Lompat ke isi

Politik Mercusuar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hasil dari Proyek Mercusuar masa Presiden Soekarno

Politik Mercusuar adalah kebijakan politik Sukarno pada masa Demokrasi Terpimpin di tahun 1960an yang bertujuan menjadikan Indonesia sebagai mercusuar dari negara-negara baru merdeka di dunia (New Emerging Forces) dan sebagai proyek pembangunan berskala besar yang bertujuan untuk meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional. Melalui kebijakan ini,  Soekarno ingin menjadikan Indonesia sebagai poros yang dapat menerangi jalan New Emerging Forces (NEFO) dan  menjadikan Indonesia setara dengan negara-negara maju yang memiliki landmark. Proyek ini disebut sebagai Proyek Mercusuar untuk mempersiapkan penyelenggaraan GANEFO (Games of the New Emerging Forces) sebagai tandingan Olimpiade dan Asian Games 1962. Mimpi Sukarno pun terwujud dengan berdirinya berbagai bangunan-bangunan megah yang sarat akan romantisme revolusi Indonesia seperti Monumen Nasional (Monas), Kompleks Asian Games di Senayan, Jembatan Semanggi, Kompleks Parlemen RI, Pusat Perbelanjaan Sarinah, Masjid Istiqlal, Patung Selamat Datang, Monumen Nasional, dan lainnya. [1]


1. Menjadi Tuan Rumah Asian Games 1962 dan Ganefo ke-1

Proyek ini disebut sebagai Proyek Mercusuar untuk mempersiapkan penyelenggaraan GANEFO ke-1 (Games of the New Emerging Forces) Dan Asian Games 1962 [2]

2. Menggalang Kekuatan

Pasca kemerdekaan, Politik Mercusuar ini menjadi jembatan untuk mengemukakan gagasan penggalangan kekuatan dari negara-negara yang baru merdeka, negara yang masih memperjuangkan kemerdekaan, negara-negara sosialis, dan negara-negara berkembang yang tergabung di dalam NEFO.

3. Pengakuan Internasional

Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya keinginan Soekarno untuk negara Indonesia dihargai dan dihormati di kancah Internasional. Oleh karena itu, Soekarno membuat politik mercusuar dan berambisi untuk menjadi pemimpin NEFO agar Indonesia bisa lebih dikenal dan dihormati.

4. Proyek Besar

Politik mercusuar juga telah mendorong untuk munculnya berbagai proyek-proyek besar di Indonesia. Seperti perhelatan olahraga internasional dengan dibangunnya stadion Gelora Bung Karno agar posisi Indonesia di dunia internasional dapat diperhitungkan.

5. Menjadi Penerang NEFO

Indonesia bisa menjadi mercusuar atau penerang bagi New Emerging Forces yaitu kekuatan baru yang sedang tumbuh di dunia. Proyek besar dan spektakuler berhasil dijalankan oleh Indonesia dengan harapan agar Indonesia mendapatkan kedudukan yang layak di kalangan Nefo.[3]

Politik Proyek Mercusuar bertujuan untuk menyelenggarakan Asian Games 1962

Pada masa demokrasi pemimpin  Indonesia telah mencapai prestasi yaitu menyerukan negara-negara di dunia terutama Asia-Afrika untuk tidak berpihak pada salah satu blok yang sedang berseteru pada perang dingin yaitu blok barat dan blok timur. Dan mendukung adanya kemerdekaan bagi negara-negara Asia-Afrika melalui Gerakan Non-Blok yang di laksanakan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Non Blok di Bandung 1955. Dan Indonesia terpilih untuk menjadi tuan rumah Asian Games 1962.

Presiden Soekarno menjelaskan doktrin yang berisi bahwa dunia terbagi menjadi 2 blok, yaitu "Oldefos"  (Old Established Forces) dan "Nefos" (New Emerging forces). Soekarno berkata bahwa semua ketegangan ini berasal dari pertentangan yang disebabkan oleh orde lama dan negara-negara yang baru bangkit. Imperialisme, kolonialisme, dan neokolonialisme adalah paham-paham yang dibawa oleh negara kapitalis Barat.

Tujuan awal dari dikenalnya Indonesia pada kancah Internasional adalah untuk mencari dukungan atas usaha dan perjuangan Indonesia merebut dan mempertahankan Irian Barat. Efek samping dari usaha soekarno untuk memperkenalkan Indonesia ke kancah Internasional meninggalkan masalah domestic seperti masalah ekonomi. Soekarno mengatakan bahwa urusan ekonomi pada masa awal suatu negara berdiri tidak begitu terlalu penting dan yang harus diutamakan pengaruh asing dalam segi politik, ekonomi dan budaya.

