Lompat ke isi

Pertempuran Toulouse (721)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pertempuran Toulouse
Bagian dari Invasi Galia oleh Umayyah

Toulouse terlihat dari perbukitan Pech-David
Tanggal9 Juni 721
LokasiToulouse, Kadipaten Aquitaine, Kerajaan Franka
Hasil Kemenangan untuk Aquitania[1]
Pihak terlibat
Kadipaten Aquitaine[1] Kekhalifahan Umayyah[1]
Tokoh dan pemimpin
Odo the Great[1] As-Samah bin Malik al-Khaulani [1]
Korban
Tidak diketahui Tidak diketahui

Pertempuran Toulouse (721) adalah kemenangan pasukan Kristen Aquitaine yang dipimpin oleh Odo yang Agung dari Adipati Aquitaine melawan pasukan Muslim Umayyah yang sedang mengepung kota Toulouse. Pasukan Umayyah itu dipimpin oleh As-Samah bin Malik al-Khaulani, gubernur jenderal al-Andalus. Kemenangan telak Aquitaine berhasil menghentikan penyebaran Umayyah ke barat, dari Narbonne menuju Aquitaine.

Pertempuran

[sunting | sunting sumber]

As-Samah bin Malik al-Khaulani, gubernur jenderal Umayyah di al-Andalus, mulai membangun pasukan besar yang terdiri dari orang Arab dan Berber dari wilayah kekuasaan Umayyah. Bertujuan untuk menaklukkan Aquitaine, sebuah kadipaten luas di barat daya Prancis. Secara resmi sih masih di bawah kekuasaan kerajaan Franka, tapi dalam kenyataannya, daerah itu hampir sepenuhnya dikuasai Adipati Aquitaine. Menurut arkeolog Inggris Ian Meadows, rencana besar Al-Samh adalah menguasai lembah Sungai Garonne, merebut kota Toulouse, dan membuka jalur baru yang membentang luas sampai ke Samudra Atlantik, lalu kembali ke selatan, melewati wilayah Muslim di Iberia, sampai ke Laut Mediterania dan Afrika Utara.[2]

Pasukan Al-Samh memiliki mesin-mesin pengepung, infanteri, beberapa pasukan berkuda, sekumpulan tentara bayaran, dan para pelempar batu dari Basque. Dengan semua itu, ia mulai mengepung Toulouse, yang saat itu adalah kota terpenting di Aquitaine. Akan tetapi, Odo Agung — atau Eudes — sedang tidak berada di kota ketika pengepungan dimulai. Mereka sedang pergi mencari bala bantuan. Odo sempat meminta bantuan ke Charles Martel dari bangsa Merovingian. Tapi Charles, alih-alih membantu ia malah lebih memilih diam dan melihat situasi terlebih dahulu. Hal itu ia lakukan karena mereka berdua saingan berat di Prancis selatan.[2]

Tiga bulan kemudian, Odo akhirnya kembali lagi. Tapi kali ini, mereka datang membawa pasukan gabungan dari Aquitaine, Gascon, dan Frank. Tepat saat kota Toulouse hampir menyerah, pada tanggal 9 Juni, Odo melancarkan serangan mendadak ke pasukan Umayyah. Asal-usul pasukan Frank tidak begitu jelas, tapi kemungkinan besar mereka berasal dari wilayah selatan Aquitaine, mungkin dari Sungai Rhone, tempat orang-orang Frank menetap selama puluhan tahun, bahkan mungkin berabad-abad sebelumnya. Setelah Odo kabur para pasukan Umayyah menjadi lebih percaya diri. Mereka tidak memperkuat pertahanan di sekitar kamp pengepungan dan juga malas berpatroli memastikan situasi. Akibatnya, ketika Odo menyerang kembali, mereka menyerang pasukan Umayyah dari luar serta mendapat bantuan serangan dari dalam tembok kota. Pasukan Umayyah yang terkejut segera panik dan tercerai-berai oleh serangan pertama. Pasukan Odo tanpa ampun menebas siapa saja yang sedang beristirahat atau kabur tanpa sempat membawa senjata atau memakai baju zirah.

Al-Samh ibn Malik al-Khawlani akhirnya berhasil melarikan diri, meski dengan sisa kecil pasukannya. Tapi tidak lama setelah itu, ia meninggal, dan posisi gubernur jatuh ke tangan Anbasah bin Suhaim al-Kalbi (721–725). Perihal jumlah pasukan yang ikut bertempur, banyak yang melebih-lebihkan. Menurut Al-Maqqari, pasukan Odo membawa 300.000 orang dan jumlah korban tewas di pihak Umayyah bahkan disebutkan mencapai 375.000 orang.

Dalam suratnya ke Paus Gregorius II, Odo menyebut dengan percaya diri bahwa mereka membantai 375.000 orang Saracen dalam satu hari, dan mereka hanya kehilangan 1.500 orang.[3]

Setelah kekalahan itu, beberapa pejabat dan tentara Umayyah berhasil kabur, salah satunya Abdurrahman al-Ghafiqi. Pertempuran ini benar-benar menghentikan ekspansi Umayyah ke arah utara untuk waktu yang tidak ditentukan. Saat itu, Al-Andalus sendiri sedang sibuk berbenah, membentuk tatanan baru setelah runtuhnya kekuasaan Gotik. Meskipun begitu, pasukan Umayyah tetap memegang kendali militer di wilayah itu — mereka beberapa kali melancarkan serangan ke selatan Galia, bahkan sampai ke Autun pada tahun 725. Tapi mereka lebih berhati-hati, menghindari melakukan kampanye besar-besaran ke arah barat laut lagi.

Odo dipuji sebagai pejuang agama Kristen oleh Paus di Roma, dan diberi hadiah. Charles menjauhi perkembangan politik dan militer di selatan Galia hingga tahun 732. [4] Menurut Meadows, hal ini akan tetap dikenang dalam tugu peringatan oleh umat Muslim Al-Andalus selama 450 tahun berikutnya, berbeda dengan Pertempuran Poitiers, yang dianggap sebagai pertempuran dengan skala lebih kecil.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e Baker, Patrick S. (2013). "The Battle of the River Berre". Medieval Warfare. 3 (2). Karwansaray BV: 44–48. ISSN 2211-5129. JSTOR 48578218.
  2. ^ a b c Ian Meadows, "The Arabs in Occitania", Arab and Islamic Cultures and Connections, Archive: Saudi Aramco World
  3. ^ Mann, pgs. 165–166
  4. ^ Coppée, Henry (2002) [1881]. History of the Conquest of Spain by the Arab Moors, With a Sketch of the Civilization Which They Achieved, and Imparted to Europe. Vol. II. Gorgias Press. hlm. 13. ISBN 1-931956-94-4.