif secara global di Indonesia, khususnya untuk menghadapi kerjasama Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) yang akan diberlakukan mulai tahun 2015. Dimana untuk menghadapi momen tersebut, dibutuhkan transformasi nasional, khususnya dari generasi muda. Generasi muda yang mampu menjelajahi dunia, memperoleh informasi, menghasilkan inovasi, ide-ide baru dan sekaligus mengkomunikasikan ide-ide serta pendapat mereka dengan jelas, untuk selanjutnya diadopsi dan direplikasi oleh sekolah-sekolah di kota-kota dan daerah pedesaan Indonesia.

Inisiatif Program[sunting | sunting sumber]

Fokus utama program ini adalah upaya membantu siswa dan guru di wilayah pedesaan dalam mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris, kepemimpinan, komunikasi dan pertumbuhan pribadi. Dimana dengan dukungan metodologi percepatan belajar dan modul pembelajaran holistik seperti audio, visual, permainan dan elemen kinestetik, yang akan membuat pembelajaran lebih interaktif, menyenangkan dan mudah dimengerti.[3]

Pendekatan Program[sunting | sunting sumber]

Program ini menekankan pada tiga pendekatan. Yakni pendekatan untuk siswa, guru dan Master Trainer, yang ketiga-tiganya disesuaikan untuk meningkatkan belajar masing-masing target pendekatan.

Pendekatan Pada Siswa[sunting | sunting sumber]

Pendekatan pada siswa dilakukan di sekolah-sekolah yang berpartisipasi dalam jangka waktu 3 bulan. Dimulai dengan orientasi 5 hari pertama, untuk menstimulasi pola pikir pembelajar pada para siswa. Masa ini adalah komponen penting dari program ini, karena akan membantu para siswa menghilangkan stigma sulitnya belajar bahasa Inggris. Selanjutnya, pelajaran bahasa Inggris yang sebenarnya, yang terdiri dari 30 modul, dimulai.

Pendekatan Pada Guru[sunting | sunting sumber]

Kepada para guru, pendekatan dilakukan terhadap guru-guru mata pelajaran bahasa Inggris, di sekolah-sekolah lokal di seluruh Indonesia. Pendekatan ini juga berlangsung 3 bulan dan berfokus pada peningkatan cara pengajaran bahasa Inggris kepada para siswa. Pendekatan pada para guru juga dimulai dengan masa orientasi 5 hari pertama, untuk mempersiapkan transisi pengajaran ke metode baru, sesuai kurikulum yang telah disiapkan. Selanjutnya, para guru akan mengikuti proses pembelajaran yang terdiri dari 12 modul yang juga menggunakan metodologi percepatan pembelajaran. Hingga akhirnya mereka mampu mentransfer pengetahuan mereka kepada para siswa di kelasnya masing-masing.

Pendekatan Pada Knowledge Catalyst[sunting | sunting sumber]

Sebagai orang yang bertanggungjawab untuk melaksanakan pendekatan pada siswa dan guru, para Knowledge Catalyst dipercaya untuk menjalankan program secara mandiri, dan memastikan peserta memiliki kepercayaan diri untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Utuk itu semua calon Knowledge Catalyst secara pribadi dan profesional dilatih melalui pelatihan intensif selama 6 bulan. Mulai dari pelatihan materi maupun training praktis penyampaian modul yang akan mereka ajarkan pada siswa dan guru.

Inisiatif Mendatang[sunting | sunting sumber]

Sebagai langkah awal, Modul dan Metodologi Program Bahasa Inggris Let’s Talk! telah diuji coba di SMK Siti Banun, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara, sejak awal Oktober 2014. Dimana atas program tersebut, Herfinta Farm and Plantation sebagai pendana awal program ini, mendapatkan predikat perusahaan baik di bidang pendidikan dari La Tofi School of CSR.[4] Program ini sendiri rencananya akan diperluas hingga ke sekolah-sekolah di seluruh Pulau Sumatra hingga 2016 dan ke seluruh Indonesia hingga 10 tahun ke depan. Sehingga tujuan untuk membiasakan menggunakan bahasa Inggris dapat tercapai, dan dapat mendukung upaya transformasi nasional yang kini tengah digalakkan pemerintah Republik Indonesia.

Tim dan Mitra[sunting | sunting sumber]

Tim[5][sunting | sunting sumber]

  • Irwandy Barahim (Project Director)
  • Mona Seelan (Project Catalyst)
  • Shafizal Shahidan (Catalyst Creator)
  • Mauludin Lubis (Project Liaison Executive)
  • Yuni Miranda (Project Management Executive)
  • Fatih Amalia Nasution (Social Media Executive)
  • Ferdiansyah (Designer)

Mitra[6][sunting | sunting sumber]

  • Kinetic
  • Bank Muamalat
  • PT Durio Indigo
  • PT. Kariereksel Indonesia

Rujukan[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]