Indonesia mengecam tindakan PBB yang terlalu menjunjung tinggi kepentingan negara-negara Barat. Puncak dari kekecewaan terhadap PBB, Indonesia keluar dari keanggotaan pada 7 Januari 1965. Setelah itu, Indonesia berusaha membuat kekuatan tandingan bagi PBB dengan menyelenggarakan GANEFO sebagai pengganti olimpiade dunia yang sebagian besar diikuti oleh negara-negara komunis, serta CONEFO sebagai wadahnya. Indonesia juga melaksanakan politik mercusuar guna mendukung terselenggaranya GANEFO melalui pembangunan beberapa proyek raksasa. Setelah resmi keluar dari keanggotan PBB, Indonesia mulai menjalin hubungan secara terang-terangan dengan negara-negara Komunis.[4][5]

Pembangunan yang dilakukan di Jakarta pada saat itu merupakan salah satu rancangan Soekarno untuk menjadikan Jakarta sebagai "Politik mercusuar bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang baru dan kuat.Rancangan tersebut juga merupakan salah satu bagian dari persiapan Jakarta sebagai tuan rumah Pesta Olahraga Asia (Asian Games) 1962.[6]

Persiapan Asian Games 1962 melibatkan hubungan diplomatik dengan Uni Soviet dan Jepang, dimana pihak Uni Soviet turun tangan dalam pembangunan Stadion Utama Gelora Bung Karno dan pihak Jepang turun tangan dalam pembangunan Hotel Indonesia sebagai tempat penginapan tamu-tamu negara selama Asian Games berlangsung. Setelah Uni Soviet dan Jepang, pemerintah Indonesia pernah meminta (atau lebih tepatnya menantang) Amerika Serikat untuk turut membangun infrastruktur penunjang Asian Games.[7]

Indonesia pada saat itu terkendala oleh ekonomi yang buruk sehingga mempunyai dana yang sedikit. Oleh karena itu, Indonesia melakukan pinjaman dana ke Uni Soviet sebesar U.S. $ 100juta yang diatur di Undang-undang (UU) No. 9 Tahun 1958. Tentang Pinjaman Republik Indonesia dari Uni Republik- Soviet Sosialis[8]

Hasil Pembangunan

[sunting | sunting sumber]

Hasil pembangunan dari Proyek Mercusuar dapat diselesaikan dan dapat bertahan hingga sekarang. Proyek ini menjadi ikon Indonesia dari dulu hingga sekarang. Hasil pembangunan Proyek Mercusuar adalah :

  1. Gedung Conefo, yang sekarang menjadi cikal bakal Kompleks Parlemen RI
  2. Monumen Nasional, yang sebagai simbol perjuangan kemerdekaan Indonesia
  3. Hotel Indonesia, yang merupakan Hotel bintang 5 pertama di Indonesia.
  4. Stasiun TVRI, yang merupakan stasiun pernyiaran televisi pertama kalinya di Indonesia.
  5. Monumen Selamat Datang, yang berfungsi untuk menyambut para kontingen atlet dari luar negeri.
  6. Jembatan Semanggi (Simpang Susun Semanggi) , yang berfungsi untuk mengurangi kemacetan yang ada di Daerah Senayan.
  7. Gedung Pertokoan Sarinah, yang dirancang sebagai department store yang menjual produk hasil berdikari rakyat Indonesia untuk dipamerkan ke luar negeri untuk menunjukkan produk-produk asli Indonesia.
  8. Pembangunan Dan Pelebaran Jalan Gatot Subroto, Jalan Raya Cililitan–Tanjung Priok, dan Jendral Sudirman, yang berfungsi untuk memperlancarkan lalu lintas di daerah Jakarta
  9. Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno, yang sebagai tempat perhelatan Asian Games 1962 dan Ganefo ke-1.
  10. Masjid Istiqlal, yang sebagai simbol persatuan umat muslim di Indonesia dan sebagai Masjid Islam terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara.
Monumen Nasional (Monas) adalah salah satu dari Proyek Mercusuar

Dampak Dari Proyek Mercusuar

[sunting | sunting sumber]

Dampak Positif

[sunting | sunting sumber]

Proyek mercusuar yang digagas oleh Presiden Soekarno pada era 1960-an memiliki beberapa dampak positif, di antaranya:

  • Meningkatkan Citra Indonesia di Mata Dunia:
    • Proyek-proyek besar seperti pembangunan Stadion Gelora Bung Karno dan Hotel Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang modern dan berpotensi.
    • Hal ini meningkatkan kepercayaan diri bangsa dan memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional.
  • Mendorong Pembangunan Infrastruktur:
    • Pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan (misalnya Jembatan Semanggi), dan gedung-gedung monumental memberikan manfaat jangka panjang bagi perkembangan negara.
    • Infrastruktur yang baik mendukung pertumbuhan ekonomi dan mempermudah aktivitas masyarakat.
  • Mengembangkan Sektor Pariwisata:
    • Pembangunan Hotel Indonesia, hotel bintang lima pertama di Indonesia, menjadi tonggak awal pengembangan pariwisata.
    • Hotel ini tidak hanya menjadi tempat menginap bagi tamu asing, tetapi juga sarana untuk memperkenalkan budaya Indonesia.
  • Mendorong Semangat Nasionalisme:
    • Proyek-proyek mercusuar membangkitkan rasa bangga dan nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia.
    • Masyarakat merasa memiliki prestasi besar yang diakui oleh dunia.
  • Mendorong Pembangunan di daerah-daerah lain.
    • Proyek mercusuar juga memberikan dampak bagi daerah-daerah lain yang belum mendapatkan perhatian. Pada akhirnya, proyek menurut mercusuar menularkan infrastruktur dari daerah lain selain ibukota. [9]

Dampak Negatif

[sunting | sunting sumber]

Proyek mercusuar yang digagas oleh Presiden Soekarno pada era 1960-an, meskipun memiliki dampak positif, juga menuai kritik dan menimbulkan dampak negatif, terutama dalam bidang ekonomi. Berikut adalah beberapa dampak negatif dari proyek mercusuar tersebut:

  • Beban Anggaran Negara yang Tinggi:
  • Krisis Ekonomi dan Inflasi:
    • Pengeluaran negara yang besar untuk proyek-proyek mercusuar tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai.
    • Akibatnya, Indonesia mengalami krisis ekonomi dan inflasi yang tinggi.
  • Utang Luar Negeri yang Meningkat:
    • Untuk membiayai proyek-proyek mercusuar, pemerintah Indonesia terpaksa mengambil utang luar negeri ke negara Uni Soviet.
    • Hal ini menyebabkan utang luar negeri Indonesia meningkat secara signifikan.
  • Pengabaian Sektor Ekonomi Lain:
    • Fokus pemerintah pada proyek-proyek mercusuar menyebabkan pengabaian terhadap sektor-sektor ekonomi lain yang lebih penting, seperti pertanian dan industri kecil.
    • Hal ini menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
  • Kesenjangan Sosial:
    • Proyek-proyek mercusuar dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat, terutama di perkotaan seperti Daerah Jakarta dan sekitarnya.
    • Sementara itu, sebagian besar masyarakat di pedesaan masih hidup dalam kemiskinan.
    • Prioritas yang tidak tepat:
      • Pada masa itu, ekonomi Indonesia belum stabil, dan banyak masyarakat yang masih hidup dibawah garis kemiskinan.
      • Dengan adanya proyek

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Proyek Mercusuar". 
  2. ^ Media, Kompas Cyber (2021-10-05). "Proyek Mercusuar Soekarno". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2025-02-25. 
  3. ^ Nursani, Shafa Aulia. "Pelaksanaan Politik Mercusuar di Indonesia". detiknews. Diakses tanggal 2025-02-25. 
  4. ^ Kompasiana.com (2022-08-10). "Sejarah Politik Mercusuar pada Masa Demokrasi Terpimpin". KOMPASIANA. Diakses tanggal 2025-02-25. 
  5. ^ Post, The Jakarta. "Sukarno's vision of a modern capital - Lifestyle". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-02-25. 
  6. ^ Architecture, Failed. "How sukarnos games of the NEFO briefly modeled a vision for a postcolonial world". 
  7. ^ Gelora Bung Karno: Asian Games 2018. Jakarta: IMAJI Books. 2018. hlm. 67. ISBN 978-602-9260-53-3. 
  8. ^ "UU No. 9 Tahun 1958". Database Peraturan | JDIH BPK. Diakses tanggal 2025-02-25. 
  9. ^ "Pengertian Proyek Mercusuar dan Manfaatnya Bagi Negara". kumparan. Diakses tanggal 2025-02-25.